Mobile_AP_Rectangle 1
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Akhir Agustus bukan hari yang spesial untuk para petani di Kabupaten Lumajang. Mereka banyak mengeluh, karena harga pertanian mereka menurun drastis. Penurunan paling tajam terjadi pada jagung, timun dan tomat.
Saiful, 40, warga Desa Tukum, Kecamatan Tekung, menyatakan, dalam satu tahun terakhir harga jagung relatif stabil. Tetapi karena adanya pandemi Covid-19, harga jagung menjadi tidak konsisten. “Harganya per kilogram menjadi Rp 3.600. Padahal harga normalnya Rp 6.500 per kilogramnya,” ucapnya.
Dia mengaku, dalam dua bulan terakhir petani mengalami kerugian cukup besar. Karena uang yang dikeluarkan untuk bertani jagung, dibanding dengan pemasukan hasil berjualan sangat jauh. Tidak sebanding. Rata-rata banyak yang merugi. “Apalagi harga timun yang di pasaran harganya makin anjlok, harganya sekarang hanya Rp 300 dalam satu kilogram,” ucapnya.
- Advertisement -
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Akhir Agustus bukan hari yang spesial untuk para petani di Kabupaten Lumajang. Mereka banyak mengeluh, karena harga pertanian mereka menurun drastis. Penurunan paling tajam terjadi pada jagung, timun dan tomat.
Saiful, 40, warga Desa Tukum, Kecamatan Tekung, menyatakan, dalam satu tahun terakhir harga jagung relatif stabil. Tetapi karena adanya pandemi Covid-19, harga jagung menjadi tidak konsisten. “Harganya per kilogram menjadi Rp 3.600. Padahal harga normalnya Rp 6.500 per kilogramnya,” ucapnya.
Dia mengaku, dalam dua bulan terakhir petani mengalami kerugian cukup besar. Karena uang yang dikeluarkan untuk bertani jagung, dibanding dengan pemasukan hasil berjualan sangat jauh. Tidak sebanding. Rata-rata banyak yang merugi. “Apalagi harga timun yang di pasaran harganya makin anjlok, harganya sekarang hanya Rp 300 dalam satu kilogram,” ucapnya.
LUMAJANG, RADARJEMBER.ID – Akhir Agustus bukan hari yang spesial untuk para petani di Kabupaten Lumajang. Mereka banyak mengeluh, karena harga pertanian mereka menurun drastis. Penurunan paling tajam terjadi pada jagung, timun dan tomat.
Saiful, 40, warga Desa Tukum, Kecamatan Tekung, menyatakan, dalam satu tahun terakhir harga jagung relatif stabil. Tetapi karena adanya pandemi Covid-19, harga jagung menjadi tidak konsisten. “Harganya per kilogram menjadi Rp 3.600. Padahal harga normalnya Rp 6.500 per kilogramnya,” ucapnya.
Dia mengaku, dalam dua bulan terakhir petani mengalami kerugian cukup besar. Karena uang yang dikeluarkan untuk bertani jagung, dibanding dengan pemasukan hasil berjualan sangat jauh. Tidak sebanding. Rata-rata banyak yang merugi. “Apalagi harga timun yang di pasaran harganya makin anjlok, harganya sekarang hanya Rp 300 dalam satu kilogram,” ucapnya.