LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Pelaku usaha memiliki pengaruh besar terhadap peredaran ekonomi. Namun, jika produk yang mereka jual tidak laku, dampaknya sangat besar. Terutama bagi pengelola rumah oleh-oleh yang ikut memasarkan produk mereka. Tak jarang, sejak pandemi korona, mereka memilih menarik produknya dari rumah oleh-oleh agar tidak buntung.
Hengky, salah satu penanggung jawab galeri oleh-oleh, mengungkapkan, pandemi korona menyebabkan jumlah pengunjung dan pembeli menurun drastis. “Kalau dulu, meskipun hanya melihat-lihat, banyak orang yang datang. Sangat ramai. Kalau sekarang sepi dan menurun drastis,” ungkapnya.
Sejak korona merebak, jumlah pengunjung bisa dihitung jari. “Jumlahnya tidak banyak. Sering di bawah lima orang. Bahkan, seharian jaga di sini juga tidak ada satu pun orang yang masuk. Baik untuk sekadar tanya atau membeli barang yang ada,” tambahnya.
Dia menjelaskan, perbedaan jumlah pembeli sangat besar. Sehingga, hal tersebut menyebabkan pendapatan juga berkurang. “Walau hanya sekitar dua puluh orang, mereka memborong banyak produk. Minimal mereka belanja Rp 500 ribu hingga jutaan rupiah. Kalau sekarang, hanya beberapa orang saja. Sehingga pendapatan menurun,” jelasnya.
Kondisi tersebut membuat pengelola rumah oleh-oleh mengambil keputusan sulit. Mereka lebih memilih mengurangi jumlah produk yang ada di tokonya. “Kami tidak berani mengambil produk yang banyak dari pelaku usaha atau home industry. Karena masih pandemi, seadanya saja. Kalau banyak, khawatir rugi dan mengecewakan mereka,” tuturnya.
Oleh sebab itu, banyak pelaku usaha menarik produknya. “Jarang yang menitipkan produknya di sini. Mereka lebih banyak menjualnya sendiri,” pungkasnya.
Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan