LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Penyampaian informasi yang terlambat sebelum awan panas guguran (APG) Gunung Semeru disoroti banyak pihak. Pasalnya, banyak masyarakat yang tidak mengetahui hal tersebut. Sementara, sebagian kecil masyarakat mendapatkan informasi melalui pesan aplikasi WhatsApp (WA).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia Arifin Tasrif mengungkapkan, penyampaian informasi melalui WA lebih efektif. Menurut dia, informasi tersebut lebih cepat diterima masyarakat. Sementara, jika harus disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), penyampaian informasi lebih lama.
“Mekanisme yang terdeteksi di sini akan segera disampaikan di grup WhatsApp. Itu yang paling cepat. Kalau dilewatkan ke situ (BPBD, Red) butuh waktu lagi. Informasinya nanti menyebar ke camat, kades, terus ke masyarakat,” ungkapnya, kemarin.
Akibat terlambatnya informasi, puluhan warga masih hilang dan terkubur aliran pasir serta abu vulkanis. Namun, dia menyebut early warning system sudah berjalan sesuai prosedur. Akan tetapi, Gunung Semeru tidak mudah diprediksi. Karena itu, getaran yang tercatat pada alat seismograf perlu diwaspadai. Lebih lanjut, belum ada alat yang bisa mendeteksi beberapa jam sebelum letusan.
Oleh karena itu, harus ada larangan aktivitas di sejumlah kawasan. Agar tidak ada korban. Pihaknya memastikan akan menambah sistem pengamatan di Pos Pemantauan Gunung Semeru, Desa Sumberwuluh, Candipuro.
“Satu alat kamera termal sudah kami pasang untuk mendeteksi panas. Itu akan ditambahkan di Besuk Kobokan. Kalau memang ada luncuran lava panas langsung ketahuan temperaturnya berapa. Kami juga akan menambah alat pemantau. Kalau seismograf di sini sudah digital. Ada juga yang analog, tetapi real time,” jelasnya.
Ke depan, pihaknya akan memperbaiki dan meningkatkan alat serta sistem yang ada. Sebab, alat yang ada masih standar. Baik seismograf, kamera termal, maupun CCTV.
Jurnalis : Muhammad Sidkin Ali
Fotografer : Muhammad Sidkin Ali
Redaktur : Hafid Asnan