LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Sudah empat bulan para penyintas awan panas guguran (APG) Gunung Semeru bermukim sementara di posko penyintas Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Mereka masih setia menanti kepastian menempati hunian tetap. Namun, rasa bosan tanpa kegiatan mulai menggoyahkan pendirian mereka. Tak ayal, sebelum Ramadan ini beberapa penyintas memilih mencari tempat tinggal baru.
Baca Juga : Karya Lukisan Anak Semeru Dilelang
Informasi yang berhasil dihimpun, 100 KK masih bertahan di tenda hingga kemarin. Sebagian besar mereka kehilangan rumah dan pekerjaan akibat bencana Gunung Semeru. Karena itu, mereka memilih tetap berada di tenda. Namun, niat hati ingin tetap ada aktivitas, justru mereka bingung mau beraktivitas apa.
“Tidak ada aktivitas yang baru. Kami sahur, lanjut aktivitas sendiri-sendiri, sorenya persiapan berbuka. Setelah adzan, ya kami berbuka di tenda masing-masing. Lanjut Tarawih seperti biasa. Tidak ada yang istimewa,” keluh Junaidi, salah seorang penyintas.
Hal yang sama juga diungkapkan Samsul Arifin. Lelaki yang dulu bekerja sebagai kuli panggul itu kini hanya bisa beraktivitas di bawah tenda penyintas yang panas. Waktu luangnya hanya diisi dengan mengasah jari-jemarinya membuat keset. “Sebenarnya sangat ingin ada kegiatan baru selama Ramadan. Tetapi, mau bagaimana lagi, sampai sekarang juga tidak ada,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Forum Komunikasi Penyintas Penanggal (FKPP) Ian Heriyanto mengatakan, program Ramadan bagi para penyintas sangat dibutuhkan. Hal itu bisa menjadi sarana refreshing bagi penyintas. Meski pihaknya bersama relawan telah menetapkan beberapa program, dia menilai masih kurang maksimal.
“Sebenarnya permintaan penyintas ini sederhana. Mereka bisa merasakan Ramadan bersama pemerintah. Lebih-lebih mereka bisa kegiatan bersama. Misalnya berbuka bersama Pak Bupati di tenda penyintas,” tuturnya.
Menurutnya, hal itu bisa menjadi booster semangat penyintas. Sebab, sebelumnya mereka disibukkan dengan beragam kegiatan. Baik dari relawan maupun Pemkab Lumajang. Oleh sebab itu, dia berharap perhatian pemkab terhadap penyintas tidak berkurang sedikit pun. “Sekarang mereka (penyintas, Red) seperti dilupakan. Semoga segera ada tindakan,” pungkasnya.
Minta Gelar Program Ramadan
Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan status masa transisi darurat ke pemulihan bencana APG Gunung Semeru hingga Juni nanti. Artinya, pemkab masih memiliki tanggung jawab terhadap nasib para penyintas. Khususnya selama bulan Ramadan dan Idul Fitri.
Tidak bisa dimungkiri, proses pembangunan hunian tetap dan pelengkap di lahan relokasi dipercepat Pemkab Lumajang. Hal itu memang masih menjadi prioritas pemkab dalam penanganan pasca bencana. Meski demikian, para penyintas yang berada di tenda lapangan Penanggal juga tetap dipikirkan.
Koordinator Forum Komunikasi Penyintas Penanggal (FKPP) Ian Heriyanto menjelaskan, proses relokasi memang penting. Namun, kondisi psikologis dan masa depan penyintas juga amat penting. Oleh karena itu, pihaknya berupaya memberikan beragam kegiatan agar penyintas tidak bosan. Namun, respons yang ditunjukkan justru kurang menarik perhatian.
“Program pemberdayaan masih berjalan. Mereka yang telah menerima pelatihan pembuatan keset, konveksi, rajut, maupun buah karya tangan lainnya tetap dilakukan. Sementara aktivitas keagamaan kami serahkan ke pengurus takmir masjid darurat. Tetapi, hal ini masih belum cukup. Karena penyintas ingin sesuatu yang berbeda dari biasanya,” jelasnya.
Ian membeberkan, sejumlah penyintas menginginkan kegiatan meriah menjelang berbuka puasa. Misalnya ada kegiatan bazar UMKM dari instansi pemerintah atau lembaga sosial, pasar takjil murah bagi para penyintas, maupun kegiatan sosial lainnya. Menurutnya, hal itu bisa menghilangkan perasaan bosan selama tinggal di tenda pengungsian.
Oleh karena itu, dia meminta agar Pemkab Lumajang turun tangan secepatnya menyeriusi persoalan ini. Sebab, jika di tenda penyintas dibiarkan tanpa ada kegiatan baru, hal ini bisa menjadi gejolak di kemudian hari. “Mumpung masih awal Ramadan, kami berharap ada langkah strategis dan nyata dari pemkab. Kalau dibiarkan berlarut-larut, bisa jadi gejolak di pertengahan maupun mendekati Lebaran,” harapnya.
Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Lumajang Nana Indra Wahyuni mengatakan, belum ada program khusus bagi penyintas selama Ramadan. Namun, secepatnya hal itu akan dikoordinasikan. “Masukan dan saran dari penyintas maupun lainnya akan kami koordinasikan dulu. Tetapi, untuk kebutuhan primer selama di tenda lapangan Penanggal sudah kami cukupi,” katanya.
Jurnalis : Muhammad Sidkin Ali
Fotografer : Muhammad Sidkin Ali
Redaktur : Hafid Asnan