Mobile_AP_Rectangle 1
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Seragamnya harga minyak rupanya tidak membuat sektor usaha mikro semakin maksimal meraup keuntungan. Beberapa usaha yang membutuhkan bahan dasar tepung kini kembang kempis. Benar harga minyak menurun, tetapi harga tepung setiap karung kini melonjak naik hingga selisih Rp 50 ribu dari harga sebelumnya. Kenaikan yang tak wajar tersebut dirasakan pedagang produk olahan.
Biasanya, harga sekarung tepung sekitar Rp 160 ribu. Namun, belakangan ini harga tepung tersebut naik menjadi Rp 210 ribu. Tidak sedikit pedagang yang mengaku omzet pendapatannya berkurang. Bahkan, keuntungannya semakin menipis.
Hanik, salah satu pedagang nuget, ini misalnya. Setiap hari dia menghabiskan 3 karung tepung untuk membuat nuget dengan beragam bentuk. Dalam sebulan, produksi tersebut cukup mendatangkan omzet yang lumayan, kurang lebih dia dapat meraup keuntungan kotor sebesar Rp 3 juta per bulan.
Mobile_AP_Rectangle 2
Mau tidak mau dia terus memproduksi nuget tersebut. Sebab, hampir setiap hari agen terus meminta ketersediaannya mencukupi pelanggan. Kini, dia rela mempertahankan pelanggannya. Sebab, jika ketebalan maupun isi bungkus nuget dikurangi dapat memengaruhi penjualan di konsumen.
“Kalau misal itung-itungan, saya harus mengubah pola bikin nugetnya supaya pendapatan saya tetap. Bisa saya tipiskan atau saya kurangi bahan-bahan produksinya. Tetapi hal itu tidak saya pilih. Saya lebih memilih pendapatan saya berkurang daripada kehilangan pelanggan. Berat memang, tapi mau bagaimana lagi,” keluhnya.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Ade Apriyanis
Redaktur : Hafid Asnan
- Advertisement -
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Seragamnya harga minyak rupanya tidak membuat sektor usaha mikro semakin maksimal meraup keuntungan. Beberapa usaha yang membutuhkan bahan dasar tepung kini kembang kempis. Benar harga minyak menurun, tetapi harga tepung setiap karung kini melonjak naik hingga selisih Rp 50 ribu dari harga sebelumnya. Kenaikan yang tak wajar tersebut dirasakan pedagang produk olahan.
Biasanya, harga sekarung tepung sekitar Rp 160 ribu. Namun, belakangan ini harga tepung tersebut naik menjadi Rp 210 ribu. Tidak sedikit pedagang yang mengaku omzet pendapatannya berkurang. Bahkan, keuntungannya semakin menipis.
Hanik, salah satu pedagang nuget, ini misalnya. Setiap hari dia menghabiskan 3 karung tepung untuk membuat nuget dengan beragam bentuk. Dalam sebulan, produksi tersebut cukup mendatangkan omzet yang lumayan, kurang lebih dia dapat meraup keuntungan kotor sebesar Rp 3 juta per bulan.
Mau tidak mau dia terus memproduksi nuget tersebut. Sebab, hampir setiap hari agen terus meminta ketersediaannya mencukupi pelanggan. Kini, dia rela mempertahankan pelanggannya. Sebab, jika ketebalan maupun isi bungkus nuget dikurangi dapat memengaruhi penjualan di konsumen.
“Kalau misal itung-itungan, saya harus mengubah pola bikin nugetnya supaya pendapatan saya tetap. Bisa saya tipiskan atau saya kurangi bahan-bahan produksinya. Tetapi hal itu tidak saya pilih. Saya lebih memilih pendapatan saya berkurang daripada kehilangan pelanggan. Berat memang, tapi mau bagaimana lagi,” keluhnya.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Ade Apriyanis
Redaktur : Hafid Asnan
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Seragamnya harga minyak rupanya tidak membuat sektor usaha mikro semakin maksimal meraup keuntungan. Beberapa usaha yang membutuhkan bahan dasar tepung kini kembang kempis. Benar harga minyak menurun, tetapi harga tepung setiap karung kini melonjak naik hingga selisih Rp 50 ribu dari harga sebelumnya. Kenaikan yang tak wajar tersebut dirasakan pedagang produk olahan.
Biasanya, harga sekarung tepung sekitar Rp 160 ribu. Namun, belakangan ini harga tepung tersebut naik menjadi Rp 210 ribu. Tidak sedikit pedagang yang mengaku omzet pendapatannya berkurang. Bahkan, keuntungannya semakin menipis.
Hanik, salah satu pedagang nuget, ini misalnya. Setiap hari dia menghabiskan 3 karung tepung untuk membuat nuget dengan beragam bentuk. Dalam sebulan, produksi tersebut cukup mendatangkan omzet yang lumayan, kurang lebih dia dapat meraup keuntungan kotor sebesar Rp 3 juta per bulan.
Mau tidak mau dia terus memproduksi nuget tersebut. Sebab, hampir setiap hari agen terus meminta ketersediaannya mencukupi pelanggan. Kini, dia rela mempertahankan pelanggannya. Sebab, jika ketebalan maupun isi bungkus nuget dikurangi dapat memengaruhi penjualan di konsumen.
“Kalau misal itung-itungan, saya harus mengubah pola bikin nugetnya supaya pendapatan saya tetap. Bisa saya tipiskan atau saya kurangi bahan-bahan produksinya. Tetapi hal itu tidak saya pilih. Saya lebih memilih pendapatan saya berkurang daripada kehilangan pelanggan. Berat memang, tapi mau bagaimana lagi,” keluhnya.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Ade Apriyanis
Redaktur : Hafid Asnan