Mobile_AP_Rectangle 1
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Sudah setahun berlalu jembatan penghubung Desa Gesang Kecamatan Tempeh dengan Desa Sememu Kecamatan terputus akibat diterjang aliran lahar dingin yang deras. Sampai saat ini, nasib jembatan tersebut masih menggunakan anyaman bambu yang rawan tersapu aliran sungai.
Tidak sedikit warga setempat maupun warga yang biasanya melintasi jembatan tersebut berharap agar segera diperbaiki. Sebab, selama ini warga yang bisa melintas hanya mereka yang mengendarai kendaraan roda dua. Sedangkan, kendaraan roda empat harus melewati jalan lain yang relatif jauh.
Basid warga Desa Gesang mengatakan, sekalipun dibuat jembatan alternatif secara swadaya oleh penduduk setempat, warga yang melintas tidak boleh sembarangan waktu. Terutama ketika sedang hujan dan aliran sungai sedang deras-derasnya. Karena beberapa pengalaman lalu sering roboh.
Mobile_AP_Rectangle 2
“Jembatan alternatif ini tidak sekali dua kali terputus, karena memang penahannya tidak kuat menghadapi hantaman air yang deras. Cukup banyak pengendara yang melintas ini berharap agar segera diperbaiki, mengingat mereka sendiri was-was ketika melintas. Khawatir roboh secara tiba-tiba,” katanya.
Menurutnya, selama ini baik pemerintah desa hingga kabupaten tidak pernah memberikan support anggaran untuk perbaikan jembatan alternatif. Sehingga, belasan warga Desa Gesang melakukan inisiatif mengelola secara swadaya dengan menerima uang dari pengendara yang lewat.
“Kami tidak memaksa, tetapi kami menerima. Karena kalau perbaikan pakai uang itu,” tambahnya. Sementara itu, Plt Kasi Pemeliharaan dan Bangunan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Lumajang Subowo menjelaskan, survei lokasi sudah pernah dilaksanakan, rencananya bakal segera dibangun.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan
- Advertisement -
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Sudah setahun berlalu jembatan penghubung Desa Gesang Kecamatan Tempeh dengan Desa Sememu Kecamatan terputus akibat diterjang aliran lahar dingin yang deras. Sampai saat ini, nasib jembatan tersebut masih menggunakan anyaman bambu yang rawan tersapu aliran sungai.
Tidak sedikit warga setempat maupun warga yang biasanya melintasi jembatan tersebut berharap agar segera diperbaiki. Sebab, selama ini warga yang bisa melintas hanya mereka yang mengendarai kendaraan roda dua. Sedangkan, kendaraan roda empat harus melewati jalan lain yang relatif jauh.
Basid warga Desa Gesang mengatakan, sekalipun dibuat jembatan alternatif secara swadaya oleh penduduk setempat, warga yang melintas tidak boleh sembarangan waktu. Terutama ketika sedang hujan dan aliran sungai sedang deras-derasnya. Karena beberapa pengalaman lalu sering roboh.
“Jembatan alternatif ini tidak sekali dua kali terputus, karena memang penahannya tidak kuat menghadapi hantaman air yang deras. Cukup banyak pengendara yang melintas ini berharap agar segera diperbaiki, mengingat mereka sendiri was-was ketika melintas. Khawatir roboh secara tiba-tiba,” katanya.
Menurutnya, selama ini baik pemerintah desa hingga kabupaten tidak pernah memberikan support anggaran untuk perbaikan jembatan alternatif. Sehingga, belasan warga Desa Gesang melakukan inisiatif mengelola secara swadaya dengan menerima uang dari pengendara yang lewat.
“Kami tidak memaksa, tetapi kami menerima. Karena kalau perbaikan pakai uang itu,” tambahnya. Sementara itu, Plt Kasi Pemeliharaan dan Bangunan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Lumajang Subowo menjelaskan, survei lokasi sudah pernah dilaksanakan, rencananya bakal segera dibangun.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Sudah setahun berlalu jembatan penghubung Desa Gesang Kecamatan Tempeh dengan Desa Sememu Kecamatan terputus akibat diterjang aliran lahar dingin yang deras. Sampai saat ini, nasib jembatan tersebut masih menggunakan anyaman bambu yang rawan tersapu aliran sungai.
Tidak sedikit warga setempat maupun warga yang biasanya melintasi jembatan tersebut berharap agar segera diperbaiki. Sebab, selama ini warga yang bisa melintas hanya mereka yang mengendarai kendaraan roda dua. Sedangkan, kendaraan roda empat harus melewati jalan lain yang relatif jauh.
Basid warga Desa Gesang mengatakan, sekalipun dibuat jembatan alternatif secara swadaya oleh penduduk setempat, warga yang melintas tidak boleh sembarangan waktu. Terutama ketika sedang hujan dan aliran sungai sedang deras-derasnya. Karena beberapa pengalaman lalu sering roboh.
“Jembatan alternatif ini tidak sekali dua kali terputus, karena memang penahannya tidak kuat menghadapi hantaman air yang deras. Cukup banyak pengendara yang melintas ini berharap agar segera diperbaiki, mengingat mereka sendiri was-was ketika melintas. Khawatir roboh secara tiba-tiba,” katanya.
Menurutnya, selama ini baik pemerintah desa hingga kabupaten tidak pernah memberikan support anggaran untuk perbaikan jembatan alternatif. Sehingga, belasan warga Desa Gesang melakukan inisiatif mengelola secara swadaya dengan menerima uang dari pengendara yang lewat.
“Kami tidak memaksa, tetapi kami menerima. Karena kalau perbaikan pakai uang itu,” tambahnya. Sementara itu, Plt Kasi Pemeliharaan dan Bangunan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Lumajang Subowo menjelaskan, survei lokasi sudah pernah dilaksanakan, rencananya bakal segera dibangun.
Jurnalis : Atieqson Mar Iqbal
Fotografer : Atieqson Mar Iqbal
Redaktur : Hafid Asnan