Mobile_AP_Rectangle 1
SUMBERSARI, Radar Jember – Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional 2023, para difabel menciptakan tiga karya film pendek. Film tersebut sempat diputar di Atrium Jember Town Square, kemarin (30/3).
BACA JUGA :Â Pemkab Jember Sediakan 25 Kuintal Telur Selama Safari Ramadan
Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Orens Production itu meluncurkan tiga karya film bertema Inluscreen. Tujuannya sebagai wadah ruang putar untuk film pendek yang mendukung gerakan inklusif dan aksesibilitas. “Untuk tiga film tersebut bergenre fiksi dengan judul Im Possible, Batu Kertas, dan Dua Berlian,” Wiviano Rizky Tantowi, produser film Dua Berlian.
Mobile_AP_Rectangle 2
Salah satu dari produser yang ada di Orens Production adalah disabilitas. Sedangkan tim teknisnya, seperti juru kamera dari nondifabel. Tahun lalu, kru atau tim yang difabel ada 10 orang. “Jadi, pada pembuatan film ini timnya campur, baik nondifabel ataupun difabel, dan secara tidak langsung itu juga menggambarkan dari tema hari ini, yakni Inluscreen,” beber Vian.
Selain itu, film pendek itu juga harus memiliki subtitle atau audio description. Agar disabilitas netra dan tuli juga bisa menikmati film tersebut.
Ide tersebut muncul karena rata-rata para film maker atau produser tidak memiliki subtitle atau audio description pada film yang mereka buat. Padahal film tersebut ditujukan kepada kalangan umum, termasuk disabilitas. “Semoga film pendek ini menjadi pendorong bagi film maker untuk membuat film yang memiliki subtitle, minimal subtitle Indonesia,” imbuhnya. Sementara, target penontonnya semua kalangan. Mulai dari difabel, baik dari SDLB, SMPLB, maupun, SMALB hingga umum. (mg4/nur)
- Advertisement -
SUMBERSARI, Radar Jember – Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional 2023, para difabel menciptakan tiga karya film pendek. Film tersebut sempat diputar di Atrium Jember Town Square, kemarin (30/3).
BACA JUGA :Â Pemkab Jember Sediakan 25 Kuintal Telur Selama Safari Ramadan
Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Orens Production itu meluncurkan tiga karya film bertema Inluscreen. Tujuannya sebagai wadah ruang putar untuk film pendek yang mendukung gerakan inklusif dan aksesibilitas. “Untuk tiga film tersebut bergenre fiksi dengan judul Im Possible, Batu Kertas, dan Dua Berlian,” Wiviano Rizky Tantowi, produser film Dua Berlian.
Salah satu dari produser yang ada di Orens Production adalah disabilitas. Sedangkan tim teknisnya, seperti juru kamera dari nondifabel. Tahun lalu, kru atau tim yang difabel ada 10 orang. “Jadi, pada pembuatan film ini timnya campur, baik nondifabel ataupun difabel, dan secara tidak langsung itu juga menggambarkan dari tema hari ini, yakni Inluscreen,” beber Vian.
Selain itu, film pendek itu juga harus memiliki subtitle atau audio description. Agar disabilitas netra dan tuli juga bisa menikmati film tersebut.
Ide tersebut muncul karena rata-rata para film maker atau produser tidak memiliki subtitle atau audio description pada film yang mereka buat. Padahal film tersebut ditujukan kepada kalangan umum, termasuk disabilitas. “Semoga film pendek ini menjadi pendorong bagi film maker untuk membuat film yang memiliki subtitle, minimal subtitle Indonesia,” imbuhnya. Sementara, target penontonnya semua kalangan. Mulai dari difabel, baik dari SDLB, SMPLB, maupun, SMALB hingga umum. (mg4/nur)
SUMBERSARI, Radar Jember – Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional 2023, para difabel menciptakan tiga karya film pendek. Film tersebut sempat diputar di Atrium Jember Town Square, kemarin (30/3).
BACA JUGA :Â Pemkab Jember Sediakan 25 Kuintal Telur Selama Safari Ramadan
Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Orens Production itu meluncurkan tiga karya film bertema Inluscreen. Tujuannya sebagai wadah ruang putar untuk film pendek yang mendukung gerakan inklusif dan aksesibilitas. “Untuk tiga film tersebut bergenre fiksi dengan judul Im Possible, Batu Kertas, dan Dua Berlian,” Wiviano Rizky Tantowi, produser film Dua Berlian.
Salah satu dari produser yang ada di Orens Production adalah disabilitas. Sedangkan tim teknisnya, seperti juru kamera dari nondifabel. Tahun lalu, kru atau tim yang difabel ada 10 orang. “Jadi, pada pembuatan film ini timnya campur, baik nondifabel ataupun difabel, dan secara tidak langsung itu juga menggambarkan dari tema hari ini, yakni Inluscreen,” beber Vian.
Selain itu, film pendek itu juga harus memiliki subtitle atau audio description. Agar disabilitas netra dan tuli juga bisa menikmati film tersebut.
Ide tersebut muncul karena rata-rata para film maker atau produser tidak memiliki subtitle atau audio description pada film yang mereka buat. Padahal film tersebut ditujukan kepada kalangan umum, termasuk disabilitas. “Semoga film pendek ini menjadi pendorong bagi film maker untuk membuat film yang memiliki subtitle, minimal subtitle Indonesia,” imbuhnya. Sementara, target penontonnya semua kalangan. Mulai dari difabel, baik dari SDLB, SMPLB, maupun, SMALB hingga umum. (mg4/nur)