TOMPOKERSAN, RADARJEMBER.IDÂ – Sebagai salah satu rumah sakit eplat merah, RSUD dr Haryoto punya kewajiban untuk mengambil porsi lebih besar dalam penanganan. Apalagi ledakan pasien akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Wajar saja, sebagian besar tempat tidur (TT) di rumah sakit tersebut digunakan untuk merawat pasien korona.
Saat ini, ketersediaan TT secara umum di rumah itu sekitar 280-an tempat. Sebanyak 240 TT di antaranya digunakan pasien korona yang menjalani isolasi dan perawatan. Sedangkan 40-an TT lainnya digunakan untuk merawat pasien biasa. Praktis, sekitar 80 persen rumah sakit terisi oleh pasien korona yang membeludak
Direktur RSUD dr Haryoto Halimi Maksum mengatakan, untuk bisa masuk atau menjalani rawat inap di rumah sakit, sekarang harus menunggu pasien yang dirawat keluar terlebih dahulu. Misalnya, kondisi pasien terus membaik dan bisa melaksanakan isoman atau ada salah satu pasien yang meninggal dunia.
Sebetulnya, jika ketersediaan oksigen ini stabil, dalam artian keberadaannya bisa mencukupi kebutuhan pasien korona, pihak manajemen bersedia jika rumah sakit ini berubah sepenuhnya menangani pasien korona. Sebab, kondisinya memang sangat mengkhawatirkan. Setiap hari angka penularan masih bertambah.
“Ini memang menjadi tanggung jawab rumah sakit daerah atau rumah sakit pemerintah. Apalagi ini kejadian force majeure. Maka dari itu, kami terus berhitung ketersediaan tempat tidur, tenaga kesehatan, dan pasokan oksigen. Mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi sewaktu-waktu,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lumajang Bayu Wibowo mengatakan, dalam melakukan penanganan korona, pemkab mengandalkan seluruh rumah sakit. Baik itu rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Bahkan, antar-rumah sakit saling membantu soal penanganan pandemi.
“Saya kira ketersediaan TT secara keseluruhan di tujuh rumah sakit di Lumajang ada 40 lebih. Sehingga, jika RSUD dr Haryoto penuh, ada rumah sakit lainnya yang bisa menampung. Kami yakin masalah ini bisa tertangani. Soal oksigen di seluruh daerah memang fluktuatif, pagi menipis, sore sudah aman, begitu terus,” pungkasnya.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan