Mobile_AP_Rectangle 1
LUMAJANG, RADARJEMBER.IDÂ – Air mata Hervita terus menetes menunggu kepastian keselamatan keluarganya. Sejak dini hari tadi, sekitar pukul 02.30 dia berdiam diri di kantor Desa Penanggal Kecamatan Candipuro. Dia bersama suaminya mencari kabar terbaru ibu kandungnya.
Sebelumnya, perempuan yang berusia 25 tahun ini datang dari Surabaya bersama suaminya, Barizi. Mendengar kabar Gunung Semeru erupsi, keduanya langsung pulang kampung menuju Lumajang. Lokasi pertama yang dituju yaitu Puskemas Penanggal, tetapi dia tidak menemukan ibunya.
“Saya langsung ke posko di Sumbermujur, yang ada hanya bibi dan anak-anaknya, ponakan saya. Ibu saya belum ada kabar. Ibu dan mbah sampai sekarang belum ketemu,” ujarnya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Pasangan ini baru dua tahun pergi merantau ke Surabaya. Sejak pandemi korona, perjumpaan mereka dengan keluarga semakin terbatas.
Hervita melanjutkan, ibunya yang bernama Luluk bersama kakek neneknya yang bernama Paidi dan Tutik tinggal di Dusun Curahkobokan Desa Sapiturang Kecamatan Pronojiwo. Sampai detik ini belum ditemukan. “Tadi kesana, tapi sudah di portal tidak boleh masuk sama polisi,” katanya.
Beberapa kali melihat daftar nama korban terdampak yang terpasang di papan pengumuman di kantor desa tidak tertulis seluruh keluarganya. Bahkan, keduanya terus meminta relawan untuk memantau orang yang dirawat di puskesmas maupun rumah sakit juga tidak membuahkan hasil.
Cerita Hervita merupakan salah satu dari banyaknya keluarga yang menunggu kepastian keselamatan sanak familinya. Sebab, sampai saat ini petugas dan relawan terus melakukan evakuasi.
Jurnalis: Atieqson Mar Iqbal
Fotografer: Atieqson Mar Iqbal
Editor: Hafid Asnan
- Advertisement -
LUMAJANG, RADARJEMBER.IDÂ – Air mata Hervita terus menetes menunggu kepastian keselamatan keluarganya. Sejak dini hari tadi, sekitar pukul 02.30 dia berdiam diri di kantor Desa Penanggal Kecamatan Candipuro. Dia bersama suaminya mencari kabar terbaru ibu kandungnya.
Sebelumnya, perempuan yang berusia 25 tahun ini datang dari Surabaya bersama suaminya, Barizi. Mendengar kabar Gunung Semeru erupsi, keduanya langsung pulang kampung menuju Lumajang. Lokasi pertama yang dituju yaitu Puskemas Penanggal, tetapi dia tidak menemukan ibunya.
“Saya langsung ke posko di Sumbermujur, yang ada hanya bibi dan anak-anaknya, ponakan saya. Ibu saya belum ada kabar. Ibu dan mbah sampai sekarang belum ketemu,” ujarnya.
Pasangan ini baru dua tahun pergi merantau ke Surabaya. Sejak pandemi korona, perjumpaan mereka dengan keluarga semakin terbatas.
Hervita melanjutkan, ibunya yang bernama Luluk bersama kakek neneknya yang bernama Paidi dan Tutik tinggal di Dusun Curahkobokan Desa Sapiturang Kecamatan Pronojiwo. Sampai detik ini belum ditemukan. “Tadi kesana, tapi sudah di portal tidak boleh masuk sama polisi,” katanya.
Beberapa kali melihat daftar nama korban terdampak yang terpasang di papan pengumuman di kantor desa tidak tertulis seluruh keluarganya. Bahkan, keduanya terus meminta relawan untuk memantau orang yang dirawat di puskesmas maupun rumah sakit juga tidak membuahkan hasil.
Cerita Hervita merupakan salah satu dari banyaknya keluarga yang menunggu kepastian keselamatan sanak familinya. Sebab, sampai saat ini petugas dan relawan terus melakukan evakuasi.
Jurnalis: Atieqson Mar Iqbal
Fotografer: Atieqson Mar Iqbal
Editor: Hafid Asnan
LUMAJANG, RADARJEMBER.IDÂ – Air mata Hervita terus menetes menunggu kepastian keselamatan keluarganya. Sejak dini hari tadi, sekitar pukul 02.30 dia berdiam diri di kantor Desa Penanggal Kecamatan Candipuro. Dia bersama suaminya mencari kabar terbaru ibu kandungnya.
Sebelumnya, perempuan yang berusia 25 tahun ini datang dari Surabaya bersama suaminya, Barizi. Mendengar kabar Gunung Semeru erupsi, keduanya langsung pulang kampung menuju Lumajang. Lokasi pertama yang dituju yaitu Puskemas Penanggal, tetapi dia tidak menemukan ibunya.
“Saya langsung ke posko di Sumbermujur, yang ada hanya bibi dan anak-anaknya, ponakan saya. Ibu saya belum ada kabar. Ibu dan mbah sampai sekarang belum ketemu,” ujarnya.
Pasangan ini baru dua tahun pergi merantau ke Surabaya. Sejak pandemi korona, perjumpaan mereka dengan keluarga semakin terbatas.
Hervita melanjutkan, ibunya yang bernama Luluk bersama kakek neneknya yang bernama Paidi dan Tutik tinggal di Dusun Curahkobokan Desa Sapiturang Kecamatan Pronojiwo. Sampai detik ini belum ditemukan. “Tadi kesana, tapi sudah di portal tidak boleh masuk sama polisi,” katanya.
Beberapa kali melihat daftar nama korban terdampak yang terpasang di papan pengumuman di kantor desa tidak tertulis seluruh keluarganya. Bahkan, keduanya terus meminta relawan untuk memantau orang yang dirawat di puskesmas maupun rumah sakit juga tidak membuahkan hasil.
Cerita Hervita merupakan salah satu dari banyaknya keluarga yang menunggu kepastian keselamatan sanak familinya. Sebab, sampai saat ini petugas dan relawan terus melakukan evakuasi.
Jurnalis: Atieqson Mar Iqbal
Fotografer: Atieqson Mar Iqbal
Editor: Hafid Asnan