25.8 C
Jember
Thursday, 1 June 2023

Nekat Tanam Tanpa Mitra

Perlu Kemitraan untuk Jamin Harga

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Beberapa bulan terakhir, tak sedikit petani yang tiba-tiba mengganti lahan perkebunan yang sebelumnya ditanami padi beralih ke tanam pisang cavendish. Padahal penjualan komoditas tersebut belum menemukan pasar. Bahkan dari ratusan hektare lahan pisang yang tertanam, hanya sepuluh hektare yang bermitra.

Catatan Dinas Pertanian Lumajang, setidaknya ada 130 hektare lahan pertanian pisang cavendish. Rata-rata tersebar di Kecamatan Pasrujambe, Tempursari, dan Kecamatan Klakah. Sebanyak 120 di antaranya dikelola secara swadaya, sedangkan 10 hektare lahan lainnya telah bermitra dengan salah satu perusahaan.

Nizar, salah satu petani pisang cavendish di Desa Sumberwringin, Kecamatan Klakah, mengatakan, ketertarikannya menanam pisang cavendish melihat harganya yang cukup menjanjikan lewat media sosial. Tahun 2020 lalu dirinya memutuskan untuk menanam ratusan pohon di pekarangan belakang rumahnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Tertariknya awalnya karena trending, juga harga jualnya yang di atas jenis pisang lainnya. Tapi sejak ada korona, ternyata harganya anjlok dan bertahan sampai sekarang. Rata-rata anjloknya hanya di pasar tradisional,” jelasnya.

Sementara ini, pemasarannya memang dijual di pasar-pasar tradisional. Sempat ditawari kemitraan, namun kebutuhannya tidak bisa mencukupi. “Dulu sempat ada yang menawari untuk bermitra, tetapi mintanya minimal 1 ton per dua minggu. Ya kami belum ada,” jelasnya.

Sementara itu, Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Lumajang Donny Ananto mengatakan, sebagai daerah yang memiliki slogan Kota Pisang, cukup banyak petani yang masih mempertahankan slogan tersebut. Sebab, komoditas pisang memang lebih banyak daripada produksi tanaman buah-buahan lainnya.

“Kalau secara umum, dalam setahun ada sekitar 1,612 hektare lahan pertanian yang ditanami pisang. Seluas 700 hektare petani pisang mas kirana, sedangkan 300 hektare pisang agung. Nah, kalau cavendish kan ada dua jenis, kuning dan hijau. Komoditas itu sekarang masih 130-an hektare,” pungkasnya.

Jurnalis: Atieqson Mar Iqbal
Fotografer: Istimewa
Editor: Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Beberapa bulan terakhir, tak sedikit petani yang tiba-tiba mengganti lahan perkebunan yang sebelumnya ditanami padi beralih ke tanam pisang cavendish. Padahal penjualan komoditas tersebut belum menemukan pasar. Bahkan dari ratusan hektare lahan pisang yang tertanam, hanya sepuluh hektare yang bermitra.

Catatan Dinas Pertanian Lumajang, setidaknya ada 130 hektare lahan pertanian pisang cavendish. Rata-rata tersebar di Kecamatan Pasrujambe, Tempursari, dan Kecamatan Klakah. Sebanyak 120 di antaranya dikelola secara swadaya, sedangkan 10 hektare lahan lainnya telah bermitra dengan salah satu perusahaan.

Nizar, salah satu petani pisang cavendish di Desa Sumberwringin, Kecamatan Klakah, mengatakan, ketertarikannya menanam pisang cavendish melihat harganya yang cukup menjanjikan lewat media sosial. Tahun 2020 lalu dirinya memutuskan untuk menanam ratusan pohon di pekarangan belakang rumahnya.

“Tertariknya awalnya karena trending, juga harga jualnya yang di atas jenis pisang lainnya. Tapi sejak ada korona, ternyata harganya anjlok dan bertahan sampai sekarang. Rata-rata anjloknya hanya di pasar tradisional,” jelasnya.

Sementara ini, pemasarannya memang dijual di pasar-pasar tradisional. Sempat ditawari kemitraan, namun kebutuhannya tidak bisa mencukupi. “Dulu sempat ada yang menawari untuk bermitra, tetapi mintanya minimal 1 ton per dua minggu. Ya kami belum ada,” jelasnya.

Sementara itu, Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Lumajang Donny Ananto mengatakan, sebagai daerah yang memiliki slogan Kota Pisang, cukup banyak petani yang masih mempertahankan slogan tersebut. Sebab, komoditas pisang memang lebih banyak daripada produksi tanaman buah-buahan lainnya.

“Kalau secara umum, dalam setahun ada sekitar 1,612 hektare lahan pertanian yang ditanami pisang. Seluas 700 hektare petani pisang mas kirana, sedangkan 300 hektare pisang agung. Nah, kalau cavendish kan ada dua jenis, kuning dan hijau. Komoditas itu sekarang masih 130-an hektare,” pungkasnya.

Jurnalis: Atieqson Mar Iqbal
Fotografer: Istimewa
Editor: Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Beberapa bulan terakhir, tak sedikit petani yang tiba-tiba mengganti lahan perkebunan yang sebelumnya ditanami padi beralih ke tanam pisang cavendish. Padahal penjualan komoditas tersebut belum menemukan pasar. Bahkan dari ratusan hektare lahan pisang yang tertanam, hanya sepuluh hektare yang bermitra.

Catatan Dinas Pertanian Lumajang, setidaknya ada 130 hektare lahan pertanian pisang cavendish. Rata-rata tersebar di Kecamatan Pasrujambe, Tempursari, dan Kecamatan Klakah. Sebanyak 120 di antaranya dikelola secara swadaya, sedangkan 10 hektare lahan lainnya telah bermitra dengan salah satu perusahaan.

Nizar, salah satu petani pisang cavendish di Desa Sumberwringin, Kecamatan Klakah, mengatakan, ketertarikannya menanam pisang cavendish melihat harganya yang cukup menjanjikan lewat media sosial. Tahun 2020 lalu dirinya memutuskan untuk menanam ratusan pohon di pekarangan belakang rumahnya.

“Tertariknya awalnya karena trending, juga harga jualnya yang di atas jenis pisang lainnya. Tapi sejak ada korona, ternyata harganya anjlok dan bertahan sampai sekarang. Rata-rata anjloknya hanya di pasar tradisional,” jelasnya.

Sementara ini, pemasarannya memang dijual di pasar-pasar tradisional. Sempat ditawari kemitraan, namun kebutuhannya tidak bisa mencukupi. “Dulu sempat ada yang menawari untuk bermitra, tetapi mintanya minimal 1 ton per dua minggu. Ya kami belum ada,” jelasnya.

Sementara itu, Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Lumajang Donny Ananto mengatakan, sebagai daerah yang memiliki slogan Kota Pisang, cukup banyak petani yang masih mempertahankan slogan tersebut. Sebab, komoditas pisang memang lebih banyak daripada produksi tanaman buah-buahan lainnya.

“Kalau secara umum, dalam setahun ada sekitar 1,612 hektare lahan pertanian yang ditanami pisang. Seluas 700 hektare petani pisang mas kirana, sedangkan 300 hektare pisang agung. Nah, kalau cavendish kan ada dua jenis, kuning dan hijau. Komoditas itu sekarang masih 130-an hektare,” pungkasnya.

Jurnalis: Atieqson Mar Iqbal
Fotografer: Istimewa
Editor: Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca