Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Malam itu suasana desa terlihat tenang. Angin sayup-sayup berembus dan debu menyelimuti jalan di malam itu. Dari jauh terdengar suara musik tradisional dan tampak lampu cukup terang tak seperti biasanya. Di tempat itu, ada acara pencakan, istilah pencak silat Madura.
BACA JUGA : Sebelas Orang Tewas Ditangan Dukun Pengganda Uang Banjarnegara
Pencakan merupakan pertunjukan yang diwariskan turun-temurun oleh para leluhur. Saat itu, warga pun berkumpul menyaksikan permainan musik, berikut pencakan yang diperagakan oleh dua orang. Mereka bermain untuk menghibur warga.
Mobile_AP_Rectangle 2
Ketua perkumpulan kesenian tradisional pencakan Rantai Kuning, Ahmad Hadi Wijaya, menyebut, tradisi pencakan itu dari kakek buyutnya saat menjadi penabuh gendang. Saat ini, budaya pencakan sudah tak begitu ramai. “Hingga saat ini kami masih bertahan melestarikan warisan dari leluhur kami,” ungkapnya.
Setiap hari, Hadi selalu memikirkan cara agar grupnya bisa tampil. Sebab, masa sekarang jarang ada orang yang mau menanggap kegiatan tersebut. Hal itu membuat grupnya semakin meredup. Apalagi, pada tahun 2020 lalu grupnya tak bisa tampil lantaran pandemi Covid-19. Saat itu beberapa anggotanya mulai berpencar karena sepinya job. Beberapa anggota mulai merantau ke Pulau Dewata, Bali, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa anggota lagi fokus bekerja serabutan.
Hal itu membuat Hadi semakin bingung. Sebab, anggotanya banyak yang keluar. Tersisa hanya beberapa personel yang hanya fokus di bagian musiknya. “Sedangkan yang tampil bagian atraksi maupun can-macanan kadduk semakin sedikit,” ujarnya, sembari menunjuk personel penabuh gendang dan kawan-kawannya.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Malam itu suasana desa terlihat tenang. Angin sayup-sayup berembus dan debu menyelimuti jalan di malam itu. Dari jauh terdengar suara musik tradisional dan tampak lampu cukup terang tak seperti biasanya. Di tempat itu, ada acara pencakan, istilah pencak silat Madura.
BACA JUGA : Sebelas Orang Tewas Ditangan Dukun Pengganda Uang Banjarnegara
Pencakan merupakan pertunjukan yang diwariskan turun-temurun oleh para leluhur. Saat itu, warga pun berkumpul menyaksikan permainan musik, berikut pencakan yang diperagakan oleh dua orang. Mereka bermain untuk menghibur warga.
Ketua perkumpulan kesenian tradisional pencakan Rantai Kuning, Ahmad Hadi Wijaya, menyebut, tradisi pencakan itu dari kakek buyutnya saat menjadi penabuh gendang. Saat ini, budaya pencakan sudah tak begitu ramai. “Hingga saat ini kami masih bertahan melestarikan warisan dari leluhur kami,” ungkapnya.
Setiap hari, Hadi selalu memikirkan cara agar grupnya bisa tampil. Sebab, masa sekarang jarang ada orang yang mau menanggap kegiatan tersebut. Hal itu membuat grupnya semakin meredup. Apalagi, pada tahun 2020 lalu grupnya tak bisa tampil lantaran pandemi Covid-19. Saat itu beberapa anggotanya mulai berpencar karena sepinya job. Beberapa anggota mulai merantau ke Pulau Dewata, Bali, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa anggota lagi fokus bekerja serabutan.
Hal itu membuat Hadi semakin bingung. Sebab, anggotanya banyak yang keluar. Tersisa hanya beberapa personel yang hanya fokus di bagian musiknya. “Sedangkan yang tampil bagian atraksi maupun can-macanan kadduk semakin sedikit,” ujarnya, sembari menunjuk personel penabuh gendang dan kawan-kawannya.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Malam itu suasana desa terlihat tenang. Angin sayup-sayup berembus dan debu menyelimuti jalan di malam itu. Dari jauh terdengar suara musik tradisional dan tampak lampu cukup terang tak seperti biasanya. Di tempat itu, ada acara pencakan, istilah pencak silat Madura.
BACA JUGA : Sebelas Orang Tewas Ditangan Dukun Pengganda Uang Banjarnegara
Pencakan merupakan pertunjukan yang diwariskan turun-temurun oleh para leluhur. Saat itu, warga pun berkumpul menyaksikan permainan musik, berikut pencakan yang diperagakan oleh dua orang. Mereka bermain untuk menghibur warga.
Ketua perkumpulan kesenian tradisional pencakan Rantai Kuning, Ahmad Hadi Wijaya, menyebut, tradisi pencakan itu dari kakek buyutnya saat menjadi penabuh gendang. Saat ini, budaya pencakan sudah tak begitu ramai. “Hingga saat ini kami masih bertahan melestarikan warisan dari leluhur kami,” ungkapnya.
Setiap hari, Hadi selalu memikirkan cara agar grupnya bisa tampil. Sebab, masa sekarang jarang ada orang yang mau menanggap kegiatan tersebut. Hal itu membuat grupnya semakin meredup. Apalagi, pada tahun 2020 lalu grupnya tak bisa tampil lantaran pandemi Covid-19. Saat itu beberapa anggotanya mulai berpencar karena sepinya job. Beberapa anggota mulai merantau ke Pulau Dewata, Bali, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa anggota lagi fokus bekerja serabutan.
Hal itu membuat Hadi semakin bingung. Sebab, anggotanya banyak yang keluar. Tersisa hanya beberapa personel yang hanya fokus di bagian musiknya. “Sedangkan yang tampil bagian atraksi maupun can-macanan kadduk semakin sedikit,” ujarnya, sembari menunjuk personel penabuh gendang dan kawan-kawannya.