LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Tidak hanya ekonomi yang terdampak pandemi. Sektor pendidikan juga kena imbasnya. Banyak orang tua yang lebih memilih mendaftarkan anaknya ke pondok pesantren ketimbang sekolah. Alasannya sederhana, pondok pesantren lebih menjanjikan pembelajaran tatap muka.
Ketidakjelasan pembelajaran tatap muka di sekolah menjadi masalah. Sebagian orang tua khawatir, pembelajaran dalam jaringan (daring) berdampak buruk bagi anak. Misalnya anak lebih senang bermain game online daripada belajar secara online.
Seperti yang diungkapkan Arni, salah satu orang tua. Dia memilih mendaftarkan anaknya ke pondok pesantren daripada sekolah formal. “Ada ketakutan sendiri kalau anak saya malah bermain handphone terus. Karena sekarang, semuanya serba lewat online. Saya jadi takut,” ungkapnya.
Hengky, penanggung jawab galeri Mitranusa, mengatakan, sempat ada penolakan dari anak. Namun, dia memberikan penjelasan pentingnya belajar agama di tengah kondisi seperti ini. “Saya tidak memaksanya. Tetapi, setelah dijelaskan, anak saya akhirnya mau mondok. Karena di pondok, mereka belajar tatap muka dengan guru. Sedangkan kalau sekolah masih ada yang daring,” jelasnya.
Kasi Kesiswaan Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Lumajang Winarto Laksono membenarkan hal tersebut. Banyak orang tua lebih percaya pondok pesantren dalam memberikan pembelajaran ke anak. “Di masa pandemi seperti ini, orang tua lebih percaya untuk mendaftarkan anaknya ke pondok pesantren. Menurut mereka, daripada disekolahkan tapi tidak pernah masuk dan hanya bermain saja, lebih baik dimasukkan ke pondok. Ini juga membuat jumlah pendaftar di sekolah formal menurun,” katanya.
Pihaknya berharap agar sekolah lebih meningkatkan kualitasnya lagi. “Kami sudah memberikan motivasi dan dorongan ke sekolah-sekolah. Mereka harus meningkatkan kualitas sekolahnya lagi. Baik dari sumber daya maupun yang lainnya agar orang tua dan anak tertarik untuk mendaftar di sekolah,” harapnya.
Jurnalis: mg2
Fotografer: Muhammad Sidikin Ali
Editor: Hafid Asnan