Mobile_AP_Rectangle 1
KUNIR LOR, Radar Semeru – Kabar pahit Minggu tengah malam (3/4) itu masih terngiang di ingatan Ririn, 50. Seketika, hatinya hancur saat mendengar anaknya. Yolanda Gilang R, 21, menjadi korban pengeroyokan dan pembacokan sekelompok orang di Desa Sumberjati, Kecamatan Tempeh. Tanpa pikir panjang, dia bersama anaknya, Jefi Faliona, 28 bergegas menuju rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, dia seperti disambar petir dua kali. Sebab, kartu identitas kepesertaan anaknya dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan itu tak bisa dipakai. Meski sudah memohon, kartu KIS milik anaknya itu tetap tidak bisa mengaver biaya perawatan dan pengobatan anaknya.
“Sebagai keluarga kurang mampu, saya hanya mengandalkan kartu BPJS. Informasinya bisa digunakan untuk membayar biaya perawatan dan pengobatan keluarga kurang mampu. Tapi, ternyata tidak bisa digunakan untuk membayar perawatan anak saya,” ujar Ririn saat ditemui di rumahnya, Dusun Kebonan, Desa Kunir Lor, Kecamatan Kunir, kemarin.
Mobile_AP_Rectangle 2
Alhasil, dia harus membiayai perawatan anaknya secara mandiri. Biaya perawatan berupa penanganan pertama, operasi, jahit luka, hingga rawat inap selama sepekan itu cukup besar. Jumlahnya mencapai belasan juta. Meski demikian, biaya itu harus tetap dia bayar.
- Advertisement -
KUNIR LOR, Radar Semeru – Kabar pahit Minggu tengah malam (3/4) itu masih terngiang di ingatan Ririn, 50. Seketika, hatinya hancur saat mendengar anaknya. Yolanda Gilang R, 21, menjadi korban pengeroyokan dan pembacokan sekelompok orang di Desa Sumberjati, Kecamatan Tempeh. Tanpa pikir panjang, dia bersama anaknya, Jefi Faliona, 28 bergegas menuju rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, dia seperti disambar petir dua kali. Sebab, kartu identitas kepesertaan anaknya dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan itu tak bisa dipakai. Meski sudah memohon, kartu KIS milik anaknya itu tetap tidak bisa mengaver biaya perawatan dan pengobatan anaknya.
“Sebagai keluarga kurang mampu, saya hanya mengandalkan kartu BPJS. Informasinya bisa digunakan untuk membayar biaya perawatan dan pengobatan keluarga kurang mampu. Tapi, ternyata tidak bisa digunakan untuk membayar perawatan anak saya,” ujar Ririn saat ditemui di rumahnya, Dusun Kebonan, Desa Kunir Lor, Kecamatan Kunir, kemarin.
Alhasil, dia harus membiayai perawatan anaknya secara mandiri. Biaya perawatan berupa penanganan pertama, operasi, jahit luka, hingga rawat inap selama sepekan itu cukup besar. Jumlahnya mencapai belasan juta. Meski demikian, biaya itu harus tetap dia bayar.
KUNIR LOR, Radar Semeru – Kabar pahit Minggu tengah malam (3/4) itu masih terngiang di ingatan Ririn, 50. Seketika, hatinya hancur saat mendengar anaknya. Yolanda Gilang R, 21, menjadi korban pengeroyokan dan pembacokan sekelompok orang di Desa Sumberjati, Kecamatan Tempeh. Tanpa pikir panjang, dia bersama anaknya, Jefi Faliona, 28 bergegas menuju rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, dia seperti disambar petir dua kali. Sebab, kartu identitas kepesertaan anaknya dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan itu tak bisa dipakai. Meski sudah memohon, kartu KIS milik anaknya itu tetap tidak bisa mengaver biaya perawatan dan pengobatan anaknya.
“Sebagai keluarga kurang mampu, saya hanya mengandalkan kartu BPJS. Informasinya bisa digunakan untuk membayar biaya perawatan dan pengobatan keluarga kurang mampu. Tapi, ternyata tidak bisa digunakan untuk membayar perawatan anak saya,” ujar Ririn saat ditemui di rumahnya, Dusun Kebonan, Desa Kunir Lor, Kecamatan Kunir, kemarin.
Alhasil, dia harus membiayai perawatan anaknya secara mandiri. Biaya perawatan berupa penanganan pertama, operasi, jahit luka, hingga rawat inap selama sepekan itu cukup besar. Jumlahnya mencapai belasan juta. Meski demikian, biaya itu harus tetap dia bayar.