22.4 C
Jember
Tuesday, 6 June 2023

Musim Hujan Jadi Faktor Utama Banjir Orderan Petani Hidroponik

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID– Musim hujan mengakibatkan petani selada yang menggunakan sistem tradisional terpaksa merugi. Sebabm tanamannya rusak. Kondisi ini justru berbanding terbalik dengan petani hidroponik yang saat ini kebanjiran orderan. Permintaannya semakin pesat, karena petani lainnya tidak bisa mencukupi kebutuhan konsumen. Tak heran jika dalam satu minggu bisa menghabiskan 50 kilogram selada.

Sistem hidroponik yang dibuat dengan panen setiap harinya mampu mencukupi kebutuhan konsumen. Meski tantangan terbesarnya juga karena intensitas curah hujan yang cukup tinggi dan hama tanaman sering kali menyerang sayurannya. Namun kondisi ini bisa diantisipasi. Sayuran hidroponik mampu tumbuh dengan subur dan menghiasi kebun milik Arif Hermawan, salah satu petani milenial asal Lumajang.

Jika biasanya hidroponik miliknya bisa dijual ke kota sebelah, justru kali ini hanya area Kabupaten Lumajang. Sebab, memang banyak warga yang beralih menggunakan sayuran hidroponik untuk dikonsumsi pribadi maupun dijual lagi.

Mobile_AP_Rectangle 2

Faktor ini terjadi akibat musim hujan yang membuat petani tradisional gagal panen. Alhasil, sayur hidroponik jadi solusi alternatif. “Sekarang kebanjiran orderan, karena memang musim hujan. Banyak petani sayur gagal panen. Jadi, orang-orang banyak milih sayur hidroponik,” tuturnya.

Biasanya pembeli bisa menghabiskan 20 kilogram sayuran hidroponik, bergantung pada permintaan, yang didominasi oleh warga asal Lumajang. Sementara, jika dikalkulasi dalam satu minggu bisa menghabiskan sekitar 60 kilogram.

Jumlah tersebut terbilang cukup banyak dibanding musim kemarau. “Kalau lagi musim kemarau kadang sepi juga. Karena pesaingnya sudah normal. Jadi, nggak heran kalau kondisinya seperti ini 60 kilogram ludes,” pungkasnya.

Jurnalis: Ade Apryanis
Fotografer: Ade Apryanis
Editor: Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID– Musim hujan mengakibatkan petani selada yang menggunakan sistem tradisional terpaksa merugi. Sebabm tanamannya rusak. Kondisi ini justru berbanding terbalik dengan petani hidroponik yang saat ini kebanjiran orderan. Permintaannya semakin pesat, karena petani lainnya tidak bisa mencukupi kebutuhan konsumen. Tak heran jika dalam satu minggu bisa menghabiskan 50 kilogram selada.

Sistem hidroponik yang dibuat dengan panen setiap harinya mampu mencukupi kebutuhan konsumen. Meski tantangan terbesarnya juga karena intensitas curah hujan yang cukup tinggi dan hama tanaman sering kali menyerang sayurannya. Namun kondisi ini bisa diantisipasi. Sayuran hidroponik mampu tumbuh dengan subur dan menghiasi kebun milik Arif Hermawan, salah satu petani milenial asal Lumajang.

Jika biasanya hidroponik miliknya bisa dijual ke kota sebelah, justru kali ini hanya area Kabupaten Lumajang. Sebab, memang banyak warga yang beralih menggunakan sayuran hidroponik untuk dikonsumsi pribadi maupun dijual lagi.

Faktor ini terjadi akibat musim hujan yang membuat petani tradisional gagal panen. Alhasil, sayur hidroponik jadi solusi alternatif. “Sekarang kebanjiran orderan, karena memang musim hujan. Banyak petani sayur gagal panen. Jadi, orang-orang banyak milih sayur hidroponik,” tuturnya.

Biasanya pembeli bisa menghabiskan 20 kilogram sayuran hidroponik, bergantung pada permintaan, yang didominasi oleh warga asal Lumajang. Sementara, jika dikalkulasi dalam satu minggu bisa menghabiskan sekitar 60 kilogram.

Jumlah tersebut terbilang cukup banyak dibanding musim kemarau. “Kalau lagi musim kemarau kadang sepi juga. Karena pesaingnya sudah normal. Jadi, nggak heran kalau kondisinya seperti ini 60 kilogram ludes,” pungkasnya.

Jurnalis: Ade Apryanis
Fotografer: Ade Apryanis
Editor: Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID– Musim hujan mengakibatkan petani selada yang menggunakan sistem tradisional terpaksa merugi. Sebabm tanamannya rusak. Kondisi ini justru berbanding terbalik dengan petani hidroponik yang saat ini kebanjiran orderan. Permintaannya semakin pesat, karena petani lainnya tidak bisa mencukupi kebutuhan konsumen. Tak heran jika dalam satu minggu bisa menghabiskan 50 kilogram selada.

Sistem hidroponik yang dibuat dengan panen setiap harinya mampu mencukupi kebutuhan konsumen. Meski tantangan terbesarnya juga karena intensitas curah hujan yang cukup tinggi dan hama tanaman sering kali menyerang sayurannya. Namun kondisi ini bisa diantisipasi. Sayuran hidroponik mampu tumbuh dengan subur dan menghiasi kebun milik Arif Hermawan, salah satu petani milenial asal Lumajang.

Jika biasanya hidroponik miliknya bisa dijual ke kota sebelah, justru kali ini hanya area Kabupaten Lumajang. Sebab, memang banyak warga yang beralih menggunakan sayuran hidroponik untuk dikonsumsi pribadi maupun dijual lagi.

Faktor ini terjadi akibat musim hujan yang membuat petani tradisional gagal panen. Alhasil, sayur hidroponik jadi solusi alternatif. “Sekarang kebanjiran orderan, karena memang musim hujan. Banyak petani sayur gagal panen. Jadi, orang-orang banyak milih sayur hidroponik,” tuturnya.

Biasanya pembeli bisa menghabiskan 20 kilogram sayuran hidroponik, bergantung pada permintaan, yang didominasi oleh warga asal Lumajang. Sementara, jika dikalkulasi dalam satu minggu bisa menghabiskan sekitar 60 kilogram.

Jumlah tersebut terbilang cukup banyak dibanding musim kemarau. “Kalau lagi musim kemarau kadang sepi juga. Karena pesaingnya sudah normal. Jadi, nggak heran kalau kondisinya seperti ini 60 kilogram ludes,” pungkasnya.

Jurnalis: Ade Apryanis
Fotografer: Ade Apryanis
Editor: Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca