30.4 C
Jember
Saturday, 10 June 2023

Lega Setelah Masa Observasi Tak Ada Efek Samping

Menjadi yang pertama adalah kebanggaan tersendiri bagi setiap orang. Sebab, tidak semua bisa mendapatkannya. Itulah yang dirasakan Muhammad Ali Shofyan, nakes yang pertama disuntik vaksin di Puskesmas Rogotrunan, Lumajang

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Lelaki berpakaian serba putih itu mendekat. Matanya memancarkan senyum. “Ada yang bisa dibantu, Mas?” tanyanya kepada wartawan Jawa Pos Radar Semeru saat memasuki ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Rogotrunan, Lumajang. Lelaki itu kembali berjalan ke belakang meja pelayanan informasi.

Muhammad Ali Shofyan nama lelaki itu. Dia adalah satu-satunya nakes yang disuntik di hari perdana penyuntikan vaksin Sinovac. Sebab, dari beberapa orang yang terdaftar di puskesmas tempat dia bekerja, hanya dirinya yang lolos. “Setelah Presiden Jokowi disuntik vaksin, saya penasaran. Akhirnya daftar dan dapat e-tiket untuk suntik. Ternyata lolos,” katanya.

Lelaki yang akrab dipanggil Al itu menceritakan, di meja pertama, dia mengisi data diri dan menyerahkan e-tiket kepada petugas. Hal itu sebagai bukti bahwa dia merupakan salah satu calon penerima vaksin yang telah terdaftar.

Mobile_AP_Rectangle 2

Selanjutnya, dia diarahkan ke meja dua. Di tempat itu, tahapan screening dilakukan. Denyut nadi dan tekanan darah dites. Pertanyaan pernah terpapar Covid-19 juga diajukan. Semuanya aman. Dia lolos di tahap screening. “Sikat Bu!” jawabnya, saat vaksinator bersiap menyuntiknya.

Di meja ketiga, vaksin itu disuntikkan tepat di lengan kirinya. Al tersenyum, vaksin telah dia terima. Perasaan senang langsung menggelayuti dirinya. Sebab, nakes yang lain tidak sampai di meja tiga. “Yang lain gugur. Jadi, memang hanya saya yang disuntik,” ungkapnya.

Selanjutnya, selama hampir satu jam dia diobservasi. Di tahap itu, vaksinator akan mengamati perubahan yang terjadi pada Al. Namun, hingga waktu observasi habis, tidak ada gejala yang dia rasakan. “Saya tidak merasakan efek samping sama sekali. Ini sebagai pembuktian bahwa informasi yang beredar di masyarakat bahwa vaksin itu berbahaya tidak benar. Vaksin ini aman,” ujar perawat 31 tahun tersebut.

Menurutnya, adanya program vaksinasi membantu memutus mata rantai penyebaran virus korona. Apalagi bagi mereka yang setiap hari berjibaku menangani pasien. Tentu, risiko terpapar lebih besar. Dia berharap, masyarakat lebih terbuka dan mendukung program vaksin.

Setelah dipastikan aman dan tidak ada efek samping, ucapan selamat dia terima dari para petugas dan teman-temannya seprofesi. Dia juga menerima penghargaan berupa kartu vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Alhamdulillah, sudah divaksin. Selanjutnya tinggal menunggu vaksin yang kedua. Jadwalnya sih tanggal 10 Februari,” pungkasnya.

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Lelaki berpakaian serba putih itu mendekat. Matanya memancarkan senyum. “Ada yang bisa dibantu, Mas?” tanyanya kepada wartawan Jawa Pos Radar Semeru saat memasuki ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Rogotrunan, Lumajang. Lelaki itu kembali berjalan ke belakang meja pelayanan informasi.

Muhammad Ali Shofyan nama lelaki itu. Dia adalah satu-satunya nakes yang disuntik di hari perdana penyuntikan vaksin Sinovac. Sebab, dari beberapa orang yang terdaftar di puskesmas tempat dia bekerja, hanya dirinya yang lolos. “Setelah Presiden Jokowi disuntik vaksin, saya penasaran. Akhirnya daftar dan dapat e-tiket untuk suntik. Ternyata lolos,” katanya.

Lelaki yang akrab dipanggil Al itu menceritakan, di meja pertama, dia mengisi data diri dan menyerahkan e-tiket kepada petugas. Hal itu sebagai bukti bahwa dia merupakan salah satu calon penerima vaksin yang telah terdaftar.

Selanjutnya, dia diarahkan ke meja dua. Di tempat itu, tahapan screening dilakukan. Denyut nadi dan tekanan darah dites. Pertanyaan pernah terpapar Covid-19 juga diajukan. Semuanya aman. Dia lolos di tahap screening. “Sikat Bu!” jawabnya, saat vaksinator bersiap menyuntiknya.

Di meja ketiga, vaksin itu disuntikkan tepat di lengan kirinya. Al tersenyum, vaksin telah dia terima. Perasaan senang langsung menggelayuti dirinya. Sebab, nakes yang lain tidak sampai di meja tiga. “Yang lain gugur. Jadi, memang hanya saya yang disuntik,” ungkapnya.

Selanjutnya, selama hampir satu jam dia diobservasi. Di tahap itu, vaksinator akan mengamati perubahan yang terjadi pada Al. Namun, hingga waktu observasi habis, tidak ada gejala yang dia rasakan. “Saya tidak merasakan efek samping sama sekali. Ini sebagai pembuktian bahwa informasi yang beredar di masyarakat bahwa vaksin itu berbahaya tidak benar. Vaksin ini aman,” ujar perawat 31 tahun tersebut.

Menurutnya, adanya program vaksinasi membantu memutus mata rantai penyebaran virus korona. Apalagi bagi mereka yang setiap hari berjibaku menangani pasien. Tentu, risiko terpapar lebih besar. Dia berharap, masyarakat lebih terbuka dan mendukung program vaksin.

Setelah dipastikan aman dan tidak ada efek samping, ucapan selamat dia terima dari para petugas dan teman-temannya seprofesi. Dia juga menerima penghargaan berupa kartu vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Alhamdulillah, sudah divaksin. Selanjutnya tinggal menunggu vaksin yang kedua. Jadwalnya sih tanggal 10 Februari,” pungkasnya.

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Lelaki berpakaian serba putih itu mendekat. Matanya memancarkan senyum. “Ada yang bisa dibantu, Mas?” tanyanya kepada wartawan Jawa Pos Radar Semeru saat memasuki ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Rogotrunan, Lumajang. Lelaki itu kembali berjalan ke belakang meja pelayanan informasi.

Muhammad Ali Shofyan nama lelaki itu. Dia adalah satu-satunya nakes yang disuntik di hari perdana penyuntikan vaksin Sinovac. Sebab, dari beberapa orang yang terdaftar di puskesmas tempat dia bekerja, hanya dirinya yang lolos. “Setelah Presiden Jokowi disuntik vaksin, saya penasaran. Akhirnya daftar dan dapat e-tiket untuk suntik. Ternyata lolos,” katanya.

Lelaki yang akrab dipanggil Al itu menceritakan, di meja pertama, dia mengisi data diri dan menyerahkan e-tiket kepada petugas. Hal itu sebagai bukti bahwa dia merupakan salah satu calon penerima vaksin yang telah terdaftar.

Selanjutnya, dia diarahkan ke meja dua. Di tempat itu, tahapan screening dilakukan. Denyut nadi dan tekanan darah dites. Pertanyaan pernah terpapar Covid-19 juga diajukan. Semuanya aman. Dia lolos di tahap screening. “Sikat Bu!” jawabnya, saat vaksinator bersiap menyuntiknya.

Di meja ketiga, vaksin itu disuntikkan tepat di lengan kirinya. Al tersenyum, vaksin telah dia terima. Perasaan senang langsung menggelayuti dirinya. Sebab, nakes yang lain tidak sampai di meja tiga. “Yang lain gugur. Jadi, memang hanya saya yang disuntik,” ungkapnya.

Selanjutnya, selama hampir satu jam dia diobservasi. Di tahap itu, vaksinator akan mengamati perubahan yang terjadi pada Al. Namun, hingga waktu observasi habis, tidak ada gejala yang dia rasakan. “Saya tidak merasakan efek samping sama sekali. Ini sebagai pembuktian bahwa informasi yang beredar di masyarakat bahwa vaksin itu berbahaya tidak benar. Vaksin ini aman,” ujar perawat 31 tahun tersebut.

Menurutnya, adanya program vaksinasi membantu memutus mata rantai penyebaran virus korona. Apalagi bagi mereka yang setiap hari berjibaku menangani pasien. Tentu, risiko terpapar lebih besar. Dia berharap, masyarakat lebih terbuka dan mendukung program vaksin.

Setelah dipastikan aman dan tidak ada efek samping, ucapan selamat dia terima dari para petugas dan teman-temannya seprofesi. Dia juga menerima penghargaan berupa kartu vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Alhamdulillah, sudah divaksin. Selanjutnya tinggal menunggu vaksin yang kedua. Jadwalnya sih tanggal 10 Februari,” pungkasnya.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca