24.9 C
Jember
Sunday, 26 March 2023

Puluhan Ribu Usaha Mikro Terdampak

Jual Mahal Tidak Laku, Jual Murah Rugi

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Larangan mudik memang sudah berakhir. Masyarakat sudah bisa beraktivitas di luar kota tanpa melalui pemeriksaan di pos penyekatan. Meski demikian, larangan tersebut masih memiliki dampak hingga sekarang. Para pelaku usaha mikro kesulitan memasarkan produk ke luar kota.

Tentu, ini juga imbas pandemi yang belum berakhir. Puluhan ribu usaha mikro terdampak. Penjualan produk tidak mencapai target. Mereka bagai makan buah simalakama. Menjual dengan harga mahal khawatir tidak laku. Tetapi, jika menjual dengan harga murah sudah dipastikan rugi.

Imron Rosyadi, Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkop UM) Lumajang, mengatakan, sektor usaha yang paling terdampak adalah mereka yang fokus menjual produk ke luar Lumajang. “Pandemi berdampak luar biasa bagi usaha mikro. Kami mendapat laporan dari sejumlah pelaku usaha yang memasarkan produknya ke luar kota. Pendapatan mereka berkurang. Selain karena pandemi, larangan mudik beberapa waktu lalu juga menjadi penyebabnya,” katanya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Banyak dari pelaku usaha mengeluhkan hal tersebut. Sebab, penambahan produksi tidak berjalan maksimal. “Saat momen Lebaran, banyak orang mudik dan kembali ke tempat kerja. Para pelaku usaha sudah menyiapkan banyak produk sebagai oleh-oleh pemudik. Karena ada larangan, banyak pesanan dibatalkan. Tentu, omzet menjadi turun,” jelasnya.

Dia menuturkan, sebanyak puluhan ribu pelaku usaha mikro terdampak di Lumajang. Jumlah tersebut didapat dari pelaku usaha yang mengajukan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM). “Ada sekitar 41 ribu pelaku usaha mikro yang terdampak. Jumlah tersebut berdasarkan data pelaku usaha yang mengusulkan BPUM. Meski ada juga banyak usaha yang tidak diusulkan, tetapi jumlah tersebut menjadi acuan kami untuk terus membina pelaku usaha mikro di Lumajang,” tuturnya.

Sementara itu, Suharwoko, Kepala Dinkop UM Lumajang, mengatakan, pihaknya telah melakukan pendampingan ke pelaku usaha mikro. “Kami terus melakukan pendampingan dan pembinaan ke semua pelaku usaha mikro di Lumajang. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan lembaga di luar Lumajang untuk melakukan pembinaan lebih lanjut,” katanya.

Pihaknya berharap pelaku usaha mikro dapat segera bangkit di masa pandemi. “Harapannya, peningkatan kualitas usaha dan pemasaran produk akan membangkitkan kembali usaha mereka. Sehingga akan dapat berkembang dan terus bertahan,” harapnya.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Atieqson Mar Iqbal
Editor: Hafid Asnan

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Larangan mudik memang sudah berakhir. Masyarakat sudah bisa beraktivitas di luar kota tanpa melalui pemeriksaan di pos penyekatan. Meski demikian, larangan tersebut masih memiliki dampak hingga sekarang. Para pelaku usaha mikro kesulitan memasarkan produk ke luar kota.

Tentu, ini juga imbas pandemi yang belum berakhir. Puluhan ribu usaha mikro terdampak. Penjualan produk tidak mencapai target. Mereka bagai makan buah simalakama. Menjual dengan harga mahal khawatir tidak laku. Tetapi, jika menjual dengan harga murah sudah dipastikan rugi.

Imron Rosyadi, Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkop UM) Lumajang, mengatakan, sektor usaha yang paling terdampak adalah mereka yang fokus menjual produk ke luar Lumajang. “Pandemi berdampak luar biasa bagi usaha mikro. Kami mendapat laporan dari sejumlah pelaku usaha yang memasarkan produknya ke luar kota. Pendapatan mereka berkurang. Selain karena pandemi, larangan mudik beberapa waktu lalu juga menjadi penyebabnya,” katanya.

Banyak dari pelaku usaha mengeluhkan hal tersebut. Sebab, penambahan produksi tidak berjalan maksimal. “Saat momen Lebaran, banyak orang mudik dan kembali ke tempat kerja. Para pelaku usaha sudah menyiapkan banyak produk sebagai oleh-oleh pemudik. Karena ada larangan, banyak pesanan dibatalkan. Tentu, omzet menjadi turun,” jelasnya.

