23.2 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Ubah Pola Pikir Santri Guru Ngaji

Agar Lebih Mandiri secara Ekonomi

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID– Pada umumnya, seorang santri yang telah selesai belajar di pondok pesantren akan menjadi guru mengaji. Pola pikir tersebut telah tertanam lama di pikiran masyarakat. Hal tersebut tidak mudah untuk diubah. Oleh sebab itu, butuh usaha ekstra untuk mewujudkannya.

Seperti yang dilakukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Himpunan Pengusaha Santri (Hipsi) Kabupaten Lumajang. Melalui kuliah wirausaha yang diadakan di Pondok Pesantren Miftahul Arifin, Dusun Sudimoro, Desa Kalibendo, Pasirian, santri diharapkan mandiri secara ekonomi.

“Kegiatan ini sudah kami lakukan sejak tahun 2016 lalu. Namun, setiap tahun berganti nama. Tetapi, tujuan kami tetap sama, mewujudkan santri mandiri secara ekonomi,” kata Ma’ruf Nidhomuddin, Ketua DPD Hipsi Lumajang.

Mobile_AP_Rectangle 2

Ma’ruf menjelaskan, bulan puasa tahun ini, pihaknya menyelenggarakan kuliah wirausaha di empat pondok pesantren (ponpes). “Pertama sudah kami lakukan di Ponpes Yahtadi, Kedungjajang. Kedua di Ponpes Nurul Huda, Burno. Dan ketiga (kemarin, Red) di Ponpes Miftahul Arifin, Kalibendo. Terakhir nanti akan kami laksanakan di Ponpes Mahir Arriyadl, Padang,” jelasnya.

Kegiatan tersebut diisi oleh para pemateri dari kalangan santri. Sebab, dia berharap santri terinspirasi untuk berwirausaha. “Pemateri memang berasal dari para santri yang berwirausaha. Harapannya agar mereka terinspirasi untuk menjadi pengusaha. Sebab, mindset selama ini yang ada di masyarakat, santri menjadi guru ngaji. Kami ingin mengubah itu,” paparnya.

Dia melanjutkan, setiap pertemuan, materi yang diberikan berbeda-beda. Oleh sebab itu, santri dapat mengembangkan dan menerapkannya dalam berwirausaha. “Setiap kuliah wirausaha, materi yang diberikan berbeda-beda. Mulai dari materi aset yang berharga, aspek yang perlu ditempuh pengusaha, hingga tujuh kebiasaan yang harus dimiliki oleh pengusaha,” lanjutnya.

Pihaknya berharap, para santri yang menerima materi bersemangat untuk memulai dan menjalankan usaha yang dimiliki. “Kami ingin sampaikan, meskipun santri, jangan berkecil hati. Santri juga tetap bisa berkiprah di dunia usaha,” pungkasnya.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID– Pada umumnya, seorang santri yang telah selesai belajar di pondok pesantren akan menjadi guru mengaji. Pola pikir tersebut telah tertanam lama di pikiran masyarakat. Hal tersebut tidak mudah untuk diubah. Oleh sebab itu, butuh usaha ekstra untuk mewujudkannya.

Seperti yang dilakukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Himpunan Pengusaha Santri (Hipsi) Kabupaten Lumajang. Melalui kuliah wirausaha yang diadakan di Pondok Pesantren Miftahul Arifin, Dusun Sudimoro, Desa Kalibendo, Pasirian, santri diharapkan mandiri secara ekonomi.

“Kegiatan ini sudah kami lakukan sejak tahun 2016 lalu. Namun, setiap tahun berganti nama. Tetapi, tujuan kami tetap sama, mewujudkan santri mandiri secara ekonomi,” kata Ma’ruf Nidhomuddin, Ketua DPD Hipsi Lumajang.

Ma’ruf menjelaskan, bulan puasa tahun ini, pihaknya menyelenggarakan kuliah wirausaha di empat pondok pesantren (ponpes). “Pertama sudah kami lakukan di Ponpes Yahtadi, Kedungjajang. Kedua di Ponpes Nurul Huda, Burno. Dan ketiga (kemarin, Red) di Ponpes Miftahul Arifin, Kalibendo. Terakhir nanti akan kami laksanakan di Ponpes Mahir Arriyadl, Padang,” jelasnya.

Kegiatan tersebut diisi oleh para pemateri dari kalangan santri. Sebab, dia berharap santri terinspirasi untuk berwirausaha. “Pemateri memang berasal dari para santri yang berwirausaha. Harapannya agar mereka terinspirasi untuk menjadi pengusaha. Sebab, mindset selama ini yang ada di masyarakat, santri menjadi guru ngaji. Kami ingin mengubah itu,” paparnya.

Dia melanjutkan, setiap pertemuan, materi yang diberikan berbeda-beda. Oleh sebab itu, santri dapat mengembangkan dan menerapkannya dalam berwirausaha. “Setiap kuliah wirausaha, materi yang diberikan berbeda-beda. Mulai dari materi aset yang berharga, aspek yang perlu ditempuh pengusaha, hingga tujuh kebiasaan yang harus dimiliki oleh pengusaha,” lanjutnya.

Pihaknya berharap, para santri yang menerima materi bersemangat untuk memulai dan menjalankan usaha yang dimiliki. “Kami ingin sampaikan, meskipun santri, jangan berkecil hati. Santri juga tetap bisa berkiprah di dunia usaha,” pungkasnya.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID– Pada umumnya, seorang santri yang telah selesai belajar di pondok pesantren akan menjadi guru mengaji. Pola pikir tersebut telah tertanam lama di pikiran masyarakat. Hal tersebut tidak mudah untuk diubah. Oleh sebab itu, butuh usaha ekstra untuk mewujudkannya.

Seperti yang dilakukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Himpunan Pengusaha Santri (Hipsi) Kabupaten Lumajang. Melalui kuliah wirausaha yang diadakan di Pondok Pesantren Miftahul Arifin, Dusun Sudimoro, Desa Kalibendo, Pasirian, santri diharapkan mandiri secara ekonomi.

“Kegiatan ini sudah kami lakukan sejak tahun 2016 lalu. Namun, setiap tahun berganti nama. Tetapi, tujuan kami tetap sama, mewujudkan santri mandiri secara ekonomi,” kata Ma’ruf Nidhomuddin, Ketua DPD Hipsi Lumajang.

Ma’ruf menjelaskan, bulan puasa tahun ini, pihaknya menyelenggarakan kuliah wirausaha di empat pondok pesantren (ponpes). “Pertama sudah kami lakukan di Ponpes Yahtadi, Kedungjajang. Kedua di Ponpes Nurul Huda, Burno. Dan ketiga (kemarin, Red) di Ponpes Miftahul Arifin, Kalibendo. Terakhir nanti akan kami laksanakan di Ponpes Mahir Arriyadl, Padang,” jelasnya.

Kegiatan tersebut diisi oleh para pemateri dari kalangan santri. Sebab, dia berharap santri terinspirasi untuk berwirausaha. “Pemateri memang berasal dari para santri yang berwirausaha. Harapannya agar mereka terinspirasi untuk menjadi pengusaha. Sebab, mindset selama ini yang ada di masyarakat, santri menjadi guru ngaji. Kami ingin mengubah itu,” paparnya.

Dia melanjutkan, setiap pertemuan, materi yang diberikan berbeda-beda. Oleh sebab itu, santri dapat mengembangkan dan menerapkannya dalam berwirausaha. “Setiap kuliah wirausaha, materi yang diberikan berbeda-beda. Mulai dari materi aset yang berharga, aspek yang perlu ditempuh pengusaha, hingga tujuh kebiasaan yang harus dimiliki oleh pengusaha,” lanjutnya.

Pihaknya berharap, para santri yang menerima materi bersemangat untuk memulai dan menjalankan usaha yang dimiliki. “Kami ingin sampaikan, meskipun santri, jangan berkecil hati. Santri juga tetap bisa berkiprah di dunia usaha,” pungkasnya.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca