LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Mulusnya infrastruktur jalan akses menuju Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, rupanya tidak banyak mempertahankan minat pengunjung mendatangi ekowisata Siti Sundari di Desa Burno, Kecamatan Senduro. Konsep wisata alam yang terkesan menjadi wisata kuliner itu saat ini hanya ramai di akhir pekan saja.
Baca Juga : Kalian Berwisata? Tetap Patuh Prokes Ya!
Pantauan Jawa Pos Radar Semeru, ketika hari aktif, ekowisata tersebut tampak sepi. Seperti hidup segan mati tak mau. Tidak seperti sebelumnya. Bukan hanya tidak ada pengunjung yang datang, warga setempat yang membuka usaha kuliner pun banyak yang menutup lapaknya. Entah apa yang menjadi penyebab dasar ekowisata tersebut menurun.
Kepala Dusun Karanganyar, Desa Burno, Hadi Purnonomo mengatakan, kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS) ekowisata tujuannya memang untuk memberikan wadah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan untuk mencari penghasilan nonkayu. Namun, hal itu tidak berjalan lama.
Di awal-awal ekowisata Siti Sundari berdiri, seluruh masyarakat yang tergabung dalam KUPS tersebut sempat mendapat pemasukan yang signifikan. Benar-benar seperti konsep perhutanan sosial yang diharapkan. Bahkan, dari penarikan parkir kendaraan yang masuk kala itu tembus Rp 9 juta dalam sehari. Namun, tujuh bulan berikutnya menurun drastis.
“Ada 38 warung yang beroperasi, tetapi sekarang mungkin tinggal 16 warung. Mereka perlahan menutup dan membongkar warungnya. Sepi, hanya akhir pekan saja ramainya. Perjanjian yang kami ajukan memang masih tahap uji coba. Tetapi, kami optimistis dalam waktu dekat akan ada perbaikan dan bisa kembali ramai,” katanya.
Menurut dia, selain tidak sedikit warga yang tergabung KUPS menutup usahanya, sejumlah komunitas yang berusaha memanfaatkan ekowisata ini perlahan juga berkurang. Bahkan, dari sebelumnya tujuh komunitas yang bergabung, sekarang tinggal satu yang tetap berjalan dan masih eksis.
Sementara itu, Asisten Perhutani (Asper) Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Perhutani Senduro Lesmana Jaya Putra Emu mengatakan bakal melakukan evaluasi. Sebab, dalam penataannya perlu banyak perbaikan. “Untuk lain-lainnya kami menunggu hasil resmi monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan,” pungkasnya.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan