LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Setelah terjadi gempa di Blitar, sejumlah titik di Jawa Timur mulai dilakukan pengukuran struktur tanah. Termasuk di Lumajang. Ada sebelas kawasan tanah yang dilakukan pengecekan. Tujuannya untuk memetakan mana-mana saja yang memiliki karakteristik tanah keras atau lembek.
Adapun lokasi yang dilakukan pengecekan di antaranya meliputi Desa/Kecamatan Klakah; Desa Krasak, Kecamatan Kedungajang; Desa Mojosari, Kecamatan Sumbersuko; Desa Gesang, Kecamatan Tempeh; Desa/Kecamatan Pasrujambe; Desa/Kecamatan Kunir; Desa Nguter, Kecamatan Pasirian; dan beberapa desa lainnya.
Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pasuruan Suwarto mengatakan, getaran gempa bergantung pada kekuatan struktur batuan. Semakin keras lapisan tanahnya, maka semakin kuat menekan getaran. Sebaliknya, jika karakteristik tanahnya lembek, bakal menimbulkan amplifikasi yang lebih banyak.
Amplifikasi ini merupakan efek dari gempa atau getaran yang diakibatkan gempa. Jadi, jika lapisan tanah lunak, seperti daerah pegunungan atau perbukitan, maka getaran gempa bakal semakin terasa. “Setiap tanah itu punya nilai frekuensi dan amplifikasi. Itu yang sedang kami kumpulkan,” jelasnya.
Harapannya, hasil pengukuran itu menyimpulkan nilai frekuensi tanah yang ada di beberapa titik tersebut dengan nilai frekuensi gempa berbeda. Sehingga, apabila getaran gempa melewati Lumajang, getarannya tidak semakin menguat dan menghancurkan rumah-rumah warga.
Memang saat ini BMKG rutin melakukan survei lapangan pada beberapa titik di banyak kabupaten. Tujuannya untuk membuat rekomendasi kepada pemerintah setempat untuk segera membentuk mitigasi bencana. Sebab, berdasarkan penelitian oleh para ahli, kawasan Jawa Timur berpotensi terjadi gempa berkekuatan 8,7 magnitudo.
“Itu memang hasil kajian dari para ahli gempa. Jadi, di situ ahli geologi, ahli geofisika, dan ahli geodesi kumpul membuat pusat studi gempa nasional. Mereka merilis tahun 2017 kalau di selatan Jawa, baik barat, tengah, dan timur sampai Bali potensi gempanya maksimal berkekuatan 8,7 magnitudo,” jelasnya.
Sekalipun potensi itu nyata, dirinya tidak bisa menjelaskan secara detail kapan bencana tersebut terjadi. Bisa saja hasil penelitian tersebut error. Yang jelas, hasil penelitian gempa maksimal menunjukkan bisa terjadi secara bertahap. Baik itu tiga kali, dua kali, atau bahkan terjadi maksimal dalam sekali.
Jurnalis: Atieqson Mar Iqbal
Fotografer: Atieqson Mar Iqbal
Editor: Hafid Asnan