22.9 C
Jember
Saturday, 3 June 2023

Musim Hama, Panen Jeruk di Lumajang Rugi

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Memasuki musim panen buah jeruk, petani bukannya untung, malah buntung. Sebagian besar buah jeruk yang ditanam petani di kebun yang terletak di Desa Grati, Kecamatan Sumbersuko, diserang hama. Akibatnya, tidak sedikit buah jeruk yang jatuh dan mulai membusuk.

Diperkirakan masing-masing pohon jeruk tersebut bisa menjatuhkan antara 5 sampai 15 kilogram buah. Bahkan, tidak sedikit pula jeruk-jeruk yang masih menempel di pohon rusak. Sebab, sebelumnya buah yang berwarna hijau itu berubah menjadi warna kuning serta mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Slamet, petani jeruk asal Desa Drogowok, Kecamatan Kunir, mengatakan, selama pandemi ini harga jeruk memang mengalami kenaikan. Satu kilogram jeruk bisa dihargai sekitar Rp 6 sampai Rp 7 ribu. Namun, memasuki musim hujan yang datang lebih cepat, keuntungan tersebut akhirnya tidak melipat.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Kalau harga normal, ya, di bawah itu. Tetapi, kalau sekarang, ya, sama sudah. Bahkan bisa merugi ini. Soalnya jeruknya terkena hujan terus-terusan, makanya hama banyak yang datang. Ini biasanya satu pohon bisa dapat 50 kilogram. Sekarang paling dapat 35 kilogram atau 40 kilogram,” jelasnya.

Untuk menghindari kerugian yang semakin membesar, dia memanen seluruh jeruk di 200 pohon jeruk miliknya. Sengaja seluruh jeruk dihabiskan karena dikhawatirkan hama semakin menyerang dan menghabiskan satu kebun.

“Masa panen ini harus nunggu panen sekitar seminggu sampai dua minggu lagi baru bisa dipanen. Tetapi, kalau tidak dipanen, bisa habis jeruk saya. Ruginya malah semakin banyak,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Memasuki musim panen buah jeruk, petani bukannya untung, malah buntung. Sebagian besar buah jeruk yang ditanam petani di kebun yang terletak di Desa Grati, Kecamatan Sumbersuko, diserang hama. Akibatnya, tidak sedikit buah jeruk yang jatuh dan mulai membusuk.

Diperkirakan masing-masing pohon jeruk tersebut bisa menjatuhkan antara 5 sampai 15 kilogram buah. Bahkan, tidak sedikit pula jeruk-jeruk yang masih menempel di pohon rusak. Sebab, sebelumnya buah yang berwarna hijau itu berubah menjadi warna kuning serta mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Slamet, petani jeruk asal Desa Drogowok, Kecamatan Kunir, mengatakan, selama pandemi ini harga jeruk memang mengalami kenaikan. Satu kilogram jeruk bisa dihargai sekitar Rp 6 sampai Rp 7 ribu. Namun, memasuki musim hujan yang datang lebih cepat, keuntungan tersebut akhirnya tidak melipat.

“Kalau harga normal, ya, di bawah itu. Tetapi, kalau sekarang, ya, sama sudah. Bahkan bisa merugi ini. Soalnya jeruknya terkena hujan terus-terusan, makanya hama banyak yang datang. Ini biasanya satu pohon bisa dapat 50 kilogram. Sekarang paling dapat 35 kilogram atau 40 kilogram,” jelasnya.

Untuk menghindari kerugian yang semakin membesar, dia memanen seluruh jeruk di 200 pohon jeruk miliknya. Sengaja seluruh jeruk dihabiskan karena dikhawatirkan hama semakin menyerang dan menghabiskan satu kebun.

“Masa panen ini harus nunggu panen sekitar seminggu sampai dua minggu lagi baru bisa dipanen. Tetapi, kalau tidak dipanen, bisa habis jeruk saya. Ruginya malah semakin banyak,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Memasuki musim panen buah jeruk, petani bukannya untung, malah buntung. Sebagian besar buah jeruk yang ditanam petani di kebun yang terletak di Desa Grati, Kecamatan Sumbersuko, diserang hama. Akibatnya, tidak sedikit buah jeruk yang jatuh dan mulai membusuk.

Diperkirakan masing-masing pohon jeruk tersebut bisa menjatuhkan antara 5 sampai 15 kilogram buah. Bahkan, tidak sedikit pula jeruk-jeruk yang masih menempel di pohon rusak. Sebab, sebelumnya buah yang berwarna hijau itu berubah menjadi warna kuning serta mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Slamet, petani jeruk asal Desa Drogowok, Kecamatan Kunir, mengatakan, selama pandemi ini harga jeruk memang mengalami kenaikan. Satu kilogram jeruk bisa dihargai sekitar Rp 6 sampai Rp 7 ribu. Namun, memasuki musim hujan yang datang lebih cepat, keuntungan tersebut akhirnya tidak melipat.

“Kalau harga normal, ya, di bawah itu. Tetapi, kalau sekarang, ya, sama sudah. Bahkan bisa merugi ini. Soalnya jeruknya terkena hujan terus-terusan, makanya hama banyak yang datang. Ini biasanya satu pohon bisa dapat 50 kilogram. Sekarang paling dapat 35 kilogram atau 40 kilogram,” jelasnya.

Untuk menghindari kerugian yang semakin membesar, dia memanen seluruh jeruk di 200 pohon jeruk miliknya. Sengaja seluruh jeruk dihabiskan karena dikhawatirkan hama semakin menyerang dan menghabiskan satu kebun.

“Masa panen ini harus nunggu panen sekitar seminggu sampai dua minggu lagi baru bisa dipanen. Tetapi, kalau tidak dipanen, bisa habis jeruk saya. Ruginya malah semakin banyak,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca