JEMBER, RADARJEMBER.ID – Tidak banyak orang yang terlahir di desa mau mengabdikan dirinya untuk desa. Paling banyak yang ditemui adalah mereka jenuh dengan kehidupan desa. Bagi mereka, hidup di desa sudah cukup dihabiskan hingga masa muda akhir. Saat tua, mereka bisa menikmati kehidupannya di kota.
Tetapi, tidak bagi Muhammad Ridhol Mujib. Lulusan STIE Widya Gama Lumajang tersebut memiliki pandangan yang berbeda. “Saya pikir, peran saya di desa sangat kurang. Justru, saya sering berkecimpung di dunia luar. Baik di tingkat kabupaten hingga luar pulau,” ungkapnya.
Hal tersebut membuatnya terpanggil untuk kembali ke desa. Sebab, itu bagian dari pengabdiannya kepada warga desa. Lelaki yang kini menjabat sebagai Ketua Panitia Pilkades Pemilihan Antarwaktu (PAW) Desa Selokbesuki, Sukodono, tersebut mengatakan, peran kembali ke desa sangat penting.
“Prinsipnya, setiap apa pun yang diamanahkan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Tidak terkecuali ketika teman-teman dan masyarakat mempercayai saya untuk memimpin pilkades ini. Banyak orang berpikir ini akan berat, sebab banyak tantangan. Tetapi, bagi saya, jika sudah ada permintaan untuk kemajuan desa sendiri, mengapa harus saya tolak. Tidak ada satu pun alasan saya menolak ini. Karena ini bagian dari sebagian kecil pengabdian sosial saya ke masyarakat,” kata lelaki yang pernah menjalani dunia wartawan tersebut.
Setidaknya, memimpin pelaksanaan pilkades bisa menjadi bagian berterima kasih ke desa yang sudah membesarkannya. “Minimal, saya bisa menyuguhkan dan mewujudkan keinginan masyarakat Selokbesuki untuk memiliki pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab,” tambahnya.
Pengalamannya dalam penyelenggaraan pemilu sudah tak terhitung. Oleh sebab itu, beragam karakter orang pernah dia hadapi. Namun, ada satu kejadian yang paling membekas saat dia menjabat sebagai salah satu anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) kabupaten.
“Saat itu saya sudah tiga tahun di KPU. Ketika ada pertemuan dengan DPRD, saya ditugaskan ketua untuk mewakili KPU. Nah, ada satu kejadian yang tidak bisa saya lupakan. Ketua DPRD menuduh saya tidak netral dalam penyelenggaraan pemilu. Dan itu terang-terangan disampaikan secara terbuka di depan forum. Itu yang paling membekas hingga sekarang,” tuturnya.
Tidak tinggal diam, Edo pun menanyakan secara pribadi. Namun, hingga saat ini dia tidak mendapat jawaban. “Saya tidak pernah mendapat jawaban yang serius. Beliau sering bercanda ketika saya menanyakan alasan pernyataan itu bisa keluar. Memang saya tidak mempermasalahkannya. Tetapi, bagi saya kurang etis ketika itu disampaikan di forum terbuka,” lanjutnya.
Pengalaman itu membuatnya belajar satu hal. Dia harus lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan. “Itu dukungan bagi saya agar lebih berhati-hati lagi dalam menyampaikan sesuatu ke masyarakat. Meski pada kenyataannya, tuduhan itu tidak benar-benar terbukti,” pungkasnya.
Jurnalis : mg2
Fotografer : mg2
Redaktur : Hafid Asnan