JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, hingga munculnya kerajaan Islam, eksistensi keris terus hidup dan dinamis. Bahkan Sunan Kalijaga dan Pangeran Diponegoro juga dikisahkan memiliki pusaka keris. Nah, di Jember, sejumlah komunitas pencinta keris rupanya masih menjamur.
BACA JUGA : Kesadaran Rendah, Warga Minta Pelanggar Ditilang
Mereka sempat unjuk gigi kala Jember Art Festival (J-Art Fest) di Jalan PB Sudirman, Jember, yang berakhir kemarin. Festival itu tak hanya menjadi kesempatan bagi mereka memamerkan pusaka-pusaka keris dari berbagai macam dan jenis, namun juga memberikan informasi ke pengunjung mengenai dunia keris. “Banyak sekali keris yang kami pamerkan dan ingin kami kenalkan ke masyarakat,” kata Berni, salah satu peserta pameran keris, kala itu.
Sebagai salah satu pemerhati keris, pada pergelaran tersebut, dia bersama rekan-rekannya membawa kurang lebih sekitar 70 keris. Usia keris-keris itu, menurut Berni, sangat beragam. Bahkan ada keris yang telah mencapai ratusan tahun. “Kalau usia, tidak hanya puluhan tahun saja, tetapi ada yang sudah ratusan tahun. Bahkan 400 tahunan,” katanya.
Mengenai harga, kata Berni, dipengaruhi berbagai faktor. Selain usia, juga faktor bahan pembuatan serta proses pembuatan yang baik. Bahkan faktor historis juga bisa jadi menentukan kualitas dan harganya. Semakin banyak faktor yang terpenuhi, keris dapat dihargai hingga puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. “Kalau keris yang bagus, tua, masih utuh, dan terdapat pamor yang langka, bisa dihargai puluhan hingga ratusan juta,” kata Berni.