Dia menuturkan, sebanyak puluhan ribu pelaku usaha mikro terdampak di Lumajang. Jumlah tersebut didapat dari pelaku usaha yang mengajukan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM). “Ada sekitar 41 ribu pelaku usaha mikro yang terdampak. Jumlah tersebut berdasarkan data pelaku usaha yang mengusulkan BPUM. Meski ada juga banyak usaha yang tidak diusulkan, tetapi jumlah tersebut menjadi acuan kami untuk terus membina pelaku usaha mikro di Lumajang,” tuturnya.

Sementara itu, Suharwoko, Kepala Dinkop UM Lumajang, mengatakan, pihaknya telah melakukan pendampingan ke pelaku usaha mikro. “Kami terus melakukan pendampingan dan pembinaan ke semua pelaku usaha mikro di Lumajang. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan lembaga di luar Lumajang untuk melakukan pembinaan lebih lanjut,” katanya.

Pihaknya berharap pelaku usaha mikro dapat segera bangkit di masa pandemi. “Harapannya, peningkatan kualitas usaha dan pemasaran produk akan membangkitkan kembali usaha mereka. Sehingga akan dapat berkembang dan terus bertahan,” harapnya.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Atieqson Mar Iqbal
Editor: Hafid Asnan

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Larangan mudik memang sudah berakhir. Masyarakat sudah bisa beraktivitas di luar kota tanpa melalui pemeriksaan di pos penyekatan. Meski demikian, larangan tersebut masih memiliki dampak hingga sekarang. Para pelaku usaha mikro kesulitan memasarkan produk ke luar kota.

Tentu, ini juga imbas pandemi yang belum berakhir. Puluhan ribu usaha mikro terdampak. Penjualan produk tidak mencapai target. Mereka bagai makan buah simalakama. Menjual dengan harga mahal khawatir tidak laku. Tetapi, jika menjual dengan harga murah sudah dipastikan rugi.

Imron Rosyadi, Kepala Bidang Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkop UM) Lumajang, mengatakan, sektor usaha yang paling terdampak adalah mereka yang fokus menjual produk ke luar Lumajang. “Pandemi berdampak luar biasa bagi usaha mikro. Kami mendapat laporan dari sejumlah pelaku usaha yang memasarkan produknya ke luar kota. Pendapatan mereka berkurang. Selain karena pandemi, larangan mudik beberapa waktu lalu juga menjadi penyebabnya,” katanya.

Banyak dari pelaku usaha mengeluhkan hal tersebut. Sebab, penambahan produksi tidak berjalan maksimal. “Saat momen Lebaran, banyak orang mudik dan kembali ke tempat kerja. Para pelaku usaha sudah menyiapkan banyak produk sebagai oleh-oleh pemudik. Karena ada larangan, banyak pesanan dibatalkan. Tentu, omzet menjadi turun,” jelasnya.

Dia menuturkan, sebanyak puluhan ribu pelaku usaha mikro terdampak di Lumajang. Jumlah tersebut didapat dari pelaku usaha yang mengajukan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM). “Ada sekitar 41 ribu pelaku usaha mikro yang terdampak. Jumlah tersebut berdasarkan data pelaku usaha yang mengusulkan BPUM. Meski ada juga banyak usaha yang tidak diusulkan, tetapi jumlah tersebut menjadi acuan kami untuk terus membina pelaku usaha mikro di Lumajang,” tuturnya.

Sementara itu, Suharwoko, Kepala Dinkop UM Lumajang, mengatakan, pihaknya telah melakukan pendampingan ke pelaku usaha mikro. “Kami terus melakukan pendampingan dan pembinaan ke semua pelaku usaha mikro di Lumajang. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan lembaga di luar Lumajang untuk melakukan pembinaan lebih lanjut,” katanya.

Pihaknya berharap pelaku usaha mikro dapat segera bangkit di masa pandemi. “Harapannya, peningkatan kualitas usaha dan pemasaran produk akan membangkitkan kembali usaha mereka. Sehingga akan dapat berkembang dan terus bertahan,” harapnya.

Jurnalis: mg2
Fotografer: Atieqson Mar Iqbal
Editor: Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca