29.5 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Nasib PLTMH Gunung Sawur di Tengah Meluasnya Jaringan Listrik

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Gunung Sawur tetap beroperasi di Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Usianya sudah 30 tahun. Meski demikian, PLTMH itu tetap konsisten menghidupi listrik ratusan rumah di dusun tersebut.

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Salah satu aliran sungai itu cukup deras mengalir. Dari ketinggian, jumlah debit air per detiknya terus mengalir ke bawah bangunan. Aliran itu memutar poros turbin mesin. Energi mekanik dihasilkan. Selanjutnya energi itu menggerakkan generator dan menghasilkan aliran listrik.

BACA JUGA : Peternak Sapi Lumajang Diimbau Jangan Panik hingga Jual Murah Lembunya

Begitulah penjelasan pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Sucipto. Sebagai pengelola, dia tahu betul kendala dan penanganan mesin saat bermasalah. Termasuk penanganan jaringan listrik yang mengalir ke rumah warga.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sejak 30 tahun lalu, warga Dusun Poncosumo, sudah menggunakan listrik dari sungai itu. Awalnya hanya beberapa rumah tangga. Namun, jumlah itu terus bertambah hingga stagnan pada 115 kepala rumah tangga.

“Dari jumlah itu tidak semuanya menggunakan listrik dari PLTMH. Karena pelanggan yang benar-benar menggunakan PLTMH sebagai sumber utama hanya 50 saja. Sisanya, mereka menggunakan dua sumber. Dari PLTMH dan PLN,” tuturnya.

Dia menjelaskan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan masyarakat menggunakan dua aliran listrik. Pertama, daya listrik yang disalurkan PLTMH tidak bisa selalu stabil. Hal itu tergantung besar kecilnya aliran sungai. Jika aliran deras, potensi gangguan listrik justru semakin besar. Sebab, aliran itu membawa sampah, sehingga sampah itu menutupi filter mesin.

Antisipasi itu tetap dilakukan. Salah satunya dengan pembersihan sungai secara rutin pagi dan sore hari. Akan tetapi, gangguan itu juga tidak bisa dihindarkan saat musim hujan. Sementara, saat musim kemarau, daya listrik cenderung stabil karena minim gangguan.

Selanjutnya, beban listrik PLTMH tidak besar. Oleh karena itu, tidak semua elektronik bisa menggunakannya. “Barang elektronik yang membutuhkan daya besar harus menambah peranti. Masyarakat yang tetap bertahan dengan PLTMH biasanya tidak menggunakan barang elektronik dengan daya besar,” tambahnya. (kin/c2/fid)

Wacanakan Jadi Mini Hidro

Besaran daya yang dihasilkan PLTMH Gunung Sawur itu sangat kecil. Informasi yang berhasil dihimpun, daya keluarannya tidak sampai 100 W. Oleh karena itu, namanya masih mikro hidro. Namun, rencananya PLTMH itu bakal menjadi pembangkit listrik tenaga mini hidro.

Perubahan dari mikro ke mini itu tidak sekadar nama. Melainkan beban daya yang dikeluarkan juga berubah. Artinya, daya keluaran mini hidro berkisar antara 100 sampai 10000 W. Tentu hal itu merupakan kabar gembira. Sebab, jumlah rumah yang akan teraliri bisa ditambah.

Sekretaris Kecamatan Candipuro Abdul Azis mengatakan, pemerintah mendukung PLTMH Gunung Sawur tetap eksis. Karenanya, ada keinginan meningkatkan PLTMH dari mikro menjadi mini hidro. Harapannya, jaringan listrik itu tidak hanya mengaliri Dusun Poncosumo.

“Rencananya memang diubah. Sehingga bisa menyuplai kebutuhan listrik yang lebih luas di dua kecamatan. Yakni Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo,” ujarnya.

Dia menilai, keberadaan PLTMH sangat membantu masyarakat. Terlebih, PLTMH menggunakan sumber daya alam yang notabene melimpah di Lumajang. Sehingga nantinya PLTMH menjadi energi terbarukan yang terus bisa digunakan. Sebab, kebanyakan listrik yang digunakan saat ini bersumber dari fosil.

Sementara itu, Manajer Bagian Keuangan dan Umum PLN UP3 Jember Harry Dewantoro mendukung pengalihan mikro menjadi mini hidro. Menurutnya, hal itu sebagai salah satu langkah agar kebutuhan listrik masyarakat terpenuhi. Di sisi lain, kebutuhan listrik dari PLN juga tetap bisa digunakan.

PLN, lanjutnya, memiliki kewajiban menyalurkan listrik ke masyarakat. Namun, tidak semua kawasan bisa terjangkau. Sebab, sejumlah ketentuan harus terpenuhi seperti ada akses jalan masuk dan tidak ada potensi gangguan pada jaringan.

Meski demikian, di kawasan tertentu seperti di Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, daya listrik yang bersumber dari PLTMH bisa dilakukan. “Biasanya memang ada pengelolanya dari paguyuban masyarakat. Karena PLTMH ini bersumber dari alam, maka kondisinya tidak bisa selalu stabil. Oleh sebab itu, para pengelola tentunya sudah disiapkan untuk menangani gangguan-gangguan kelistrikan,” jelasnya.

Mengenai rumah tangga yang menggunakan dua sumber listrik, pihaknya tidak melarang hal itu. Terpenting, instalasi listrik yang digunakan terpisah. (kin/c2/fid)

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Salah satu aliran sungai itu cukup deras mengalir. Dari ketinggian, jumlah debit air per detiknya terus mengalir ke bawah bangunan. Aliran itu memutar poros turbin mesin. Energi mekanik dihasilkan. Selanjutnya energi itu menggerakkan generator dan menghasilkan aliran listrik.

BACA JUGA : Peternak Sapi Lumajang Diimbau Jangan Panik hingga Jual Murah Lembunya

Begitulah penjelasan pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Sucipto. Sebagai pengelola, dia tahu betul kendala dan penanganan mesin saat bermasalah. Termasuk penanganan jaringan listrik yang mengalir ke rumah warga.

Sejak 30 tahun lalu, warga Dusun Poncosumo, sudah menggunakan listrik dari sungai itu. Awalnya hanya beberapa rumah tangga. Namun, jumlah itu terus bertambah hingga stagnan pada 115 kepala rumah tangga.

“Dari jumlah itu tidak semuanya menggunakan listrik dari PLTMH. Karena pelanggan yang benar-benar menggunakan PLTMH sebagai sumber utama hanya 50 saja. Sisanya, mereka menggunakan dua sumber. Dari PLTMH dan PLN,” tuturnya.

Dia menjelaskan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan masyarakat menggunakan dua aliran listrik. Pertama, daya listrik yang disalurkan PLTMH tidak bisa selalu stabil. Hal itu tergantung besar kecilnya aliran sungai. Jika aliran deras, potensi gangguan listrik justru semakin besar. Sebab, aliran itu membawa sampah, sehingga sampah itu menutupi filter mesin.

Antisipasi itu tetap dilakukan. Salah satunya dengan pembersihan sungai secara rutin pagi dan sore hari. Akan tetapi, gangguan itu juga tidak bisa dihindarkan saat musim hujan. Sementara, saat musim kemarau, daya listrik cenderung stabil karena minim gangguan.

Selanjutnya, beban listrik PLTMH tidak besar. Oleh karena itu, tidak semua elektronik bisa menggunakannya. “Barang elektronik yang membutuhkan daya besar harus menambah peranti. Masyarakat yang tetap bertahan dengan PLTMH biasanya tidak menggunakan barang elektronik dengan daya besar,” tambahnya. (kin/c2/fid)

Wacanakan Jadi Mini Hidro

Besaran daya yang dihasilkan PLTMH Gunung Sawur itu sangat kecil. Informasi yang berhasil dihimpun, daya keluarannya tidak sampai 100 W. Oleh karena itu, namanya masih mikro hidro. Namun, rencananya PLTMH itu bakal menjadi pembangkit listrik tenaga mini hidro.

Perubahan dari mikro ke mini itu tidak sekadar nama. Melainkan beban daya yang dikeluarkan juga berubah. Artinya, daya keluaran mini hidro berkisar antara 100 sampai 10000 W. Tentu hal itu merupakan kabar gembira. Sebab, jumlah rumah yang akan teraliri bisa ditambah.

Sekretaris Kecamatan Candipuro Abdul Azis mengatakan, pemerintah mendukung PLTMH Gunung Sawur tetap eksis. Karenanya, ada keinginan meningkatkan PLTMH dari mikro menjadi mini hidro. Harapannya, jaringan listrik itu tidak hanya mengaliri Dusun Poncosumo.

“Rencananya memang diubah. Sehingga bisa menyuplai kebutuhan listrik yang lebih luas di dua kecamatan. Yakni Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo,” ujarnya.

Dia menilai, keberadaan PLTMH sangat membantu masyarakat. Terlebih, PLTMH menggunakan sumber daya alam yang notabene melimpah di Lumajang. Sehingga nantinya PLTMH menjadi energi terbarukan yang terus bisa digunakan. Sebab, kebanyakan listrik yang digunakan saat ini bersumber dari fosil.

Sementara itu, Manajer Bagian Keuangan dan Umum PLN UP3 Jember Harry Dewantoro mendukung pengalihan mikro menjadi mini hidro. Menurutnya, hal itu sebagai salah satu langkah agar kebutuhan listrik masyarakat terpenuhi. Di sisi lain, kebutuhan listrik dari PLN juga tetap bisa digunakan.

PLN, lanjutnya, memiliki kewajiban menyalurkan listrik ke masyarakat. Namun, tidak semua kawasan bisa terjangkau. Sebab, sejumlah ketentuan harus terpenuhi seperti ada akses jalan masuk dan tidak ada potensi gangguan pada jaringan.

Meski demikian, di kawasan tertentu seperti di Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, daya listrik yang bersumber dari PLTMH bisa dilakukan. “Biasanya memang ada pengelolanya dari paguyuban masyarakat. Karena PLTMH ini bersumber dari alam, maka kondisinya tidak bisa selalu stabil. Oleh sebab itu, para pengelola tentunya sudah disiapkan untuk menangani gangguan-gangguan kelistrikan,” jelasnya.

Mengenai rumah tangga yang menggunakan dua sumber listrik, pihaknya tidak melarang hal itu. Terpenting, instalasi listrik yang digunakan terpisah. (kin/c2/fid)

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Salah satu aliran sungai itu cukup deras mengalir. Dari ketinggian, jumlah debit air per detiknya terus mengalir ke bawah bangunan. Aliran itu memutar poros turbin mesin. Energi mekanik dihasilkan. Selanjutnya energi itu menggerakkan generator dan menghasilkan aliran listrik.

BACA JUGA : Peternak Sapi Lumajang Diimbau Jangan Panik hingga Jual Murah Lembunya

Begitulah penjelasan pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Sucipto. Sebagai pengelola, dia tahu betul kendala dan penanganan mesin saat bermasalah. Termasuk penanganan jaringan listrik yang mengalir ke rumah warga.

Sejak 30 tahun lalu, warga Dusun Poncosumo, sudah menggunakan listrik dari sungai itu. Awalnya hanya beberapa rumah tangga. Namun, jumlah itu terus bertambah hingga stagnan pada 115 kepala rumah tangga.

“Dari jumlah itu tidak semuanya menggunakan listrik dari PLTMH. Karena pelanggan yang benar-benar menggunakan PLTMH sebagai sumber utama hanya 50 saja. Sisanya, mereka menggunakan dua sumber. Dari PLTMH dan PLN,” tuturnya.

Dia menjelaskan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan masyarakat menggunakan dua aliran listrik. Pertama, daya listrik yang disalurkan PLTMH tidak bisa selalu stabil. Hal itu tergantung besar kecilnya aliran sungai. Jika aliran deras, potensi gangguan listrik justru semakin besar. Sebab, aliran itu membawa sampah, sehingga sampah itu menutupi filter mesin.

Antisipasi itu tetap dilakukan. Salah satunya dengan pembersihan sungai secara rutin pagi dan sore hari. Akan tetapi, gangguan itu juga tidak bisa dihindarkan saat musim hujan. Sementara, saat musim kemarau, daya listrik cenderung stabil karena minim gangguan.

Selanjutnya, beban listrik PLTMH tidak besar. Oleh karena itu, tidak semua elektronik bisa menggunakannya. “Barang elektronik yang membutuhkan daya besar harus menambah peranti. Masyarakat yang tetap bertahan dengan PLTMH biasanya tidak menggunakan barang elektronik dengan daya besar,” tambahnya. (kin/c2/fid)

Wacanakan Jadi Mini Hidro

Besaran daya yang dihasilkan PLTMH Gunung Sawur itu sangat kecil. Informasi yang berhasil dihimpun, daya keluarannya tidak sampai 100 W. Oleh karena itu, namanya masih mikro hidro. Namun, rencananya PLTMH itu bakal menjadi pembangkit listrik tenaga mini hidro.

Perubahan dari mikro ke mini itu tidak sekadar nama. Melainkan beban daya yang dikeluarkan juga berubah. Artinya, daya keluaran mini hidro berkisar antara 100 sampai 10000 W. Tentu hal itu merupakan kabar gembira. Sebab, jumlah rumah yang akan teraliri bisa ditambah.

Sekretaris Kecamatan Candipuro Abdul Azis mengatakan, pemerintah mendukung PLTMH Gunung Sawur tetap eksis. Karenanya, ada keinginan meningkatkan PLTMH dari mikro menjadi mini hidro. Harapannya, jaringan listrik itu tidak hanya mengaliri Dusun Poncosumo.

“Rencananya memang diubah. Sehingga bisa menyuplai kebutuhan listrik yang lebih luas di dua kecamatan. Yakni Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo,” ujarnya.

Dia menilai, keberadaan PLTMH sangat membantu masyarakat. Terlebih, PLTMH menggunakan sumber daya alam yang notabene melimpah di Lumajang. Sehingga nantinya PLTMH menjadi energi terbarukan yang terus bisa digunakan. Sebab, kebanyakan listrik yang digunakan saat ini bersumber dari fosil.

Sementara itu, Manajer Bagian Keuangan dan Umum PLN UP3 Jember Harry Dewantoro mendukung pengalihan mikro menjadi mini hidro. Menurutnya, hal itu sebagai salah satu langkah agar kebutuhan listrik masyarakat terpenuhi. Di sisi lain, kebutuhan listrik dari PLN juga tetap bisa digunakan.

PLN, lanjutnya, memiliki kewajiban menyalurkan listrik ke masyarakat. Namun, tidak semua kawasan bisa terjangkau. Sebab, sejumlah ketentuan harus terpenuhi seperti ada akses jalan masuk dan tidak ada potensi gangguan pada jaringan.

Meski demikian, di kawasan tertentu seperti di Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, daya listrik yang bersumber dari PLTMH bisa dilakukan. “Biasanya memang ada pengelolanya dari paguyuban masyarakat. Karena PLTMH ini bersumber dari alam, maka kondisinya tidak bisa selalu stabil. Oleh sebab itu, para pengelola tentunya sudah disiapkan untuk menangani gangguan-gangguan kelistrikan,” jelasnya.

Mengenai rumah tangga yang menggunakan dua sumber listrik, pihaknya tidak melarang hal itu. Terpenting, instalasi listrik yang digunakan terpisah. (kin/c2/fid)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca