30.4 C
Jember
Saturday, 10 June 2023

Jadikan yang Menghina sebagai Kawan

Mudiyono, Atlet Difabel Peraih Beragam Penghargaan Tidak ada manusia yang sempurna. Semua memiliki keterbatasan. Namun, keterbatasan itu bukan menjadi penghalang untuk meraih prestasi. Salah satunya Mudiyono. Meski hanya memiliki satu kaki yang normal, dia bisa membuktikan prestasinya hingga tingkat nasional.

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Senyumnya lebar terlihat dari sisi jalan. Tangannya melambai menunjukkan dia adalah Mudiyono. Dari jauh, hanya kaki kanan yang digunakan tumpuan mengendarai motor. Namun, kakinya lincah bergerak memutar balik motornya.

Sampai di rumah, dia memarkir motornya. Berjalan menuju tempat kolam ikan lele. Pakan ikan lele diambil. Sesendok pakan dilemparkan ke kolam. Sejumlah lele saling berebut makan. “Selain olahraga rutin, saya juga mengurus ikan lele,” ujarnya mulai bercerita.

Lelaki asal Sukosari, Kunir, tersebut mengungkapkan, keterbatasan yang dimiliki bukan menjadi penghalang beraktivitas layaknya kebanyakan orang. Sebab, orang-orang di sekitarnya tidak pernah menganggapnya berbeda. “Keluarga, tetangga, bahkan teman-teman saya tidak pernah melihat kekurangan saya. Tidak ada yang kasihan atau iba. Saya bukan orang istimewa. Saya sama seperti orang normal lainnya,” ungkapnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Hal tersebut membuatnya diperlakukan sama. Karenanya, semangatnya selalu bertahan hingga sekarang. “Itu yang membuat saya selalu bersemangat. Meskipun saat kecil, kalau ada yang menghina, saya langsung marah,” katanya mengenang masa lalu.

Seiring waktu, hinaan tersebut tidak lagi dihiraukan. “Awalnya memang tidak terima. Karena saat itu masih kecil, belum tahu. Seiring waktu, setiap ada yang menghina, saya datangi. Bukan untuk dilawan, tetapi untuk dijadikan kawan,” tambah peraih juara tiga tolak peluru Peparnas 2013 tersebut.

Menurut dia, menjadikan orang lain sebagai kawan akan menumbuhkan semangat menjalin kebersamaan. Oleh karena itu, dia selalu berterima kasih atas setiap hinaan atau pujian. “Mereka memang belum tahu, sesulit apa saya ketika jatuh. Maka dari itu, saya tidak pernah menganggapnya lawan. Justru, saya harus berterima kasih dan berbuat baik kepadanya,” jelasnya.

Lelaki peraih tiga emas dalam Perpaprov Jawa Timur ini, akhir pekan lalu, menuturkan, mental yang kuat harus dimiliki setiap penyandang disabilitas. Sebab, masih banyak orang belum memahami kehidupan difabel. “Terutama bagi atlet difabel.  Maka, kuncinya adalah mental yang kuat. Kalau mental kuat, latihan rutin, dan terus konsisten, prestasi akan mudah diraih,” pungkas atlet difabel ini.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Senyumnya lebar terlihat dari sisi jalan. Tangannya melambai menunjukkan dia adalah Mudiyono. Dari jauh, hanya kaki kanan yang digunakan tumpuan mengendarai motor. Namun, kakinya lincah bergerak memutar balik motornya.

Sampai di rumah, dia memarkir motornya. Berjalan menuju tempat kolam ikan lele. Pakan ikan lele diambil. Sesendok pakan dilemparkan ke kolam. Sejumlah lele saling berebut makan. “Selain olahraga rutin, saya juga mengurus ikan lele,” ujarnya mulai bercerita.

Lelaki asal Sukosari, Kunir, tersebut mengungkapkan, keterbatasan yang dimiliki bukan menjadi penghalang beraktivitas layaknya kebanyakan orang. Sebab, orang-orang di sekitarnya tidak pernah menganggapnya berbeda. “Keluarga, tetangga, bahkan teman-teman saya tidak pernah melihat kekurangan saya. Tidak ada yang kasihan atau iba. Saya bukan orang istimewa. Saya sama seperti orang normal lainnya,” ungkapnya.

Hal tersebut membuatnya diperlakukan sama. Karenanya, semangatnya selalu bertahan hingga sekarang. “Itu yang membuat saya selalu bersemangat. Meskipun saat kecil, kalau ada yang menghina, saya langsung marah,” katanya mengenang masa lalu.

Seiring waktu, hinaan tersebut tidak lagi dihiraukan. “Awalnya memang tidak terima. Karena saat itu masih kecil, belum tahu. Seiring waktu, setiap ada yang menghina, saya datangi. Bukan untuk dilawan, tetapi untuk dijadikan kawan,” tambah peraih juara tiga tolak peluru Peparnas 2013 tersebut.

Menurut dia, menjadikan orang lain sebagai kawan akan menumbuhkan semangat menjalin kebersamaan. Oleh karena itu, dia selalu berterima kasih atas setiap hinaan atau pujian. “Mereka memang belum tahu, sesulit apa saya ketika jatuh. Maka dari itu, saya tidak pernah menganggapnya lawan. Justru, saya harus berterima kasih dan berbuat baik kepadanya,” jelasnya.

Lelaki peraih tiga emas dalam Perpaprov Jawa Timur ini, akhir pekan lalu, menuturkan, mental yang kuat harus dimiliki setiap penyandang disabilitas. Sebab, masih banyak orang belum memahami kehidupan difabel. “Terutama bagi atlet difabel.  Maka, kuncinya adalah mental yang kuat. Kalau mental kuat, latihan rutin, dan terus konsisten, prestasi akan mudah diraih,” pungkas atlet difabel ini.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Senyumnya lebar terlihat dari sisi jalan. Tangannya melambai menunjukkan dia adalah Mudiyono. Dari jauh, hanya kaki kanan yang digunakan tumpuan mengendarai motor. Namun, kakinya lincah bergerak memutar balik motornya.

Sampai di rumah, dia memarkir motornya. Berjalan menuju tempat kolam ikan lele. Pakan ikan lele diambil. Sesendok pakan dilemparkan ke kolam. Sejumlah lele saling berebut makan. “Selain olahraga rutin, saya juga mengurus ikan lele,” ujarnya mulai bercerita.

Lelaki asal Sukosari, Kunir, tersebut mengungkapkan, keterbatasan yang dimiliki bukan menjadi penghalang beraktivitas layaknya kebanyakan orang. Sebab, orang-orang di sekitarnya tidak pernah menganggapnya berbeda. “Keluarga, tetangga, bahkan teman-teman saya tidak pernah melihat kekurangan saya. Tidak ada yang kasihan atau iba. Saya bukan orang istimewa. Saya sama seperti orang normal lainnya,” ungkapnya.

Hal tersebut membuatnya diperlakukan sama. Karenanya, semangatnya selalu bertahan hingga sekarang. “Itu yang membuat saya selalu bersemangat. Meskipun saat kecil, kalau ada yang menghina, saya langsung marah,” katanya mengenang masa lalu.

Seiring waktu, hinaan tersebut tidak lagi dihiraukan. “Awalnya memang tidak terima. Karena saat itu masih kecil, belum tahu. Seiring waktu, setiap ada yang menghina, saya datangi. Bukan untuk dilawan, tetapi untuk dijadikan kawan,” tambah peraih juara tiga tolak peluru Peparnas 2013 tersebut.

Menurut dia, menjadikan orang lain sebagai kawan akan menumbuhkan semangat menjalin kebersamaan. Oleh karena itu, dia selalu berterima kasih atas setiap hinaan atau pujian. “Mereka memang belum tahu, sesulit apa saya ketika jatuh. Maka dari itu, saya tidak pernah menganggapnya lawan. Justru, saya harus berterima kasih dan berbuat baik kepadanya,” jelasnya.

Lelaki peraih tiga emas dalam Perpaprov Jawa Timur ini, akhir pekan lalu, menuturkan, mental yang kuat harus dimiliki setiap penyandang disabilitas. Sebab, masih banyak orang belum memahami kehidupan difabel. “Terutama bagi atlet difabel.  Maka, kuncinya adalah mental yang kuat. Kalau mental kuat, latihan rutin, dan terus konsisten, prestasi akan mudah diraih,” pungkas atlet difabel ini.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca