22.7 C
Jember
Friday, 9 June 2023

Gini Dong! Bikin Pot Daur Ulang Sampah, Berdayakan Emak-Emak

Kiprah Yuliati, Penggagas Bank Sampah di Kecamatan Panti

Mobile_AP_Rectangle 1

SUCI, RADARJEMBER.ID – BANYAK cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satunya dengan mendaur ulang limbah. Di tangan Yuliati, limbah popok, masker medis, dan kain yang tak terpakai diolah menjadi pot bunga yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kini, dengan kreativitas daur ulang sampah itu, dirinya tak hanya menyelamatkan lingkungan dari ancaman pencemaran. Namun, juga bisa memberdayakan emak-emak lainnya, terutama para tetangga.

Ya, Yuliati merupakan penggagas Bank Sampah Larahan Makmur Jember. Ia mendirikan bank sampah di Jember itu pada 2018 lalu. Setahun kemudian, perempuan yang akrab disapa Yuli itu mengajak ibu-ibu lain untuk mendaur ulang limbah. Masyarakat setempat tidak hanya menukar limbah dengan uang di bank sampah yang dia dirikan. Namun, juga diajari dan dilatih cara membuat pot bunga berbahan sampah.

Yuli bercerita, proses mengajak masyarakat agar mau mendaur ulang sampah tidaklah mudah. Harus ada stimulus yang diberikan. Yakni dengan mengadakan lomba membuat pot bunga. Sasaran pesertanya adalah nasabah dan anggota bank sampah. “Sebelumnya, saya kasih tutorialnya, juga diajari. Jadi, semua sudah bisa bikin karena ada tutorialnya,” ungkap alumnus Universitas Islam Jember (UIJ) itu.

Mobile_AP_Rectangle 2

Menurut dia, proses pembuatannya cukup mudah. Bahannya adalah semen, air cetakan bekas, dan limbah popok bayi, kain handuk, dan masker. Mulanya, limbah diletakkan di atas cetakan pot bunga yang sebelumnya dilapisi oleh plastik. Selanjutnya, adonan semen dan air dijadikan lapisan ketiga, kemudian dijemur. Setelah kering, pot dicat sesuai selera. Biasanya, ibu-ibu menggunakan cetakan bekas wadah makanan cepat saji atau gayung berukuran besar.

Ketika mengadakan lomba, ia mendatangkan beberapa juri dari bank sampah daerah lain. Ini supaya mereka turut menilai kreasi ibu-ibu di kampungnya. Selain itu, kehadiran juri luar desa juga dinilainya bisa memberikan motivasi tersendiri bagi emak-emak di desanya agar terus berkarya.

Ternyata, upayanya itu tidak sia-sia. Banyak ibu-ibu yang antusias mengikuti lomba membuat pot tersebut. “Bahkan, bapak-bapaknya juga ikutan. Biasanya, mereka bikin video proses pembuatannya di grup WhatsApp,” ungkap perempuan yang tinggal di Desa Suci, Kecamatan Panti Jember, itu.

Satu pot bunga dibanderol dengan harga Rp 25 ribu hingga ratusan ribu, sesuai dengan ukurannya. Selama ini, pemasarannya masih secara daring melalui market place. Yuli mengaku, program daur ulang yang telah dikembangkan selama empat tahun belakangan ini memiliki banyak peminat. “Tidak hanya orang-orang di Desa Suci saja yang terlibat. Namun warga Kecamatan Panti  Jember dari desa lain juga ikutan,” kata guru IPA di SMP Negeri 1 Panti Jember tersebut.

Ke depan, ia berharap daur ulang sampah yang digagasnya ini memiliki anggota yang lebih banyak. Sehingga nantinya akan ada galeri untuk produk daur ulang sampah itu dan bisa dipasarkan kepada para pengunjung wisata Gunung Pasang yang berada di kecamatan setempat. “Dengan begitu, akan lebih banyak ibu-ibu yang terlibat membuat pot dan kerajinan daur ulang lainnya, sehingga manfaat pemberdayaannya semakin luas,” pungkas wanita 38 tahun itu.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Mahrus Sholih

- Advertisement -

SUCI, RADARJEMBER.ID – BANYAK cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satunya dengan mendaur ulang limbah. Di tangan Yuliati, limbah popok, masker medis, dan kain yang tak terpakai diolah menjadi pot bunga yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kini, dengan kreativitas daur ulang sampah itu, dirinya tak hanya menyelamatkan lingkungan dari ancaman pencemaran. Namun, juga bisa memberdayakan emak-emak lainnya, terutama para tetangga.

Ya, Yuliati merupakan penggagas Bank Sampah Larahan Makmur Jember. Ia mendirikan bank sampah di Jember itu pada 2018 lalu. Setahun kemudian, perempuan yang akrab disapa Yuli itu mengajak ibu-ibu lain untuk mendaur ulang limbah. Masyarakat setempat tidak hanya menukar limbah dengan uang di bank sampah yang dia dirikan. Namun, juga diajari dan dilatih cara membuat pot bunga berbahan sampah.

Yuli bercerita, proses mengajak masyarakat agar mau mendaur ulang sampah tidaklah mudah. Harus ada stimulus yang diberikan. Yakni dengan mengadakan lomba membuat pot bunga. Sasaran pesertanya adalah nasabah dan anggota bank sampah. “Sebelumnya, saya kasih tutorialnya, juga diajari. Jadi, semua sudah bisa bikin karena ada tutorialnya,” ungkap alumnus Universitas Islam Jember (UIJ) itu.

Menurut dia, proses pembuatannya cukup mudah. Bahannya adalah semen, air cetakan bekas, dan limbah popok bayi, kain handuk, dan masker. Mulanya, limbah diletakkan di atas cetakan pot bunga yang sebelumnya dilapisi oleh plastik. Selanjutnya, adonan semen dan air dijadikan lapisan ketiga, kemudian dijemur. Setelah kering, pot dicat sesuai selera. Biasanya, ibu-ibu menggunakan cetakan bekas wadah makanan cepat saji atau gayung berukuran besar.

Ketika mengadakan lomba, ia mendatangkan beberapa juri dari bank sampah daerah lain. Ini supaya mereka turut menilai kreasi ibu-ibu di kampungnya. Selain itu, kehadiran juri luar desa juga dinilainya bisa memberikan motivasi tersendiri bagi emak-emak di desanya agar terus berkarya.

Ternyata, upayanya itu tidak sia-sia. Banyak ibu-ibu yang antusias mengikuti lomba membuat pot tersebut. “Bahkan, bapak-bapaknya juga ikutan. Biasanya, mereka bikin video proses pembuatannya di grup WhatsApp,” ungkap perempuan yang tinggal di Desa Suci, Kecamatan Panti Jember, itu.

Satu pot bunga dibanderol dengan harga Rp 25 ribu hingga ratusan ribu, sesuai dengan ukurannya. Selama ini, pemasarannya masih secara daring melalui market place. Yuli mengaku, program daur ulang yang telah dikembangkan selama empat tahun belakangan ini memiliki banyak peminat. “Tidak hanya orang-orang di Desa Suci saja yang terlibat. Namun warga Kecamatan Panti  Jember dari desa lain juga ikutan,” kata guru IPA di SMP Negeri 1 Panti Jember tersebut.

Ke depan, ia berharap daur ulang sampah yang digagasnya ini memiliki anggota yang lebih banyak. Sehingga nantinya akan ada galeri untuk produk daur ulang sampah itu dan bisa dipasarkan kepada para pengunjung wisata Gunung Pasang yang berada di kecamatan setempat. “Dengan begitu, akan lebih banyak ibu-ibu yang terlibat membuat pot dan kerajinan daur ulang lainnya, sehingga manfaat pemberdayaannya semakin luas,” pungkas wanita 38 tahun itu.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Mahrus Sholih

SUCI, RADARJEMBER.ID – BANYAK cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satunya dengan mendaur ulang limbah. Di tangan Yuliati, limbah popok, masker medis, dan kain yang tak terpakai diolah menjadi pot bunga yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kini, dengan kreativitas daur ulang sampah itu, dirinya tak hanya menyelamatkan lingkungan dari ancaman pencemaran. Namun, juga bisa memberdayakan emak-emak lainnya, terutama para tetangga.

Ya, Yuliati merupakan penggagas Bank Sampah Larahan Makmur Jember. Ia mendirikan bank sampah di Jember itu pada 2018 lalu. Setahun kemudian, perempuan yang akrab disapa Yuli itu mengajak ibu-ibu lain untuk mendaur ulang limbah. Masyarakat setempat tidak hanya menukar limbah dengan uang di bank sampah yang dia dirikan. Namun, juga diajari dan dilatih cara membuat pot bunga berbahan sampah.

Yuli bercerita, proses mengajak masyarakat agar mau mendaur ulang sampah tidaklah mudah. Harus ada stimulus yang diberikan. Yakni dengan mengadakan lomba membuat pot bunga. Sasaran pesertanya adalah nasabah dan anggota bank sampah. “Sebelumnya, saya kasih tutorialnya, juga diajari. Jadi, semua sudah bisa bikin karena ada tutorialnya,” ungkap alumnus Universitas Islam Jember (UIJ) itu.

Menurut dia, proses pembuatannya cukup mudah. Bahannya adalah semen, air cetakan bekas, dan limbah popok bayi, kain handuk, dan masker. Mulanya, limbah diletakkan di atas cetakan pot bunga yang sebelumnya dilapisi oleh plastik. Selanjutnya, adonan semen dan air dijadikan lapisan ketiga, kemudian dijemur. Setelah kering, pot dicat sesuai selera. Biasanya, ibu-ibu menggunakan cetakan bekas wadah makanan cepat saji atau gayung berukuran besar.

Ketika mengadakan lomba, ia mendatangkan beberapa juri dari bank sampah daerah lain. Ini supaya mereka turut menilai kreasi ibu-ibu di kampungnya. Selain itu, kehadiran juri luar desa juga dinilainya bisa memberikan motivasi tersendiri bagi emak-emak di desanya agar terus berkarya.

Ternyata, upayanya itu tidak sia-sia. Banyak ibu-ibu yang antusias mengikuti lomba membuat pot tersebut. “Bahkan, bapak-bapaknya juga ikutan. Biasanya, mereka bikin video proses pembuatannya di grup WhatsApp,” ungkap perempuan yang tinggal di Desa Suci, Kecamatan Panti Jember, itu.

Satu pot bunga dibanderol dengan harga Rp 25 ribu hingga ratusan ribu, sesuai dengan ukurannya. Selama ini, pemasarannya masih secara daring melalui market place. Yuli mengaku, program daur ulang yang telah dikembangkan selama empat tahun belakangan ini memiliki banyak peminat. “Tidak hanya orang-orang di Desa Suci saja yang terlibat. Namun warga Kecamatan Panti  Jember dari desa lain juga ikutan,” kata guru IPA di SMP Negeri 1 Panti Jember tersebut.

Ke depan, ia berharap daur ulang sampah yang digagasnya ini memiliki anggota yang lebih banyak. Sehingga nantinya akan ada galeri untuk produk daur ulang sampah itu dan bisa dipasarkan kepada para pengunjung wisata Gunung Pasang yang berada di kecamatan setempat. “Dengan begitu, akan lebih banyak ibu-ibu yang terlibat membuat pot dan kerajinan daur ulang lainnya, sehingga manfaat pemberdayaannya semakin luas,” pungkas wanita 38 tahun itu.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca