29.1 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Kala Ekosistem Sudah Tak Seimbang

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Salah satu keseimbangan ekosistem adalah setiap makhluk hidup masih bisa menempati posisinya dalam rantai makanan. Jika ada satu tempat yang kosong, bisa dipastikan ekosistem tidak berjalan dengan baik. Seperti halnya ekosistem di sawah. Hama akan merusak padi atau tumbuhan lain di sawah. Sebab, predator mereka telah diburu habis oleh manusia.

Hal tersebut senada dengan unggahan Arca Pplc Lumajang di salah satu grup. Sebuah foto yang menunjukkan perburuan burung tekukur dipikul oleh warga dengan membawa senapan. Sontak, unggahan tersebut ramai dibahas banyak akun. Ada yang berkomentar sedih, kasihan, simpati, dan menentang perburuan itu. Bahkan, ada juga akun yang sepakat dengan perburuan tersebut.

“Burung derkuku bukan hama. Coba yang diburu tikus sawah dan tikus rumah. Saya punya senapan, tapi saya pakai berburu tikus di rumah,” tulis akun Ak Lee. Sementara itu, Virgo Hoghunter juga ikut berkomentar. “Saya juga pemburu, tapi melihat postingan itu bukan pemburu, melainkan pemusnah,” komentarnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sedangkan, Anugrah Ilahi berpendapat, perilaku kejam tersebut harus ditindaklanjuti. “Sang anak menunggu makan di sarang. Sang induk mati ketika mencari makan buat anak-anaknya. Dan akhirnya, anak-anaknya mati karena kelaparan. Sungguh kejam. Harus ditindaklanjuti,” tulisnya.

Akun lain, Ady Nurhady, justru berkomentar berbeda. “Kalau burung tekukur itu hama di tempatku. Memakan padi yang baru ditanam maupun yang sudah tua. Jadi, tidak apa-apa dibantai,” tulisnya. Komentar itu dibalas Arca Pplc Lumajang. “Itu menandakan di daerahnya samian alamnya tidak seimbang. Pasti banyak pemburu. Burung itu makanannya musang, garangan, nyambek, ulo. Kemungkinan predatornya sudah habis,” balasnya.

Kalau di tempat pembaca Jawa Pos Radar Semeru bagaimana? Apakah jumlah burung tekukur masih banyak?

Jurnalis: mg2
Editor: Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Salah satu keseimbangan ekosistem adalah setiap makhluk hidup masih bisa menempati posisinya dalam rantai makanan. Jika ada satu tempat yang kosong, bisa dipastikan ekosistem tidak berjalan dengan baik. Seperti halnya ekosistem di sawah. Hama akan merusak padi atau tumbuhan lain di sawah. Sebab, predator mereka telah diburu habis oleh manusia.

Hal tersebut senada dengan unggahan Arca Pplc Lumajang di salah satu grup. Sebuah foto yang menunjukkan perburuan burung tekukur dipikul oleh warga dengan membawa senapan. Sontak, unggahan tersebut ramai dibahas banyak akun. Ada yang berkomentar sedih, kasihan, simpati, dan menentang perburuan itu. Bahkan, ada juga akun yang sepakat dengan perburuan tersebut.

“Burung derkuku bukan hama. Coba yang diburu tikus sawah dan tikus rumah. Saya punya senapan, tapi saya pakai berburu tikus di rumah,” tulis akun Ak Lee. Sementara itu, Virgo Hoghunter juga ikut berkomentar. “Saya juga pemburu, tapi melihat postingan itu bukan pemburu, melainkan pemusnah,” komentarnya.

Sedangkan, Anugrah Ilahi berpendapat, perilaku kejam tersebut harus ditindaklanjuti. “Sang anak menunggu makan di sarang. Sang induk mati ketika mencari makan buat anak-anaknya. Dan akhirnya, anak-anaknya mati karena kelaparan. Sungguh kejam. Harus ditindaklanjuti,” tulisnya.

Akun lain, Ady Nurhady, justru berkomentar berbeda. “Kalau burung tekukur itu hama di tempatku. Memakan padi yang baru ditanam maupun yang sudah tua. Jadi, tidak apa-apa dibantai,” tulisnya. Komentar itu dibalas Arca Pplc Lumajang. “Itu menandakan di daerahnya samian alamnya tidak seimbang. Pasti banyak pemburu. Burung itu makanannya musang, garangan, nyambek, ulo. Kemungkinan predatornya sudah habis,” balasnya.

Kalau di tempat pembaca Jawa Pos Radar Semeru bagaimana? Apakah jumlah burung tekukur masih banyak?

Jurnalis: mg2
Editor: Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Salah satu keseimbangan ekosistem adalah setiap makhluk hidup masih bisa menempati posisinya dalam rantai makanan. Jika ada satu tempat yang kosong, bisa dipastikan ekosistem tidak berjalan dengan baik. Seperti halnya ekosistem di sawah. Hama akan merusak padi atau tumbuhan lain di sawah. Sebab, predator mereka telah diburu habis oleh manusia.

Hal tersebut senada dengan unggahan Arca Pplc Lumajang di salah satu grup. Sebuah foto yang menunjukkan perburuan burung tekukur dipikul oleh warga dengan membawa senapan. Sontak, unggahan tersebut ramai dibahas banyak akun. Ada yang berkomentar sedih, kasihan, simpati, dan menentang perburuan itu. Bahkan, ada juga akun yang sepakat dengan perburuan tersebut.

“Burung derkuku bukan hama. Coba yang diburu tikus sawah dan tikus rumah. Saya punya senapan, tapi saya pakai berburu tikus di rumah,” tulis akun Ak Lee. Sementara itu, Virgo Hoghunter juga ikut berkomentar. “Saya juga pemburu, tapi melihat postingan itu bukan pemburu, melainkan pemusnah,” komentarnya.

Sedangkan, Anugrah Ilahi berpendapat, perilaku kejam tersebut harus ditindaklanjuti. “Sang anak menunggu makan di sarang. Sang induk mati ketika mencari makan buat anak-anaknya. Dan akhirnya, anak-anaknya mati karena kelaparan. Sungguh kejam. Harus ditindaklanjuti,” tulisnya.

Akun lain, Ady Nurhady, justru berkomentar berbeda. “Kalau burung tekukur itu hama di tempatku. Memakan padi yang baru ditanam maupun yang sudah tua. Jadi, tidak apa-apa dibantai,” tulisnya. Komentar itu dibalas Arca Pplc Lumajang. “Itu menandakan di daerahnya samian alamnya tidak seimbang. Pasti banyak pemburu. Burung itu makanannya musang, garangan, nyambek, ulo. Kemungkinan predatornya sudah habis,” balasnya.

Kalau di tempat pembaca Jawa Pos Radar Semeru bagaimana? Apakah jumlah burung tekukur masih banyak?

Jurnalis: mg2
Editor: Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca