LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Banyaknya rumah oleh-oleh yang berdiri membuat sejumlah produsen oleh-oleh khas Lumajang mengikat pinggang lebih kencang. Pasalnya, jumlah pembeli oleh-oleh menurun drastis. Hal tersebut mengakibatkan beberapa produsen berinisiatif menjual produknya di satu tempat secara bersamaan. Bukan di bazar murah, melainkan di rumah oleh-oleh khas Lumajang.
Inisiatif itu ditindaklanjuti oleh Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkop dan UM) Lumajang. Mereka berencana mengembangkan rumah oleh-oleh khas Lumajang. “Ada tiga rumah oleh-oleh yang akan kami berdayakan di Lumajang,” kata Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Lumajang M. Imron Rosyadi.
Tiga rumah oleh-oleh tersebut merupakan inisiatif para pelaku UMKM di Lumajang. “Memang beberapa dari mereka datang ke kami mengeluhkan penurunan pembeli secara drastis. Oleh karena itu, kami tindak lanjuti dengan mengolaborasikan tiga rumah. Pertama di kawasan kota, tepatnya di Jalan Kiai Ilyas. Kedua ada di Kawasan Wonorejo Terpadu atau KWT. Dan ketiga ada di Randuagung,” ujarnya.
Dia menjelaskan, tiga rumah oleh-oleh tersebut memang berada di bawah naungan Dinkop dan UM Lumajang. Namun, adanya kolaborasi pelaku UMKM akan membantu mereka memasarkan produknya. “Ini sangat baik bagi pengembangan usaha para produsen. Karena mereka tidak perlu khawatir untuk menjualnya ke siapa dan di mana. Melalui rumah oleh-oleh tersebut, mereka akan sangat terbantu. Terutama pemasaran dan pendapatan mereka,” jelasnya.
Selain pelaku UMKM, masyarakat yang hendak membeli oleh-oleh juga tidak perlu bingung. Sebab, tiga rumah sudah disediakan dengan bermacam oleh-oleh khas Lumajang. “Tidak hanya makanan. Semua yang khas juga bisa didapat masyarakat di sana. Sehingga mereka tidak perlu khawatir mau membeli oleh-oleh di mana. Kami sudah menyediakan untuk masyarakat luas. Khususnya masyarakat Lumajang,” tambahnya.
Potensi tersebut tentu menguntungkan kedua belah pihak. Sebab, harga jualnya sesuai harga di rumah produksi. “Kami fasilitasi antara pelaku usaha dengan masyarakat. Harga barang yang dijual juga tidak mahal. Yakni sesuai harga di tempat mereka produksi. Jadi, misalnya masyarakat ingin membeli dari Senduro, dia tidak perlu jauh-jauh datang ke sana. Sedangkan penjual juga tidak perlu repot untuk mengantarnya ke pembeli. Cukup melalui rumah oleh-oleh, kebutuhan bisa terpenuhi dengan harga produksi. Jadi, tidak ada tambahan biaya,” terangnya.
Dia berharap, kolaborasi tersebut dapat segera diwujudkan bersama-sama. “Bulan ini akan kami bahas secara detail. Apa saja yang perlu kami lengkapi dan bagaimana langkah ke depan. Tetapi, kami semua berkomitmen untuk mewujudkannya dengan segera,” pungkasnya.
Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan