22.2 C
Jember
Sunday, 11 June 2023

Harga Jual Gabah Merosot

Semua Jenis Gabah Rata-Rata Turun hingga Rp 1.000

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Memasuki awal tahun, sebagian wilayah Kabupaten Lumajang mulai memasuki musim panen padi. Namun, kali ini petani tidak banyak yang untung. Sebab, hampir semua jenis gabah harganya anjlok.

Ir Sudjono, Sekretaris Dinas Pertanian Lumajang, mengatakan, memang tidak semua wilayah panen serentak. Sebab, Lumajang memiliki tiga jenis lahan persawahan. Sawah irigasi teknis, setengah irigasi dan sawah nonteknis. Ketiga jenis sawah tersebut mampu memenuhi kebutuhan konsumsi beras masyarakat. “Sepanjang tahun kita panen padi,” katanya.

Sawah irigasi teknis tersebar di Kecamatan Lumajang, Sukodono, Jatiroto, Yosowilangun, dan Candipuro. Air irigasi yang mengalir sepanjang tahun dapat menghasilkan panen padi sebanyak tiga kali. Sedangkan sisanya merupakan sawah setengah irigasi dan nonteknis yang panen satu hingga dua kali.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dia mengatakan, hasil panen padi bisa mencapai 12.000 hektare per bulan. Namun, jika musim kurang baik, hanya bisa mentok pada capaian 3.000 hektare.

Sudjono menyebutkan, selain hujan, pemakaian pupuk kimia juga berpengaruh pada kualitas gabah. Sehingga hal ini menyebabkan ada perbedaan harga jual. Dia berharap petani kembali menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. “Pupuk subsidi juga ramah di biaya pengeluaran,” katanya.

Sementara itu, Subairi, salah satu petani, mengungkapkan bahwa harga jual gabah turun signifikan. Hal ini merugikan petani. Sebab ada selisih hingga Rp 1.000 per kilogram gabah. “Biasanya saat hujan turun, harga jual gabah juga turun,” ungkapnya.

Musim hujan memengaruhi tekstur tanah dan hasil panen. Mengantisipasi hal itu, ke depan dia akan memperhitungkan kembali masa tanam dan panen padi. “Agar tidak rugi lagi,” pungkasnya.

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Memasuki awal tahun, sebagian wilayah Kabupaten Lumajang mulai memasuki musim panen padi. Namun, kali ini petani tidak banyak yang untung. Sebab, hampir semua jenis gabah harganya anjlok.

Ir Sudjono, Sekretaris Dinas Pertanian Lumajang, mengatakan, memang tidak semua wilayah panen serentak. Sebab, Lumajang memiliki tiga jenis lahan persawahan. Sawah irigasi teknis, setengah irigasi dan sawah nonteknis. Ketiga jenis sawah tersebut mampu memenuhi kebutuhan konsumsi beras masyarakat. “Sepanjang tahun kita panen padi,” katanya.

Sawah irigasi teknis tersebar di Kecamatan Lumajang, Sukodono, Jatiroto, Yosowilangun, dan Candipuro. Air irigasi yang mengalir sepanjang tahun dapat menghasilkan panen padi sebanyak tiga kali. Sedangkan sisanya merupakan sawah setengah irigasi dan nonteknis yang panen satu hingga dua kali.

Dia mengatakan, hasil panen padi bisa mencapai 12.000 hektare per bulan. Namun, jika musim kurang baik, hanya bisa mentok pada capaian 3.000 hektare.

Sudjono menyebutkan, selain hujan, pemakaian pupuk kimia juga berpengaruh pada kualitas gabah. Sehingga hal ini menyebabkan ada perbedaan harga jual. Dia berharap petani kembali menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. “Pupuk subsidi juga ramah di biaya pengeluaran,” katanya.

Sementara itu, Subairi, salah satu petani, mengungkapkan bahwa harga jual gabah turun signifikan. Hal ini merugikan petani. Sebab ada selisih hingga Rp 1.000 per kilogram gabah. “Biasanya saat hujan turun, harga jual gabah juga turun,” ungkapnya.

Musim hujan memengaruhi tekstur tanah dan hasil panen. Mengantisipasi hal itu, ke depan dia akan memperhitungkan kembali masa tanam dan panen padi. “Agar tidak rugi lagi,” pungkasnya.

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Memasuki awal tahun, sebagian wilayah Kabupaten Lumajang mulai memasuki musim panen padi. Namun, kali ini petani tidak banyak yang untung. Sebab, hampir semua jenis gabah harganya anjlok.

Ir Sudjono, Sekretaris Dinas Pertanian Lumajang, mengatakan, memang tidak semua wilayah panen serentak. Sebab, Lumajang memiliki tiga jenis lahan persawahan. Sawah irigasi teknis, setengah irigasi dan sawah nonteknis. Ketiga jenis sawah tersebut mampu memenuhi kebutuhan konsumsi beras masyarakat. “Sepanjang tahun kita panen padi,” katanya.

Sawah irigasi teknis tersebar di Kecamatan Lumajang, Sukodono, Jatiroto, Yosowilangun, dan Candipuro. Air irigasi yang mengalir sepanjang tahun dapat menghasilkan panen padi sebanyak tiga kali. Sedangkan sisanya merupakan sawah setengah irigasi dan nonteknis yang panen satu hingga dua kali.

Dia mengatakan, hasil panen padi bisa mencapai 12.000 hektare per bulan. Namun, jika musim kurang baik, hanya bisa mentok pada capaian 3.000 hektare.

Sudjono menyebutkan, selain hujan, pemakaian pupuk kimia juga berpengaruh pada kualitas gabah. Sehingga hal ini menyebabkan ada perbedaan harga jual. Dia berharap petani kembali menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan. “Pupuk subsidi juga ramah di biaya pengeluaran,” katanya.

Sementara itu, Subairi, salah satu petani, mengungkapkan bahwa harga jual gabah turun signifikan. Hal ini merugikan petani. Sebab ada selisih hingga Rp 1.000 per kilogram gabah. “Biasanya saat hujan turun, harga jual gabah juga turun,” ungkapnya.

Musim hujan memengaruhi tekstur tanah dan hasil panen. Mengantisipasi hal itu, ke depan dia akan memperhitungkan kembali masa tanam dan panen padi. “Agar tidak rugi lagi,” pungkasnya.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca