LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Luapan material vulkanis awan panas guguran (APG) Gunung Semeru masih menjadi ancaman bagi warga yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Semeru. Sebab, dampak APG (04/12) lalu meluluhlantakkan lahan dan bangunan warga setempat. Seperti yang dialami warga Dusun Curahkobokan, Desa Supiturang, dan Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh.
Baca Juga :Â Semeru Kembali Meletus Setinggi Satu Kilometer
Oleh karena itu, pembangunan bronjong sangat diperlukan untuk mengantisipasi hal yang sama tidak terulang kembali. Karenanya, pemerintah membangun bronjong sepanjang 450 meter pada salah satu sisi sungai di Dusun Curahkobokan. Menariknya, pembangunan itu berbasis padat karya. Artinya, pembangunan bronjong tersebut sudah memberdayakan ratusan warga terdampak APG Gunung Semeru.
“Ada sekitar 270 lebih warga terdampak yang terlibat pembangunan ini. Sehingga pengerjaan bronjong bisa selesai lebih cepat. Mulai dari pengerukan (29/1), pembangunan (31/1) hingga selesai awal pekan ini (7/3),” ujar Pengawas Lapangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas Agus Wintoro.
Agus menjelaskan, bronjong itu memang memiliki panjang 450 meter. Sementara, lebar dan ketinggian bronjong masing-masing berukuran 10 dan 5 meter. Bronjong yang gagah dan memanjang itu berjarak 15 hingga 25 meter dari sisi DAS Semeru. Harapannya, aliran lahar maupun material vulkanis Gunung Semeru tidak lagi meluber ke lahan masyarakat setempat.
Saat pengerjaan, lanjut Agus, aktivitas fluktuatif Gunung Semeru cukup membahayakan. Oleh karena itu, pengerjaan beberapa kali terhenti saat cuaca tidak bersahabat. “Seperti hujan atau sebelum banjir lahar datang, kami meminta semua warga dan pekerja menjauh dari lokasi bronjong. Kami evakuasi seluruhnya. Termasuk alat berat juga kami evakuasi ke tempat aman. Kami tidak ingin mengambil risiko,” terangnya.
Meski demikian, pengerjaan bronjong bisa selesai seratus persen. Dia mengaku terbantu partisipasi masyarakat dalam padat karya tersebut. Terlebih, masyarakat juga memiliki kegiatan positif lainnya selama menunggu hunian tetap bisa ditempati. Mereka menganggap hal itu bagian dari pencegahan dan meminimalisasi kerusakan bencana alam. Sehingga, lahan pertanian maupun lainnya tetap aman.
“Selama beberapa pekan ke depan, kami akan memantau bronjong ini. Apakah ada sledingan, kekurangan, atau lainnya. Kalau masyarakat justru berharap pembangunan bronjong tidak hanya di titik itu saja. Tetapi juga ditambah di titik lainnya, sehingga mereka bisa kembali beraktivitas di sekitar DAS Semeru,” pungkasnya. (kin/c2/fid)