27.8 C
Jember
Friday, 31 March 2023

Harga Sapi Mulai Anjlok

Peternak Ketar-ketir, Pilih Jual Cepat

Mobile_AP_Rectangle 1

NGUTER, Radar Semeru – Grafik penularan PMK pada hewan berkuku belah cukup tinggi. Hampir setiap hari terjadi penambahan hewan yang terjangkit. Termasuk merambah ke jenis hewan lainnya. Selain mengancam kesehatan, penyakit itu juga membuat harga sapi dan kambing terancam menurun.

BACA JUGA : Penyebaran Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Sapi di Lumajang

Tidak sedikit peternak yang panik dan khawatir. Bahkan, saking khawatirnya, Ain Fitria Lestari, warga Dusun Basuki, Blok Darungan, Desa Nguter, Kecamatan Pasirian, terpaksa menjual satu sapi dari empat sapi miliknya. Perempuan ini khawatir penyakit itu membuat sapi miliknya mati.

Mobile_AP_Rectangle 2

Ain menjelaskan, sejak beberapa hari yang lalu sapi miliknya tidak bisa berdiri. Terlihat lesu dan tenaganya terus berkurang. “Sapinya duduk-duduk terus, kelihatannya lemas. Makanya, daripada mati, sama bapak dijual satunya, supaya tidak terlalu merugi,” katanya.

Namun, harga jual sapi itu tidak seperti harga normal. Biasanya dengan bobot lumayan besar, sapi dihargai Rp 18 juta. Sedangkan, uang yang diterimanya dari penjualan sapi itu hanya Rp 12 juta. Pilihan menjual sengaja diambil karena khawatir hewan peliharaannya sakit parah hingga mati. Praktis, harga jual akan semakin menurun.

Pantauan Jawa Pos Radar Semeru, cukup banyak peternak yang berusaha mencegah penularan virus dengan cara tradisional. Mereka memberikan ramuan jamu supaya luka-luka di mulut dan kaki sapi cepat kering. Namun, upaya itu belum banyak memberikan hasil yang memuaskan.

“Tiga ekor sapi tetap kami rawat, kami selalu bersihkan kandangnya. Kami beri jamu secara rutin. Kalau virus ini semakin banyak menyerang hewan, bisa-bisa harga sapi akan terus turun. Kami berharap pemerintah segera meminta kuota vaksin, supaya kami bisa tenang,” pungkasnya.

 

Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan

- Advertisement -

NGUTER, Radar Semeru – Grafik penularan PMK pada hewan berkuku belah cukup tinggi. Hampir setiap hari terjadi penambahan hewan yang terjangkit. Termasuk merambah ke jenis hewan lainnya. Selain mengancam kesehatan, penyakit itu juga membuat harga sapi dan kambing terancam menurun.

BACA JUGA : Penyebaran Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Sapi di Lumajang

Tidak sedikit peternak yang panik dan khawatir. Bahkan, saking khawatirnya, Ain Fitria Lestari, warga Dusun Basuki, Blok Darungan, Desa Nguter, Kecamatan Pasirian, terpaksa menjual satu sapi dari empat sapi miliknya. Perempuan ini khawatir penyakit itu membuat sapi miliknya mati.

Ain menjelaskan, sejak beberapa hari yang lalu sapi miliknya tidak bisa berdiri. Terlihat lesu dan tenaganya terus berkurang. “Sapinya duduk-duduk terus, kelihatannya lemas. Makanya, daripada mati, sama bapak dijual satunya, supaya tidak terlalu merugi,” katanya.

Namun, harga jual sapi itu tidak seperti harga normal. Biasanya dengan bobot lumayan besar, sapi dihargai Rp 18 juta. Sedangkan, uang yang diterimanya dari penjualan sapi itu hanya Rp 12 juta. Pilihan menjual sengaja diambil karena khawatir hewan peliharaannya sakit parah hingga mati. Praktis, harga jual akan semakin menurun.

Pantauan Jawa Pos Radar Semeru, cukup banyak peternak yang berusaha mencegah penularan virus dengan cara tradisional. Mereka memberikan ramuan jamu supaya luka-luka di mulut dan kaki sapi cepat kering. Namun, upaya itu belum banyak memberikan hasil yang memuaskan.

“Tiga ekor sapi tetap kami rawat, kami selalu bersihkan kandangnya. Kami beri jamu secara rutin. Kalau virus ini semakin banyak menyerang hewan, bisa-bisa harga sapi akan terus turun. Kami berharap pemerintah segera meminta kuota vaksin, supaya kami bisa tenang,” pungkasnya.

 

Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan

NGUTER, Radar Semeru – Grafik penularan PMK pada hewan berkuku belah cukup tinggi. Hampir setiap hari terjadi penambahan hewan yang terjangkit. Termasuk merambah ke jenis hewan lainnya. Selain mengancam kesehatan, penyakit itu juga membuat harga sapi dan kambing terancam menurun.

BACA JUGA : Penyebaran Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Sapi di Lumajang

Tidak sedikit peternak yang panik dan khawatir. Bahkan, saking khawatirnya, Ain Fitria Lestari, warga Dusun Basuki, Blok Darungan, Desa Nguter, Kecamatan Pasirian, terpaksa menjual satu sapi dari empat sapi miliknya. Perempuan ini khawatir penyakit itu membuat sapi miliknya mati.

Ain menjelaskan, sejak beberapa hari yang lalu sapi miliknya tidak bisa berdiri. Terlihat lesu dan tenaganya terus berkurang. “Sapinya duduk-duduk terus, kelihatannya lemas. Makanya, daripada mati, sama bapak dijual satunya, supaya tidak terlalu merugi,” katanya.

Namun, harga jual sapi itu tidak seperti harga normal. Biasanya dengan bobot lumayan besar, sapi dihargai Rp 18 juta. Sedangkan, uang yang diterimanya dari penjualan sapi itu hanya Rp 12 juta. Pilihan menjual sengaja diambil karena khawatir hewan peliharaannya sakit parah hingga mati. Praktis, harga jual akan semakin menurun.

Pantauan Jawa Pos Radar Semeru, cukup banyak peternak yang berusaha mencegah penularan virus dengan cara tradisional. Mereka memberikan ramuan jamu supaya luka-luka di mulut dan kaki sapi cepat kering. Namun, upaya itu belum banyak memberikan hasil yang memuaskan.

“Tiga ekor sapi tetap kami rawat, kami selalu bersihkan kandangnya. Kami beri jamu secara rutin. Kalau virus ini semakin banyak menyerang hewan, bisa-bisa harga sapi akan terus turun. Kami berharap pemerintah segera meminta kuota vaksin, supaya kami bisa tenang,” pungkasnya.

 

Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca