LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Salah seorang dengan gangguan jiwa alias ODGJ asal Desa Lempeni Kecamatan Tempeh harus merenggang nyawa. Padahal, para petugas berniat membawanya untuk melakukan pengobatan ke RSJ Lawang, Malang. Korban meninggal saat perjalanan dalam mobil. Penyebab kematian masih diselidiki. Diduga, korban dianiaya. Sebab, beberapa bagian tubuh mengalami luka memar.
Berdasar informasi yang berhasil dihimpun Jawa Pos Radar Semeru, saat proses penjemputan, Ahmad Husaini pada Minggu (14/11) sore sempat melawan. Namun, petugas dapat mengamankan hingga membawanya masuk ke dalam mobil. Ibu korban yang ingin ikut mengantarkan justru ditinggal. Mobil tersebut terburu-buru berangkat.
Ninggar ayah korban menceritakan, melihat istrinya tetap berada dalam rumah, dia langsung mengejar petugas yang mengendarai mobil pribadi tersebut. Mobil yang baru berjalan ratusan meter itu langsung dihentikan. Saat dia meminta petugas membukakan pintu mobil, dia menemukan anaknya sudah tidak bernyawa.
“Anak saya memang sakit, lalu kakaknya minta bantuan dari Malang. Karena bisa dan mereka bilang aman, saya bilang iya. Setelah dibawa masuk ke mobil, ibunya mau ikut, tetapi disuruh cari tali. Kemudian, mobil jalan, saya kejar lalu saya hentikan. Kok saya lihat di atas jok, kemudian ada petugas duduk di atas kaki anak saya,” katanya.
Setelah itu, Ninggar meminta petugas untuk membangunkan anaknya. Tetapi, setelah diamati, ternyata sudah tidak bernyawa. Senin (15/11) dini hari korban dibawa ke Rumah Sakit Umum dr Haryoto untuk dilakukan otopsi. Beberapa bagian tubuh pemuda yang berusia 26 tahun itu terdapat luka memar pada kaki dan leher.
Rival Susanto, salah satu petugas RSJ mengaku, bagian kaki terpaksa diduduki karena korban memberontak. Bahkan, sekalipun diamankan menggunakan tali dan borgol, korban tetap melawan petugas. Menurut dia, korban saat itu masih bernapas, tetapi pihaknya juga kaget karena tiba-tiba meninggal.
“Saya tidak menyuruh ibunya mencari tali, peralatan kami sudah lengkap. Jadi, pasien tidur di jok tengah, memang kami duduki di kakinya karena khawatir menendang sopir, bahaya. Kalau luka lebam itu karena jatuh sama-sama pas di rumahnya. Keluarga juga tahu kok bagaimana prosesnya ketika di rumah,” pungkasnya.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan