23.4 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Sanggar Cemara Biru Puasa Tetap Latihan, Pertunjukan Ditangguhkan

Tari tradisional menjadi salah satu kesenian yang digemari banyak orang. Berbagai kalangan dari anak usia dini hingga mahasiswa menjadi bagian yang ikut menghidupkannya. Seperti yang dilestarikan oleh Sanggar Cemara Biru.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Lenggak-lenggok tubuh penari seperti berayun di awang-awang. Dilihat sederhana, namun penuh dengan makna. Gerakan tarinya seperti mudah, namun tak semua orang bisa gemulai seperti gerakan jari tangan dan kaki sang penari.

Baca Juga : Siapakah Ade Armando yang Dikeroyok Saat Demo 114?

Seni tari sejatinya bisa dipelajari oleh siapa pun. Akan tetapi, orang akan mudah lupa jika tidak melakukan latihan secara kontinu. Dengan kata lain, gerakan-gerakan yang pernah dipelajari oleh penari sekalipun akan menjadi kaku bila jarang dilatih.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sanggar Cemara Biru di Jalan Melon Raya nomor H10, Kecamatan Patrang, menjadi salah satu wadah yang tetap aktif berkegiatan. Meskipun saat ini bulan puasa. “Tetap aktif latihan hari Minggu, hanya jam latihannya berkurang,” tutur Fera Nurlaily Idayanti, Ketua Sanggar Tari Cemara Biru.

Sanggar ini fokus pada latihan kelenturan tubuh hingga gerakan-gerakan rumit yang tidak akan mungkin dilakukan oleh orang di luar seni tari. Anggotanya meliputi anak usia dini, SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa. “Rata-rata berasal dari Jember. Mahasiswa ada juga yang dari luar kota,” ucap Fera, yang menyukai seni tari sejak usia tiga tahun tersebut.

Dikatakan, latihan rutin akan menghasilkan gerakan yang ciamik. Indah dipandang. Fera menyebut, latihan setidaknya harus dilakukan sepekan sekali agar penari tidak lupa pada apa yang dipelajarinya. “Apabila ada kegiatan, untuk jadwal latihan bisa hampir setiap hari,” tambah Fera.

Selama bulan Ramadan ini, jadwal pertunjukan ditiadakan terlebih dahulu. Hal itu dimaksudkan agar seluruh anggota dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik. “Sementara ini, belum ada jadwal pertunjukan karena takut mengganggu puasa adik-adik,” ujar perempuan yang juga menjadi pelatih tari itu.

Sementara itu, bagi Fera, mengajarkan tarian pada anak-anak sampai mahasiswa memberi kepuasan tersendiri di samping ikut melestarikan kebudayaan. “Sukanya bisa berbagi ilmu dan pengalaman untuk peserta didik di sanggar. Senang karena mengajak peserta didik melestarikan budaya Indonesia,” jelasnya.

Kendati begitu, ada saja duka yang pasti menjadi tantangan. “Salah satunya sedikit susah mencari peserta didik karena berada di pusat kota, yang zaman sekarang anak-anak lebih suka yang modern,” ulasnya. Namun, hal itu tak mematahkan semangatnya untuk terus mengabdi melestarikan kebudayaan negeri.

Berkat kerja keras, ketekunan, dan kesabarannya, berbagai prestasi telah diraih dalam kompetisi di luar kota mewakili Jember. Seperti 10 penyaji unggulan dalam acara Jatim Night Carnival di Banyuwangi pada 2015 dan di Malang pada 2017. Selain itu, beragam piala telah diborong oleh Sanggar Cemara Biru di beberapa event kesenian di Jember. “Setiap ikut lomba selalu bawa banyak peserta. Misal sekali lomba yang daftar 10 grup, yang bawa piala 8 grup,” ungkapnya.

Sanggar Cemara Biru ini dulunya didirikan pada 2001 oleh ayah Fera. Fera kemudian melanjutkannya pada 2015 dengan melatih bermacam jenis tarian. Ada tari tradisional, kreasi, kontemporer, dan modern. Katanya, latihan tari juga akan dilakukan mengikuti tema lomba yang akan diikuti. “Tergantung tema dari lomba yang diadakan,” pungkas Fera. (c2/nur)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Lenggak-lenggok tubuh penari seperti berayun di awang-awang. Dilihat sederhana, namun penuh dengan makna. Gerakan tarinya seperti mudah, namun tak semua orang bisa gemulai seperti gerakan jari tangan dan kaki sang penari.

Baca Juga : Siapakah Ade Armando yang Dikeroyok Saat Demo 114?

Seni tari sejatinya bisa dipelajari oleh siapa pun. Akan tetapi, orang akan mudah lupa jika tidak melakukan latihan secara kontinu. Dengan kata lain, gerakan-gerakan yang pernah dipelajari oleh penari sekalipun akan menjadi kaku bila jarang dilatih.

Sanggar Cemara Biru di Jalan Melon Raya nomor H10, Kecamatan Patrang, menjadi salah satu wadah yang tetap aktif berkegiatan. Meskipun saat ini bulan puasa. “Tetap aktif latihan hari Minggu, hanya jam latihannya berkurang,” tutur Fera Nurlaily Idayanti, Ketua Sanggar Tari Cemara Biru.

Sanggar ini fokus pada latihan kelenturan tubuh hingga gerakan-gerakan rumit yang tidak akan mungkin dilakukan oleh orang di luar seni tari. Anggotanya meliputi anak usia dini, SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa. “Rata-rata berasal dari Jember. Mahasiswa ada juga yang dari luar kota,” ucap Fera, yang menyukai seni tari sejak usia tiga tahun tersebut.

Dikatakan, latihan rutin akan menghasilkan gerakan yang ciamik. Indah dipandang. Fera menyebut, latihan setidaknya harus dilakukan sepekan sekali agar penari tidak lupa pada apa yang dipelajarinya. “Apabila ada kegiatan, untuk jadwal latihan bisa hampir setiap hari,” tambah Fera.

Selama bulan Ramadan ini, jadwal pertunjukan ditiadakan terlebih dahulu. Hal itu dimaksudkan agar seluruh anggota dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik. “Sementara ini, belum ada jadwal pertunjukan karena takut mengganggu puasa adik-adik,” ujar perempuan yang juga menjadi pelatih tari itu.

Sementara itu, bagi Fera, mengajarkan tarian pada anak-anak sampai mahasiswa memberi kepuasan tersendiri di samping ikut melestarikan kebudayaan. “Sukanya bisa berbagi ilmu dan pengalaman untuk peserta didik di sanggar. Senang karena mengajak peserta didik melestarikan budaya Indonesia,” jelasnya.

Kendati begitu, ada saja duka yang pasti menjadi tantangan. “Salah satunya sedikit susah mencari peserta didik karena berada di pusat kota, yang zaman sekarang anak-anak lebih suka yang modern,” ulasnya. Namun, hal itu tak mematahkan semangatnya untuk terus mengabdi melestarikan kebudayaan negeri.

Berkat kerja keras, ketekunan, dan kesabarannya, berbagai prestasi telah diraih dalam kompetisi di luar kota mewakili Jember. Seperti 10 penyaji unggulan dalam acara Jatim Night Carnival di Banyuwangi pada 2015 dan di Malang pada 2017. Selain itu, beragam piala telah diborong oleh Sanggar Cemara Biru di beberapa event kesenian di Jember. “Setiap ikut lomba selalu bawa banyak peserta. Misal sekali lomba yang daftar 10 grup, yang bawa piala 8 grup,” ungkapnya.

Sanggar Cemara Biru ini dulunya didirikan pada 2001 oleh ayah Fera. Fera kemudian melanjutkannya pada 2015 dengan melatih bermacam jenis tarian. Ada tari tradisional, kreasi, kontemporer, dan modern. Katanya, latihan tari juga akan dilakukan mengikuti tema lomba yang akan diikuti. “Tergantung tema dari lomba yang diadakan,” pungkas Fera. (c2/nur)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Lenggak-lenggok tubuh penari seperti berayun di awang-awang. Dilihat sederhana, namun penuh dengan makna. Gerakan tarinya seperti mudah, namun tak semua orang bisa gemulai seperti gerakan jari tangan dan kaki sang penari.

Baca Juga : Siapakah Ade Armando yang Dikeroyok Saat Demo 114?

Seni tari sejatinya bisa dipelajari oleh siapa pun. Akan tetapi, orang akan mudah lupa jika tidak melakukan latihan secara kontinu. Dengan kata lain, gerakan-gerakan yang pernah dipelajari oleh penari sekalipun akan menjadi kaku bila jarang dilatih.

Sanggar Cemara Biru di Jalan Melon Raya nomor H10, Kecamatan Patrang, menjadi salah satu wadah yang tetap aktif berkegiatan. Meskipun saat ini bulan puasa. “Tetap aktif latihan hari Minggu, hanya jam latihannya berkurang,” tutur Fera Nurlaily Idayanti, Ketua Sanggar Tari Cemara Biru.

Sanggar ini fokus pada latihan kelenturan tubuh hingga gerakan-gerakan rumit yang tidak akan mungkin dilakukan oleh orang di luar seni tari. Anggotanya meliputi anak usia dini, SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa. “Rata-rata berasal dari Jember. Mahasiswa ada juga yang dari luar kota,” ucap Fera, yang menyukai seni tari sejak usia tiga tahun tersebut.

Dikatakan, latihan rutin akan menghasilkan gerakan yang ciamik. Indah dipandang. Fera menyebut, latihan setidaknya harus dilakukan sepekan sekali agar penari tidak lupa pada apa yang dipelajarinya. “Apabila ada kegiatan, untuk jadwal latihan bisa hampir setiap hari,” tambah Fera.

Selama bulan Ramadan ini, jadwal pertunjukan ditiadakan terlebih dahulu. Hal itu dimaksudkan agar seluruh anggota dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik. “Sementara ini, belum ada jadwal pertunjukan karena takut mengganggu puasa adik-adik,” ujar perempuan yang juga menjadi pelatih tari itu.

Sementara itu, bagi Fera, mengajarkan tarian pada anak-anak sampai mahasiswa memberi kepuasan tersendiri di samping ikut melestarikan kebudayaan. “Sukanya bisa berbagi ilmu dan pengalaman untuk peserta didik di sanggar. Senang karena mengajak peserta didik melestarikan budaya Indonesia,” jelasnya.

Kendati begitu, ada saja duka yang pasti menjadi tantangan. “Salah satunya sedikit susah mencari peserta didik karena berada di pusat kota, yang zaman sekarang anak-anak lebih suka yang modern,” ulasnya. Namun, hal itu tak mematahkan semangatnya untuk terus mengabdi melestarikan kebudayaan negeri.

Berkat kerja keras, ketekunan, dan kesabarannya, berbagai prestasi telah diraih dalam kompetisi di luar kota mewakili Jember. Seperti 10 penyaji unggulan dalam acara Jatim Night Carnival di Banyuwangi pada 2015 dan di Malang pada 2017. Selain itu, beragam piala telah diborong oleh Sanggar Cemara Biru di beberapa event kesenian di Jember. “Setiap ikut lomba selalu bawa banyak peserta. Misal sekali lomba yang daftar 10 grup, yang bawa piala 8 grup,” ungkapnya.

Sanggar Cemara Biru ini dulunya didirikan pada 2001 oleh ayah Fera. Fera kemudian melanjutkannya pada 2015 dengan melatih bermacam jenis tarian. Ada tari tradisional, kreasi, kontemporer, dan modern. Katanya, latihan tari juga akan dilakukan mengikuti tema lomba yang akan diikuti. “Tergantung tema dari lomba yang diadakan,” pungkas Fera. (c2/nur)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca