LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Hampir semua hasil komoditas pertanian kurang maksimal. Sebab, tidak semua yang ditanam berhasil dipanen. Oleh karena itu, hasil panen yang sedikit menyebabkan harganya melangit. Sedangkan pembeli sayuran paling banyak berasal dari kalangan masyarakat yang memiliki hajat.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Lumajang Donni Ananta Nilantoko mengatakan, petani bisa memanen hasil tanaman mereka. Namun, rata-rata hasil panennya tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga ketersediaannya tidak merata.
“Para petani cenderung menanam sayuran atau tanaman yang ramai di waktu itu. Jadi, mereka serempak menanam yang sama. Padahal, ini bisa menjadikan panennya tidak merata,” katanya.
Lebih lanjut, banyaknya kegiatan di masyarakat membuat sayuran jadi buruan. Oleh karena itu, dia mengimbau agar masyarakat mengantisipasinya dengan menanam sayuran secara mandiri.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Lumajang Hertutik menjelaskan, penanaman sayuran di lahan pekarangan bisa menjadi solusi kebutuhan sayuran. Selain menghemat pengeluaran, menanam di pekarangan juga melahirkan pemberdayaan masyarakat. Sebab, masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan yang kosong dengan beragam jenis sayuran dan tanaman.
Dia mengungkapkan, pemberdayaan itu merupakan bekal ketahanan pangan. “Kalau kebutuhan sayuran pada keluarga cukup, maka akan muncul ketahanan pangan. Karena ketahanan pangan itu bermula dari ketahanan keluarga. Bahkan, selain dikonsumsi sendiri, sayuran itu juga bisa dijual. Tentu ada nilai ekonomi di tengah masyarakat,” tambahnya.
Penanaman sayur di pekarangan juga diperkuat dengan dasar hukum yang legal. Hal itu tertuang pada peraturan bupati sebagai inovasi pemanfaatan lahan pekarang sebagai bagian dari ketahanan pangan di Lumajang. “Ada dua inovasi lainnya yang belum diatur dalam perbup. Rencananya, bulan depan sudah jadi,” ujarnya.
Jurnalis : Muhammad Sidkin Ali
Fotografer : Muhammad Sidkin Ali
Redaktur : Hafid Asnan