LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Harga minyak goreng curah di Lumajang masih belum menunjukkan kestabilan. Meski pemerintah sudah menetapkan satu harga untuk minyak goreng, jenis curah masih stagnan di harga Rp 16-18 ribu per kilogram. Harga yang masih cukup mahal itu membuat para pengusaha kerupuk dilema. Sebab, mereka tidak hanya mempertahankan usaha. Melainkan juga mempertahankan para karyawannya.
Baca Juga :Â Belum Lulus, Siswa SMK PPN 1 Tegalampel Diminati Perusahaan Pertanian
Seperti yang dialami salah satu pengusaha kerupuk asal Desa Sarikemuning, Kecamatan Senduro, Siti Aminah. Dia memilih tetap bertahan di tengah kondisi minyak goreng langka dan mahal. Meski pendapatannya menurun, usaha turun-temurun itu tetap harus berjalan. Sebab, dia memiliki enam karyawan yang membantunya memproduksi kerupuk setiap hari.
Yu Minah, sapaan akrabnya, mengatakan, sejak minyak goreng sulit didapatkan, dia berusaha mencari jalan keluar. Bersama suaminya, dia tetap mempertahankan enam karyawannya memproduksi kerupuk. Akan tetapi, karena jumlah minyak yang didapat tidak selalu sama, jam kerja karyawannya juga tak menentu. “Biasanya mereka pulang sore. Tetapi, jika hanya dapat 45 liter dan selesai goreng siang hari, ya, karyawan langsung pulang,” katanya.
Meski demikian, jumlah produksi kerupuk masih tetap sama. Dalam sehari, dia bisa memproduksi sebanyak seratus kilogram kerupuk. Oleh karena itu, dia membutuhkan sedikitnya 75 kilogram minyak goreng curah.
“Karena dibatasi belanja minyaknya, saya ajak karyawan atau tetangga membeli minyak. Selain itu, saya juga mengenakan pakaian yang berbeda untuk membeli minyak agar tidak diketahui pegawai atau pemilik toko. Kalau tidak begitu, ya, tidak bisa menggoreng kerupuk dalam jumlah banyak,” jelasnya.
Hal itu terpaksa dilakukan Yu Minah beberapa bulan ini. Sebab, di tengah sulitnya minyak, jumlah permintaan justru terus meningkat. Agar para pembeli tidak kecewa, ukuran kerupuk tetap dipertahankan.
Dia berharap pemerintah menyediakan minyak goreng dalam jumlah banyak. Agar dia dan pengusaha lain yang bergantung pada minyak goreng tetap bisa bertahan. Setidaknya, usaha mereka tidak mengalami kerugian besar atau gulung tikar.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Lumajang belum mengagendakan operasi pasar murah lagi. Padahal, pasar murah itu sangat membantu masyarakat. Khususnya para pemilik usaha mikro seperti Yu Minah. “Belum ada kiriman minyak goreng dari produsen. Jadi, sementara ini belum ada operasi pasar. Kami terus berkoordinasi agar operasi ini bisa segera dilakukan,” kata Kepala Bidang Perdagangan dan Metrologi Legal Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Lumajang Hisbulloh Hadi Kurniawan.
Jurnalis : Muhammad Sidkin Ali
Fotografer : Ade Apriyanis
Redaktur : Hafid Asnan