23.5 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Jembatan Baru Dibangun, Langsung Dibongkar

Pembangunan Jembatan Dinilai Hambat Aliran Air

Mobile_AP_Rectangle 1

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Intensitas hujan tinggi masih menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai. Sebab, jika debit air meningkat, air dari sungai bisa meluber. Seperti yang terjadi di Desa Sawaran Kulon, Kecamatan Kedungjajang, Sabtu (29/1) lalu. Air sungai Kali Bokong meluber hingga lahan pertanian warga.

Usut punya usut, luberan air itu terjadi karena jembatan limpas yang sedang dibangun di aliran sungai itu menghambat laju air. Alhasil, jembatan langsung dibongkar pada hari Minggu (30/1). Padahal, jembatan ini masih dalam proses penambahan beberapa bagian. Yakni penambahan belasan gorong-gorong di atas jembatan lama.

Kasi Pemerintahan Desa Sawaran Kulon Suyanto mengungkapkan, pembongkaran jembatan tersebut terpaksa dilakukan oleh warga. Sebab, model bangunan tersebut dinilai mengancam masyarakat sekitar. Terlebih, jembatan ini menjadi akses masyarakat dua kecamatan.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Sejak dulu air melimpas di atas jembatan. Karena memang modelnya seperti itu. Tetapi, sekarang ini ditambah gorong-gorong di atasnya. Ini malah seperti dam sungai. Makanya, saat hujan deras dan debit air naik, Sabtu lalu, airnya meluber hingga ke lahan petani. Minggu pagi, warga langsung membongkarnya,” katanya.

Dia menuturkan, warga membongkar jembatan dengan alat seadanya. Namun, jika hujan turun, aktivitas itu dihentikan. Sebab, debit air Kali Bokong cukup besar. Karenanya, pembongkaran jembatan masih berlangsung hingga hari ini.

Sementara itu, Bagian Pengawasan dan Pengendalian Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air (UPT PSDA) Wilayah Sungai Bondoyudo Baru Syamsul menjelaskan, konstruksi jembatan limpas memiliki tiga fungsi. Pertama, sebagai jalan akses penghubung kegiatan masyarakat. Kedua, sebagai penahan sedimen sungai.

“Terakhir, untuk mengurangi kecepatan aliran. Sehingga saat alirannya membesar, air bisa melintas di atasnya. Nah, umumnya gorong-gorong jembatan limpas itu berbentuk persegi. Ini akan mempermudah laju aliran. Tetapi, jika berbentuk lingkaran seperti di Sawaran Kulon dan debitnya besar, bisa menyebabkan alirannya terhambat dan meluber ke mana-mana,” jelasnya.

Dia menambahkan, saat pembangunan memang perlu perencanaan dan perhitungan debit air. Namun, melihat cuaca belakangan ini, hal itu tidak bisa dipastikan.

Reporter : Muhammad Sidkin Ali/ Radar Semeru

Fotografer : Muhammad Sidkin Ali/ Radar Semeru

Editor : Hafid Asnan/ Radar Semeru

- Advertisement -

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Intensitas hujan tinggi masih menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai. Sebab, jika debit air meningkat, air dari sungai bisa meluber. Seperti yang terjadi di Desa Sawaran Kulon, Kecamatan Kedungjajang, Sabtu (29/1) lalu. Air sungai Kali Bokong meluber hingga lahan pertanian warga.

Usut punya usut, luberan air itu terjadi karena jembatan limpas yang sedang dibangun di aliran sungai itu menghambat laju air. Alhasil, jembatan langsung dibongkar pada hari Minggu (30/1). Padahal, jembatan ini masih dalam proses penambahan beberapa bagian. Yakni penambahan belasan gorong-gorong di atas jembatan lama.

Kasi Pemerintahan Desa Sawaran Kulon Suyanto mengungkapkan, pembongkaran jembatan tersebut terpaksa dilakukan oleh warga. Sebab, model bangunan tersebut dinilai mengancam masyarakat sekitar. Terlebih, jembatan ini menjadi akses masyarakat dua kecamatan.

“Sejak dulu air melimpas di atas jembatan. Karena memang modelnya seperti itu. Tetapi, sekarang ini ditambah gorong-gorong di atasnya. Ini malah seperti dam sungai. Makanya, saat hujan deras dan debit air naik, Sabtu lalu, airnya meluber hingga ke lahan petani. Minggu pagi, warga langsung membongkarnya,” katanya.

Dia menuturkan, warga membongkar jembatan dengan alat seadanya. Namun, jika hujan turun, aktivitas itu dihentikan. Sebab, debit air Kali Bokong cukup besar. Karenanya, pembongkaran jembatan masih berlangsung hingga hari ini.

Sementara itu, Bagian Pengawasan dan Pengendalian Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air (UPT PSDA) Wilayah Sungai Bondoyudo Baru Syamsul menjelaskan, konstruksi jembatan limpas memiliki tiga fungsi. Pertama, sebagai jalan akses penghubung kegiatan masyarakat. Kedua, sebagai penahan sedimen sungai.

“Terakhir, untuk mengurangi kecepatan aliran. Sehingga saat alirannya membesar, air bisa melintas di atasnya. Nah, umumnya gorong-gorong jembatan limpas itu berbentuk persegi. Ini akan mempermudah laju aliran. Tetapi, jika berbentuk lingkaran seperti di Sawaran Kulon dan debitnya besar, bisa menyebabkan alirannya terhambat dan meluber ke mana-mana,” jelasnya.

Dia menambahkan, saat pembangunan memang perlu perencanaan dan perhitungan debit air. Namun, melihat cuaca belakangan ini, hal itu tidak bisa dipastikan.

Reporter : Muhammad Sidkin Ali/ Radar Semeru

Fotografer : Muhammad Sidkin Ali/ Radar Semeru

Editor : Hafid Asnan/ Radar Semeru

LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Intensitas hujan tinggi masih menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai. Sebab, jika debit air meningkat, air dari sungai bisa meluber. Seperti yang terjadi di Desa Sawaran Kulon, Kecamatan Kedungjajang, Sabtu (29/1) lalu. Air sungai Kali Bokong meluber hingga lahan pertanian warga.

Usut punya usut, luberan air itu terjadi karena jembatan limpas yang sedang dibangun di aliran sungai itu menghambat laju air. Alhasil, jembatan langsung dibongkar pada hari Minggu (30/1). Padahal, jembatan ini masih dalam proses penambahan beberapa bagian. Yakni penambahan belasan gorong-gorong di atas jembatan lama.

Kasi Pemerintahan Desa Sawaran Kulon Suyanto mengungkapkan, pembongkaran jembatan tersebut terpaksa dilakukan oleh warga. Sebab, model bangunan tersebut dinilai mengancam masyarakat sekitar. Terlebih, jembatan ini menjadi akses masyarakat dua kecamatan.

“Sejak dulu air melimpas di atas jembatan. Karena memang modelnya seperti itu. Tetapi, sekarang ini ditambah gorong-gorong di atasnya. Ini malah seperti dam sungai. Makanya, saat hujan deras dan debit air naik, Sabtu lalu, airnya meluber hingga ke lahan petani. Minggu pagi, warga langsung membongkarnya,” katanya.

Dia menuturkan, warga membongkar jembatan dengan alat seadanya. Namun, jika hujan turun, aktivitas itu dihentikan. Sebab, debit air Kali Bokong cukup besar. Karenanya, pembongkaran jembatan masih berlangsung hingga hari ini.

Sementara itu, Bagian Pengawasan dan Pengendalian Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air (UPT PSDA) Wilayah Sungai Bondoyudo Baru Syamsul menjelaskan, konstruksi jembatan limpas memiliki tiga fungsi. Pertama, sebagai jalan akses penghubung kegiatan masyarakat. Kedua, sebagai penahan sedimen sungai.

“Terakhir, untuk mengurangi kecepatan aliran. Sehingga saat alirannya membesar, air bisa melintas di atasnya. Nah, umumnya gorong-gorong jembatan limpas itu berbentuk persegi. Ini akan mempermudah laju aliran. Tetapi, jika berbentuk lingkaran seperti di Sawaran Kulon dan debitnya besar, bisa menyebabkan alirannya terhambat dan meluber ke mana-mana,” jelasnya.

Dia menambahkan, saat pembangunan memang perlu perencanaan dan perhitungan debit air. Namun, melihat cuaca belakangan ini, hal itu tidak bisa dipastikan.

Reporter : Muhammad Sidkin Ali/ Radar Semeru

Fotografer : Muhammad Sidkin Ali/ Radar Semeru

Editor : Hafid Asnan/ Radar Semeru

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca