Mobile_AP_Rectangle 1
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Penutupan lokasi wisata pada tanggal 10 Mei 2021 lalu akhirnya menuai banyak kontra dari pelaku wisata. Terutama desa-desa yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola objek wisata. Sebab, mereka telah menerapkan prosedur operasional standar protokol kesehatan selama pandemi.
Diakui, sejak awal bulan Ramadan, banyak pelaku wisata yang mematangkan kesiapan menyambut libur Lebaran. Tak hanya itu, seluruh pedagang yang berjualan di masing-masing lokasi wisata ikut menyediakan kebutuhan untuk berdagang. Namun, harapan itu tiba-tiba pupus ketika muncul kebijakan yang dianggap sepihak.
Sekretaris Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Mufidun Alamin mengatakan, cukup banyak inovasi yang dikeluarkan desa dalam menyambut pengunjung ketika libur Lebaran. Bahkan di desanya, kelompok sadar wisata (pokdarwis) membuka wahana baru untuk melengkapi tempat wisata yang telah tersedia.
Mobile_AP_Rectangle 2
“Kami mematuhi kebijakan pemerintah. Bahkan, kami mendukung untuk menekan penularan korona. Tapi, yang kami sesalkan kenapa tidak dibicarakan terlebih dahulu? Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tanpa mengajak ngobrol pelaku wisata, lalu ditutup. Kan kami akhirnya dilema,” jelasnya.
- Advertisement -
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Penutupan lokasi wisata pada tanggal 10 Mei 2021 lalu akhirnya menuai banyak kontra dari pelaku wisata. Terutama desa-desa yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola objek wisata. Sebab, mereka telah menerapkan prosedur operasional standar protokol kesehatan selama pandemi.
Diakui, sejak awal bulan Ramadan, banyak pelaku wisata yang mematangkan kesiapan menyambut libur Lebaran. Tak hanya itu, seluruh pedagang yang berjualan di masing-masing lokasi wisata ikut menyediakan kebutuhan untuk berdagang. Namun, harapan itu tiba-tiba pupus ketika muncul kebijakan yang dianggap sepihak.
Sekretaris Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Mufidun Alamin mengatakan, cukup banyak inovasi yang dikeluarkan desa dalam menyambut pengunjung ketika libur Lebaran. Bahkan di desanya, kelompok sadar wisata (pokdarwis) membuka wahana baru untuk melengkapi tempat wisata yang telah tersedia.
“Kami mematuhi kebijakan pemerintah. Bahkan, kami mendukung untuk menekan penularan korona. Tapi, yang kami sesalkan kenapa tidak dibicarakan terlebih dahulu? Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tanpa mengajak ngobrol pelaku wisata, lalu ditutup. Kan kami akhirnya dilema,” jelasnya.
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Penutupan lokasi wisata pada tanggal 10 Mei 2021 lalu akhirnya menuai banyak kontra dari pelaku wisata. Terutama desa-desa yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola objek wisata. Sebab, mereka telah menerapkan prosedur operasional standar protokol kesehatan selama pandemi.
Diakui, sejak awal bulan Ramadan, banyak pelaku wisata yang mematangkan kesiapan menyambut libur Lebaran. Tak hanya itu, seluruh pedagang yang berjualan di masing-masing lokasi wisata ikut menyediakan kebutuhan untuk berdagang. Namun, harapan itu tiba-tiba pupus ketika muncul kebijakan yang dianggap sepihak.
Sekretaris Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Mufidun Alamin mengatakan, cukup banyak inovasi yang dikeluarkan desa dalam menyambut pengunjung ketika libur Lebaran. Bahkan di desanya, kelompok sadar wisata (pokdarwis) membuka wahana baru untuk melengkapi tempat wisata yang telah tersedia.
“Kami mematuhi kebijakan pemerintah. Bahkan, kami mendukung untuk menekan penularan korona. Tapi, yang kami sesalkan kenapa tidak dibicarakan terlebih dahulu? Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tanpa mengajak ngobrol pelaku wisata, lalu ditutup. Kan kami akhirnya dilema,” jelasnya.