21.8 C
Jember
Friday, 9 June 2023

Jangan Memaksa Bisa Calistung

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER LOR, Radar Jember – Baca, tulis, dan hitung (calistung) yang selalu menjadi syarat untuk masuk SD juga berdampak kurang baik dalam tumbuh kembang anak didik di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD). Sebab, siswa PAUD akan merasa tertekan dan malas untuk bersekolah. Padahal, anak yang sekolah KB adalah waktunya bermain, bukan dituntut untuk mengenal calistung.

BACA JUGA : Tujuh Mahasiswa Unair Aktivis PMII Raih Gold Award di Ajang Internasional

Menurut dosen Pendidikan Guru PAUD Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember, Asti Adwitiya, usia PAUD adalah waktu untuk anak bermain. Karena itu, saat PAUD tentu saja bermain menjadi hal penting daripada memaksakan untuk bisa calistung.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dia menjelaskan, dalam pendidikan PAUD rata-rata harus menuruti instruksi dari gurunya, salah satunya seperti menggunting pola tubuh. Bila anak merasa tertekan dengan instruksi tersebut, sejatinya tidak boleh dipaksakan. “Instruksi dan perintah yang wajib dilakukan itulah yang membuat anak usia dini secara tidak langsung tertekan. Sehingga mengakibatkan anak usia dini malas dan bosan untuk sekolah,” bebernya.

Semua orang memang perlu tantangan untuk meningkatkan kedewasaan, kemampuan, kemandirian, hingga lainnya, termasuk dalam mendidik anak usia dini. Tetapi, tantangan yang diberikan tersebut harus sesuai dengan usia anak. “Untuk saat ini anak usia dini sudah diajari calistung. Itu terjadi karena tuntutan masuk sekolah harus bisa calistung. Kalau anak sudah tertekan dan malas bersekolah, maka secara tidak langsung akan mempunyai rasa trauma saat sekolah,” tuturnya.

- Advertisement -

JEMBER LOR, Radar Jember – Baca, tulis, dan hitung (calistung) yang selalu menjadi syarat untuk masuk SD juga berdampak kurang baik dalam tumbuh kembang anak didik di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD). Sebab, siswa PAUD akan merasa tertekan dan malas untuk bersekolah. Padahal, anak yang sekolah KB adalah waktunya bermain, bukan dituntut untuk mengenal calistung.

BACA JUGA : Tujuh Mahasiswa Unair Aktivis PMII Raih Gold Award di Ajang Internasional

Menurut dosen Pendidikan Guru PAUD Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember, Asti Adwitiya, usia PAUD adalah waktu untuk anak bermain. Karena itu, saat PAUD tentu saja bermain menjadi hal penting daripada memaksakan untuk bisa calistung.

Dia menjelaskan, dalam pendidikan PAUD rata-rata harus menuruti instruksi dari gurunya, salah satunya seperti menggunting pola tubuh. Bila anak merasa tertekan dengan instruksi tersebut, sejatinya tidak boleh dipaksakan. “Instruksi dan perintah yang wajib dilakukan itulah yang membuat anak usia dini secara tidak langsung tertekan. Sehingga mengakibatkan anak usia dini malas dan bosan untuk sekolah,” bebernya.

Semua orang memang perlu tantangan untuk meningkatkan kedewasaan, kemampuan, kemandirian, hingga lainnya, termasuk dalam mendidik anak usia dini. Tetapi, tantangan yang diberikan tersebut harus sesuai dengan usia anak. “Untuk saat ini anak usia dini sudah diajari calistung. Itu terjadi karena tuntutan masuk sekolah harus bisa calistung. Kalau anak sudah tertekan dan malas bersekolah, maka secara tidak langsung akan mempunyai rasa trauma saat sekolah,” tuturnya.

JEMBER LOR, Radar Jember – Baca, tulis, dan hitung (calistung) yang selalu menjadi syarat untuk masuk SD juga berdampak kurang baik dalam tumbuh kembang anak didik di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD). Sebab, siswa PAUD akan merasa tertekan dan malas untuk bersekolah. Padahal, anak yang sekolah KB adalah waktunya bermain, bukan dituntut untuk mengenal calistung.

BACA JUGA : Tujuh Mahasiswa Unair Aktivis PMII Raih Gold Award di Ajang Internasional

Menurut dosen Pendidikan Guru PAUD Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember, Asti Adwitiya, usia PAUD adalah waktu untuk anak bermain. Karena itu, saat PAUD tentu saja bermain menjadi hal penting daripada memaksakan untuk bisa calistung.

Dia menjelaskan, dalam pendidikan PAUD rata-rata harus menuruti instruksi dari gurunya, salah satunya seperti menggunting pola tubuh. Bila anak merasa tertekan dengan instruksi tersebut, sejatinya tidak boleh dipaksakan. “Instruksi dan perintah yang wajib dilakukan itulah yang membuat anak usia dini secara tidak langsung tertekan. Sehingga mengakibatkan anak usia dini malas dan bosan untuk sekolah,” bebernya.

Semua orang memang perlu tantangan untuk meningkatkan kedewasaan, kemampuan, kemandirian, hingga lainnya, termasuk dalam mendidik anak usia dini. Tetapi, tantangan yang diberikan tersebut harus sesuai dengan usia anak. “Untuk saat ini anak usia dini sudah diajari calistung. Itu terjadi karena tuntutan masuk sekolah harus bisa calistung. Kalau anak sudah tertekan dan malas bersekolah, maka secara tidak langsung akan mempunyai rasa trauma saat sekolah,” tuturnya.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca