25.5 C
Jember
Saturday, 10 June 2023

Lapak Kuliner Tutup Total

Pemkab Lumajang Bakal Lakukan Revitalisasi

Mobile_AP_Rectangle 1

BURNO, RADARJEMBER.ID – Masih ingat dengan Siti Sundari? Salah satu wahana wisata yang terletak di Dusun Karanganyar, Desa Burno, Kecamatan Senduro, itu kali ini benar-benar sepi. Bahkan, akhir pekan sekalipun tidak ada pengunjung yang datang ke sana. Sampai-sampai seluruh lapak usaha kuliner di kawasan tersebut tutup total.

Sebelumnya, pada Maret 2022 lalu, ekowisata yang memanfaatkan pengelolaan lahan Perhutani itu terlihat mulai terbengkalai. Separuh lebih warung kuliner di kawasan itu memilih menutup lapaknya lebih awal. Sebab, kunjungan wisatawan yang berangsur menurun berdampak pada pendapatan yang terus berkurang.

Kepala Dusun Karanganyar, Desa Burno, Hadi Purnonomo, menjelaskan, permasalahan dalam pengelolaan wisata Siti Sundari cukup kompleks. Selain minimnya inovasi warga yang tergabung dalam kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS), juga ada beberapa faktor lain yang tidak bisa disebutkan dengan detail.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Ya, mereka kembali pada profesi sebelumnya. Biasanya yang dulu ternak sapi, ya ternak sapi. Beberapa orang luar yang melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat juga ikut pergi. Jadi, ya, banyak penyebabnya. Kondisinya seperti terlihat sekarang, warungnya tutup semua. Kembali seperti awal-awal dulu,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Lumajang Yuli Hari menjelaskan, faktor dominan yang menyebabkan kawasan ekowisata itu mati adalah tidak adanya keterlibatan pemerintah desa setempat. Meskipun dikelola langsung oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), tetapi minim koordinasi.

“Banyak yang memprediksikan Siti Sundari tidak bertahan lama. Apa yang dulu disampaikan LMDH mengenai pengelolaan hutan, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Kelihatannya ini soal pengelolaan yang kurang tepat. Kami akan berusaha menghidupkan dengan melakukan revitalisasi,” pungkasnya. (son/c2/fid)

- Advertisement -

BURNO, RADARJEMBER.ID – Masih ingat dengan Siti Sundari? Salah satu wahana wisata yang terletak di Dusun Karanganyar, Desa Burno, Kecamatan Senduro, itu kali ini benar-benar sepi. Bahkan, akhir pekan sekalipun tidak ada pengunjung yang datang ke sana. Sampai-sampai seluruh lapak usaha kuliner di kawasan tersebut tutup total.

Sebelumnya, pada Maret 2022 lalu, ekowisata yang memanfaatkan pengelolaan lahan Perhutani itu terlihat mulai terbengkalai. Separuh lebih warung kuliner di kawasan itu memilih menutup lapaknya lebih awal. Sebab, kunjungan wisatawan yang berangsur menurun berdampak pada pendapatan yang terus berkurang.

Kepala Dusun Karanganyar, Desa Burno, Hadi Purnonomo, menjelaskan, permasalahan dalam pengelolaan wisata Siti Sundari cukup kompleks. Selain minimnya inovasi warga yang tergabung dalam kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS), juga ada beberapa faktor lain yang tidak bisa disebutkan dengan detail.

“Ya, mereka kembali pada profesi sebelumnya. Biasanya yang dulu ternak sapi, ya ternak sapi. Beberapa orang luar yang melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat juga ikut pergi. Jadi, ya, banyak penyebabnya. Kondisinya seperti terlihat sekarang, warungnya tutup semua. Kembali seperti awal-awal dulu,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Lumajang Yuli Hari menjelaskan, faktor dominan yang menyebabkan kawasan ekowisata itu mati adalah tidak adanya keterlibatan pemerintah desa setempat. Meskipun dikelola langsung oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), tetapi minim koordinasi.

“Banyak yang memprediksikan Siti Sundari tidak bertahan lama. Apa yang dulu disampaikan LMDH mengenai pengelolaan hutan, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Kelihatannya ini soal pengelolaan yang kurang tepat. Kami akan berusaha menghidupkan dengan melakukan revitalisasi,” pungkasnya. (son/c2/fid)

BURNO, RADARJEMBER.ID – Masih ingat dengan Siti Sundari? Salah satu wahana wisata yang terletak di Dusun Karanganyar, Desa Burno, Kecamatan Senduro, itu kali ini benar-benar sepi. Bahkan, akhir pekan sekalipun tidak ada pengunjung yang datang ke sana. Sampai-sampai seluruh lapak usaha kuliner di kawasan tersebut tutup total.

Sebelumnya, pada Maret 2022 lalu, ekowisata yang memanfaatkan pengelolaan lahan Perhutani itu terlihat mulai terbengkalai. Separuh lebih warung kuliner di kawasan itu memilih menutup lapaknya lebih awal. Sebab, kunjungan wisatawan yang berangsur menurun berdampak pada pendapatan yang terus berkurang.

Kepala Dusun Karanganyar, Desa Burno, Hadi Purnonomo, menjelaskan, permasalahan dalam pengelolaan wisata Siti Sundari cukup kompleks. Selain minimnya inovasi warga yang tergabung dalam kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS), juga ada beberapa faktor lain yang tidak bisa disebutkan dengan detail.

“Ya, mereka kembali pada profesi sebelumnya. Biasanya yang dulu ternak sapi, ya ternak sapi. Beberapa orang luar yang melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat juga ikut pergi. Jadi, ya, banyak penyebabnya. Kondisinya seperti terlihat sekarang, warungnya tutup semua. Kembali seperti awal-awal dulu,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Lumajang Yuli Hari menjelaskan, faktor dominan yang menyebabkan kawasan ekowisata itu mati adalah tidak adanya keterlibatan pemerintah desa setempat. Meskipun dikelola langsung oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), tetapi minim koordinasi.

“Banyak yang memprediksikan Siti Sundari tidak bertahan lama. Apa yang dulu disampaikan LMDH mengenai pengelolaan hutan, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Kelihatannya ini soal pengelolaan yang kurang tepat. Kami akan berusaha menghidupkan dengan melakukan revitalisasi,” pungkasnya. (son/c2/fid)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca