LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Sejatinya, pondok pesantren (ponpes) bisa menjadi tempat untuk mengubah perilaku menjadi baik. Namun, faktanya tidak semudah itu. Sebab, tidak sedikit santri yang menunjukkan perilaku nyeleneh. Salah satunya menyalahgunakan narkoba.
Data yang berhasil dihimpun, hingga pertengahan tahun ini, sudah puluhan remaja yang mendapatkan konseling dan rehabilitasi dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Lumajang. Di antara 30 remaja tersebut, sedikitnya ada 22 santri yang mendapat pelayanan rehabilitasi. Mereka berasal dari dua ponpes di Lumajang.
Eri Yanti, subkoordinator rehabilitasi BNN Kabupaten Lumajang, membenarkan hal tersebut. Menurut dia, ponpes menjadi salah satu tempat yang patut diawasi dengan ketat. “Narkoba ini sudah menyasar semua tempat. Tidak terkecuali di ponpes. Oleh karena itu, pengawasan di ponpes harus lebih ditingkatkan,” katanya.
Dia menjelaskan, barang terlarang tersebut bisa masuk dengan mudah. Sebab, para pengedarnya juga dari lingkungan tersebut. “Tidak jauh-jauh. Baik pengguna dan pengedarnya dari lingkungan itu sendiri. Padahal usia mereka masih remaja. Tetapi, mereka sudah memiliki barang tersebut. Bisa jadi, dapatnya dari luar pondok dan diedarkan di pondok,” jelasnya.
Hal tersebut diketahui setelah pihak ponpes melaporkan ke BNN. Oleh karenanya, pihaknya segera menindaklanjuti. “Kami tahu kalau narkoba sudah sampai di ponpes. Tetapi, jika dari pihak ponpes tidak melaporkan, kami tidak bisa berbuat banyak. Pelaporan seperti itu perlu diapresiasi. Sebab, banyak dari masyarakat takut untuk melaporkan kasus narkoba,” tambahnya.
Pihaknya melakukan rehabilitasi sebanyak delapan kali. Sebab, itu merupakan prosedur yang harus dilakukan. “Memang awalnya takut. Tetapi, kami berikan pengertian. Sehingga rehabilitasi dilakukan selama delapan kali. Bahkan, kami lakukan langsung di ponpes agar lingkungan juga tahu bahayanya. Tetapi, peluang mereka kembali ke narkoba juga besar. Sebab, mengubah perilaku itu juga perlu waktu,” ungkapnya.
Alasan santri mengonsumsi narkoba sangat beragam. Paling banyak, mereka tergiur bisa kuat zikir. “Ini yang paling banyak kami temui. Saat pemeriksaan ke santri, mereka mengatakan hal itu. Katanya dengan mengonsumsi narkoba, bisa kuat dalam zikir dan tidak mudah lelah,” lanjutnya.
Dia berharap, pengawasan tidak hanya dilakukan oleh ponpes. Melainkan juga dari teman, keluarga, dan lingkungan. “Semua harus bersinergi. Terutama dari orang tuanya. Meski berada di ponpes, pengawasan harus tetap dilakukan,” pungkasnya.
Jurnalis : mg2
Fotografer : mg2
Redaktur : Hafid Asnan