LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – “Pernah kami meminta izin untuk menggelar konser musik sebulan sebelum hari H. Tetapi sepekan sebelum acara berlangsung tiba-tiba jadwal kami diminta untuk diundur karena ada kegiatan mendadak,” ucap Viky Yonata, pelaku seni asal Kelurahan Citrodiwangsan Kecamatan Lumajang.
Menurutnya, kejadian itu tidak hanya sekali terjadi. Namun sudah berulangkali. Maklum, pemakaian gedung untuk kegiatan kesenian maupun kegiatan kreativitas anak muda cenderung gratis. Tidak dipungut biaya sama sekali. Beda dengan hajatan nikahan, pemakainya harus mengeluarkan uang sewa untuk setiap jamnya sebagai retribusi.
“Itu terjadi tahun 2019 lalu sebelum korona, makanya mulai saat itu kami jarang berurusan dengan asetnya pemerintah. Kami gunakan tempat lain saja,” tambahnya. Tak heran, sejak tahun itu kegiatan kesenian maupun kegiatan anak muda nyaris tidak pernah ada di gedung tersebut, yang ada hanya hajatan pernikahan.
Viky melanjutkan, ketika pandemi korona mulai memasuki Lumajang. Di awal-awal tahun 2020, sekira bulan Maret seluruh kegiatan kemasyarakatan memang dibatasi. Semua tak bisa meminjam. Namun setelah berangsur longgar, lagi-lagi wedding organizer (WO) saja yang bisa menggunakan, kesannya seperti dipermudah.
“Dari tempat yang tetap dikenal sebagai gedung pernikahan sampai sekarang digunakan untuk posko bantuan erupsi Gunung Semeru. Jangankan kami, warga biasa pun akan beranggapan gedung Soedjono ini merupakan gedung yang hanya bisa digunakan untuk pernikahan, bukan gedung kesenian,” katanya.
Sementara itu, Kabid Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Lumajang Wiwin Kuswintarsih mengatakan, keseriusan mengalihkan fungsi menjadi gedung kesenian tersebut ditandai dengan penyerahan aset tersebut dari bagian umum ke Dinas Pariwisata. Sehingga, tahun 2019 lalu sempat direncanakan untuk renovasi.
“Langkah pertama kami tahun 2018 asetnya dipindah ke kami. Kami lalu membuat perencanaan untuk mengubah gedung itu menjadi gedung kesenian. Kemudian kami sudah membuat rencana anggaran, kemudian saat itu ada ada korona. Begitu ada korona, planning kami ditunda, tetapi pengalihan fungsinya sudah kita lakukan,” pungkasnya (son/fid)
Bakal Direnov Senilai Rp 15 Miliar
Gagalnya renovasi gedung Soedjono memang tidak menyurutkan semangat Pemkab Lumajang untuk mewujudkan program nyata pasangan Thoriq-Indah. Bahkan, Dinas Pariwisata Lumajang mengklaim, sejak awal keduanya menjabat, gedung tersebut telah dialihfungsikan menjadi gedung kesenian. Hanya saja minim sosialisasi.
Kabid Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Lumajang Wiwin Kuswintarsih mengatakan, salah satu bentuk keseriusan tersebut adalah memfasilitasi sejumlah komunitas tari untuk menggelar latihan. Bahkan, ada studio recording yang dapat digunakan pelaku seni merekam karya-karya mereka.
“Kami ada dokumentasinya. Lalu sempat kami tutup sementara karena korona. Sampai tahun 2021 kami batasi kegiatan yang mengundang kerumunan. Tetapi kalau untuk sekedar latihan kami perbolehkan. Kemudian tidak selang lama, ada bencana sehingga tempatnya digunakan menyimpan kebutuhan pengungsi,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Yuli Haris menyadari ada beberapa kendala yang membuat progres program nyata tersebut tidak tampak. Padahal, niatan itu sudah direncanakan agar direalisasikan tahun 2020. Namun, belum sempat terlaksana karena refocusing dan terjadi bencana erupsi Gunung Semeru.
“Kalau informasi yang saya terima dari teman-teman, rencana anggaran biaya itu sebesar Rp 15 miliar. Itu akan digunakan untuk merenovasi sebagian besar wajah gedung menjadi lebih terbuka. Keinginannya berkonsep outdor,” katanya. Kini, karena tempatnya digunakan sebagai posko, sebagian besar alat-alat musik diamankan sementara.
Yuli menambahkan, saat ini pihaknya sedang mencari formulasi yang tepat untuk menunjukkan keberhasilan tersebut. Sebab, sebagian besar fasilitas pendukung sudah tersedia. “Kami sudah pindahkan alat-alat kami dan menyusun strategi yang tepat, ketika barang-barang itu sudah kosong akan kami maksimalkan,” pungkasnya (son/fid)