LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Tradisi nyekar tidak hanya dilakukan menjelang puasa. Di beberapa kawasan, nyekar juga dilakukan saat Lebaran. Tradisi itu untuk mendoakan keluarga atau kerabat yang telah meninggal dunia. Tentu, tradisi ini tidak lepas dari kegiatan tabur bunga di atas makam.
Memang, tradisi tersebut identik dengan membersihkan makam, menabur bunga, dan mengakhirinya dengan doa. Biasanya masyarakat akan membeli bunga tabur sebelum memasuki tempat pemakaman umum. Salah satunya adalah Ani. Menurutnya, hal tersebut sudah menjadi tradisi di masyarakat.
“Sudah menjadi tradisi ketika menjelang puasa atau saat Lebaran nyekar di makam keluarga. Hal itu dilakukan untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia. Makanya, kami sekeluarga hendak ke makam setelah silaturahmi ke sanak saudara,” ungkapnya.
Sebelum nyekar, dia membeli bunga tabur beberapa bungkus. Sebab, hal tersebut dinilai lebih mudah daripada harus mencari masing-masing bunga di beberapa tempat. “Biasanya beli di depan makam. Tetapi saat melintas ada yang jual, jadi berhenti dulu dan beli beberapa bungkus bunga,” tambahnya.
Sementara itu, Mak Satumi, salah satu penjual bunga tabur, mengatakan, jumlah pembeli bunga tabur pada saat Lebaran meningkat. Hal tersebut mendatangkan keuntungan baginya. “Kalau hari biasa sepi pembeli. Tetapi menjelang puasa atau Lebaran seperti ini banyak yang membeli bunga tabur,” katanya.
Dia menjual bunga dengan harga murah. Sekantong kecil dijual dengan harga Rp 2 ribu. “Itu paketan. Jadi, kalau kecil dan jumlahnya sedikit seharga Rp 2 ribu. Sedangkan jumlahnya banyak dan bermacam bunga harganya Rp 5 ribu. Rata-rata orang membeli dua hingga tiga bungkus kresek,” jelasnya.
Saat Lebaran seperti ini, dia bisa menjual hingga puluhan kantong bunga tabur. “Banyak yang nyekar ke makam keluarga. Biasanya saya menjual di pasar. Tapi Lebaran ini mencoba di sekitar alun-alun. Ternyata banyak juga yang membeli,” pungkasnya.
Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan