Mobile_AP_Rectangle 1
SUMBEREJO, Radar Semeru – Nasib para petani makin suram. Setelah sulit mendapat pupuk di kios pertanian, mereka dihadapkan pada hasil padi yang tidak maksimal. Hujan yang terus mengguyur Lumajang masih mendominasi penyebab panen tak normal. Alhasil, harga gabah makin anjlok.
Baca Juga : Jadi Petani Porang, Omzet Tembus Rp 300 Juta Sebulan
Pekan lalu, gabah basah dari sawah masih seharga Rp 3.600 per kilogramnya. Namun, makin hari harganya terus turun. Terbaru, hampir di seluruh kawasan padi yang dipanen dibanderol Rp 3.400 per kilogram.
Mobile_AP_Rectangle 2
Salah satu petani asal Desa Sumberejo, Kecamatan Sukodono, Abdul Karim, mengatakan, murahnya harga gabah membuatnya tidak untung banyak. Berdasarkan biaya produksi dan panen yang dihitung, selisihnya hanya sedikit. “Tidak sebanding antara pengeluaran dan pemasukannya,” keluhnya.
- Advertisement -
SUMBEREJO, Radar Semeru – Nasib para petani makin suram. Setelah sulit mendapat pupuk di kios pertanian, mereka dihadapkan pada hasil padi yang tidak maksimal. Hujan yang terus mengguyur Lumajang masih mendominasi penyebab panen tak normal. Alhasil, harga gabah makin anjlok.
Baca Juga : Jadi Petani Porang, Omzet Tembus Rp 300 Juta Sebulan
Pekan lalu, gabah basah dari sawah masih seharga Rp 3.600 per kilogramnya. Namun, makin hari harganya terus turun. Terbaru, hampir di seluruh kawasan padi yang dipanen dibanderol Rp 3.400 per kilogram.
Salah satu petani asal Desa Sumberejo, Kecamatan Sukodono, Abdul Karim, mengatakan, murahnya harga gabah membuatnya tidak untung banyak. Berdasarkan biaya produksi dan panen yang dihitung, selisihnya hanya sedikit. “Tidak sebanding antara pengeluaran dan pemasukannya,” keluhnya.
SUMBEREJO, Radar Semeru – Nasib para petani makin suram. Setelah sulit mendapat pupuk di kios pertanian, mereka dihadapkan pada hasil padi yang tidak maksimal. Hujan yang terus mengguyur Lumajang masih mendominasi penyebab panen tak normal. Alhasil, harga gabah makin anjlok.
Baca Juga : Jadi Petani Porang, Omzet Tembus Rp 300 Juta Sebulan
Pekan lalu, gabah basah dari sawah masih seharga Rp 3.600 per kilogramnya. Namun, makin hari harganya terus turun. Terbaru, hampir di seluruh kawasan padi yang dipanen dibanderol Rp 3.400 per kilogram.
Salah satu petani asal Desa Sumberejo, Kecamatan Sukodono, Abdul Karim, mengatakan, murahnya harga gabah membuatnya tidak untung banyak. Berdasarkan biaya produksi dan panen yang dihitung, selisihnya hanya sedikit. “Tidak sebanding antara pengeluaran dan pemasukannya,” keluhnya.