23.3 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Jual Empat Kuintal Lele Setiap Hari

Melihat Potensi Perikanan yang Melimpah di Rowokangkung Banyak sektor yang terdampak pandemi. Salah satunya di bidang perikanan Lumajang. Namun, para pengelola dan pengusaha ikan memilih tetap bertahan. Meski pendapatan menurun drastis, penjualan tetap dilakukan dengan jumlah yang tidak sedikit.

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Supriyadi, warga Dusun Penggung Kidul, Sidorejo, Rowokangkung, terlihat sibuk memberi pakan lele yang menjadi budi dayanya. Setiap kali pakan dilempar, lele yang ada di kolam itu langsung menyambar.

Begitulah gambaran rutinitasnya selama ini. Meski permintaan pasar tidak seramai dulu, pengelola Balai Benih Ikan Rowokangkung tersebut tetap bersyukur. Setiap hari masih bisa menjual tiga hingga empat kuintal ikan lele. “Kami memilih bertahan untuk mengelola ikan. Meski setiap hari tidak banyak, kami tetap bersyukur,” ungkapnya.

Lelaki yang sudah 15 tahun mengelola kolam ikan lele tersebut mengatakan, ada puluhan kolam ikan lele. Namun, hasilnya tidak maksimal. Sebab, usia kolam sudah lama. Sehingga memengaruhi kualitas ikan.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Kami memiliki 40 kolam. Tetapi, hasilnya tidak bisa maksimal seperti dulu. Karena usia kolam sudah tua. Makanya harus dilakukan pengurasan air dan membiarkan kolam kosong selama satu musim atau enam bulan. Setelah itu, kolam baru bisa diisi benih dan hasilnya bisa lebih maksimal,” katanya.

Dia menjelaskan, pengeringan kolam akan mengembalikan PH (kadar keasaman) kolam. Sehingga, kualitas ikan semakin baik. “Satu-satunya cara hanya itu. Meskipun kami menggunakan metode probiotik, kualitas kolam juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, kami masih memikirkan kembali untuk proses pengeringan ini,” jelasnya.

Dalam kolam ukuran 12×15 meter dengan kedalaman 125 sentimeter tersebut, 40 ribu benih ikan lele bisa ditampung. Jumlah tersebut lebih sedikit ketimbang awal pembuatan kolam, belasan tahun yang lalu. “Dulu bisa menampung hingga 60 ribu benih. Sekarang jumlahnya menurun,” tambahnya.

Tidak hanya itu, penjualan juga hanya dilakukan di dalam kota. Padahal, sebelum pandemi, pihaknya bisa menjual ke luar kota hingga luar pulau. “Biasanya dijual ke Bali. Tetapi, sekarang hanya menjual ke pasar dan kolam pemancingan saja. Jumlahnya juga tidak banyak. Tergantung permintaan pasar,” pungkasnya.

Jurnalis: mg2
Editor: Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Supriyadi, warga Dusun Penggung Kidul, Sidorejo, Rowokangkung, terlihat sibuk memberi pakan lele yang menjadi budi dayanya. Setiap kali pakan dilempar, lele yang ada di kolam itu langsung menyambar.

Begitulah gambaran rutinitasnya selama ini. Meski permintaan pasar tidak seramai dulu, pengelola Balai Benih Ikan Rowokangkung tersebut tetap bersyukur. Setiap hari masih bisa menjual tiga hingga empat kuintal ikan lele. “Kami memilih bertahan untuk mengelola ikan. Meski setiap hari tidak banyak, kami tetap bersyukur,” ungkapnya.

Lelaki yang sudah 15 tahun mengelola kolam ikan lele tersebut mengatakan, ada puluhan kolam ikan lele. Namun, hasilnya tidak maksimal. Sebab, usia kolam sudah lama. Sehingga memengaruhi kualitas ikan.

“Kami memiliki 40 kolam. Tetapi, hasilnya tidak bisa maksimal seperti dulu. Karena usia kolam sudah tua. Makanya harus dilakukan pengurasan air dan membiarkan kolam kosong selama satu musim atau enam bulan. Setelah itu, kolam baru bisa diisi benih dan hasilnya bisa lebih maksimal,” katanya.

Dia menjelaskan, pengeringan kolam akan mengembalikan PH (kadar keasaman) kolam. Sehingga, kualitas ikan semakin baik. “Satu-satunya cara hanya itu. Meskipun kami menggunakan metode probiotik, kualitas kolam juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, kami masih memikirkan kembali untuk proses pengeringan ini,” jelasnya.

Dalam kolam ukuran 12×15 meter dengan kedalaman 125 sentimeter tersebut, 40 ribu benih ikan lele bisa ditampung. Jumlah tersebut lebih sedikit ketimbang awal pembuatan kolam, belasan tahun yang lalu. “Dulu bisa menampung hingga 60 ribu benih. Sekarang jumlahnya menurun,” tambahnya.

Tidak hanya itu, penjualan juga hanya dilakukan di dalam kota. Padahal, sebelum pandemi, pihaknya bisa menjual ke luar kota hingga luar pulau. “Biasanya dijual ke Bali. Tetapi, sekarang hanya menjual ke pasar dan kolam pemancingan saja. Jumlahnya juga tidak banyak. Tergantung permintaan pasar,” pungkasnya.

Jurnalis: mg2
Editor: Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Supriyadi, warga Dusun Penggung Kidul, Sidorejo, Rowokangkung, terlihat sibuk memberi pakan lele yang menjadi budi dayanya. Setiap kali pakan dilempar, lele yang ada di kolam itu langsung menyambar.

Begitulah gambaran rutinitasnya selama ini. Meski permintaan pasar tidak seramai dulu, pengelola Balai Benih Ikan Rowokangkung tersebut tetap bersyukur. Setiap hari masih bisa menjual tiga hingga empat kuintal ikan lele. “Kami memilih bertahan untuk mengelola ikan. Meski setiap hari tidak banyak, kami tetap bersyukur,” ungkapnya.

Lelaki yang sudah 15 tahun mengelola kolam ikan lele tersebut mengatakan, ada puluhan kolam ikan lele. Namun, hasilnya tidak maksimal. Sebab, usia kolam sudah lama. Sehingga memengaruhi kualitas ikan.

“Kami memiliki 40 kolam. Tetapi, hasilnya tidak bisa maksimal seperti dulu. Karena usia kolam sudah tua. Makanya harus dilakukan pengurasan air dan membiarkan kolam kosong selama satu musim atau enam bulan. Setelah itu, kolam baru bisa diisi benih dan hasilnya bisa lebih maksimal,” katanya.

Dia menjelaskan, pengeringan kolam akan mengembalikan PH (kadar keasaman) kolam. Sehingga, kualitas ikan semakin baik. “Satu-satunya cara hanya itu. Meskipun kami menggunakan metode probiotik, kualitas kolam juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, kami masih memikirkan kembali untuk proses pengeringan ini,” jelasnya.

Dalam kolam ukuran 12×15 meter dengan kedalaman 125 sentimeter tersebut, 40 ribu benih ikan lele bisa ditampung. Jumlah tersebut lebih sedikit ketimbang awal pembuatan kolam, belasan tahun yang lalu. “Dulu bisa menampung hingga 60 ribu benih. Sekarang jumlahnya menurun,” tambahnya.

Tidak hanya itu, penjualan juga hanya dilakukan di dalam kota. Padahal, sebelum pandemi, pihaknya bisa menjual ke luar kota hingga luar pulau. “Biasanya dijual ke Bali. Tetapi, sekarang hanya menjual ke pasar dan kolam pemancingan saja. Jumlahnya juga tidak banyak. Tergantung permintaan pasar,” pungkasnya.

Jurnalis: mg2
Editor: Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca