Mobile_AP_Rectangle 1
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Status istri mantan kades memang kadang dianggap menguntungkan ketika posisinya mencalonkan diri dalam pilkades antarwaktu (PAW). Menggantikan suaminya. Tetapi, itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, baik pilkades reguler maupun PAW sekalipun, karakter pemilih cukup beragam.
Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Lumajang menceritakan pengalamannya, kemarin, dalam program acara Blak-blakan edisi ke-10 di channel Jawa Pos Radar Semeru TV, kemarin. Menurutnya, karakter pemilih Lumajang tidak sekadar melihat bibit, bebet, dan bobot saja. Bahkan, sanak saudaranya juga jadi pertimbangan.
“Ini kenyataan pemilih di Lumajang. Kadang, ketika warga suka ke saya misalnya, kemudian suka ke istri, maka mereka akan otomatis mendukung atau memilih saya kan. Tapi, kadang kalau ke saya dan istri itu suka, sedangkan ke anak, warga tidak suka, nah, itu mereka bisa jadi tidak memilih saya,” katanya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Kondisi itu kerap kali terjadi. Sebab, seluruh orang di desa saling mengenal satu sama lain. Bahkan, menurut Wakil Ketua Komisi A DPRD Lumajang Awaluddin Yusuf, kadang saking sukanya warga pada kades yang lama, ketika masa jabatannya sudah tiga periode, istrinya diminta untuk mencalonkan diri untuk menggantikan posisinya.
- Advertisement -
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Status istri mantan kades memang kadang dianggap menguntungkan ketika posisinya mencalonkan diri dalam pilkades antarwaktu (PAW). Menggantikan suaminya. Tetapi, itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, baik pilkades reguler maupun PAW sekalipun, karakter pemilih cukup beragam.
Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Lumajang menceritakan pengalamannya, kemarin, dalam program acara Blak-blakan edisi ke-10 di channel Jawa Pos Radar Semeru TV, kemarin. Menurutnya, karakter pemilih Lumajang tidak sekadar melihat bibit, bebet, dan bobot saja. Bahkan, sanak saudaranya juga jadi pertimbangan.
“Ini kenyataan pemilih di Lumajang. Kadang, ketika warga suka ke saya misalnya, kemudian suka ke istri, maka mereka akan otomatis mendukung atau memilih saya kan. Tapi, kadang kalau ke saya dan istri itu suka, sedangkan ke anak, warga tidak suka, nah, itu mereka bisa jadi tidak memilih saya,” katanya.
Kondisi itu kerap kali terjadi. Sebab, seluruh orang di desa saling mengenal satu sama lain. Bahkan, menurut Wakil Ketua Komisi A DPRD Lumajang Awaluddin Yusuf, kadang saking sukanya warga pada kades yang lama, ketika masa jabatannya sudah tiga periode, istrinya diminta untuk mencalonkan diri untuk menggantikan posisinya.
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Status istri mantan kades memang kadang dianggap menguntungkan ketika posisinya mencalonkan diri dalam pilkades antarwaktu (PAW). Menggantikan suaminya. Tetapi, itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, baik pilkades reguler maupun PAW sekalipun, karakter pemilih cukup beragam.
Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Lumajang menceritakan pengalamannya, kemarin, dalam program acara Blak-blakan edisi ke-10 di channel Jawa Pos Radar Semeru TV, kemarin. Menurutnya, karakter pemilih Lumajang tidak sekadar melihat bibit, bebet, dan bobot saja. Bahkan, sanak saudaranya juga jadi pertimbangan.
“Ini kenyataan pemilih di Lumajang. Kadang, ketika warga suka ke saya misalnya, kemudian suka ke istri, maka mereka akan otomatis mendukung atau memilih saya kan. Tapi, kadang kalau ke saya dan istri itu suka, sedangkan ke anak, warga tidak suka, nah, itu mereka bisa jadi tidak memilih saya,” katanya.
Kondisi itu kerap kali terjadi. Sebab, seluruh orang di desa saling mengenal satu sama lain. Bahkan, menurut Wakil Ketua Komisi A DPRD Lumajang Awaluddin Yusuf, kadang saking sukanya warga pada kades yang lama, ketika masa jabatannya sudah tiga periode, istrinya diminta untuk mencalonkan diri untuk menggantikan posisinya.