30.4 C
Jember
Saturday, 10 June 2023

Dua SMA di Jember Gelar Kurikulum Prototipe

Perlu Pemenuhan Akses dan Fasilitas

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemerintah pusat mulai menggagas kurikulum baru, yang akan menghapus jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa pada tahun ajaran mendatang. Nantinya murid-murid akan diberikan pilihan untuk memfokuskan diri pada satu mata pelajaran yang benar-benar disukai. Model pembelajarannya lebih khusus dan spesifik, layaknya model pembelajaran di bangku kuliah.

Di SMA, kurikulum ini dianjurkan diimplementasikan pada dua sekolah yang terjaring program sekolah penggerak, yakni SMA Negeri Arjasa dan SMA Negeri 2 Tanggul. Kurikulum ini diklaim sebagai upaya mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan selama pandemi berlangsung. “Anak-anak yang kemarin mengikuti banyak mata pelajaran itu ada rasa keterpaksaan,” kata Kepala SMA Negeri Arjasa Widi Wasito, Kamis (30/12).

Pihaknya mencontohkan seorang siswa yang masuk kelas IPA. Namun, siswa tersebut tidak menyukai berhitung, dia hanya menyukai mata pelajaran Biologi. Oleh karena itu, siswa tersebut dianjurkan untuk mengikuti kurikulum prototipe. Dengan begitu, ketika ada opsi pilihan belajar, bukan tidak mungkin satu mata pelajaran bakal memiliki peminat yang cukup banyak.

Mobile_AP_Rectangle 2

Untuk itu, perlu adanya pemenuhan fasilitas dan SDM yang lebih banyak untuk menampung kepentingan kebutuhan anak. “Boleh memilih. Anak senang geografi, ya, ambil geografi. Sepintas seperti itu, seperti kampus,” tambahnya.

Hingga saat ini masih belum ada instruksi atau sosialisasi dari Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur mengenai kurikulum prototipe ini. Untuk itu, skema pelaksanaan detailnya juga masih belum diketahui. Termasuk ada tidaknya tes khusus yang menyasar pada siswa yang bakal menekuni atau memfokuskan pada satu mata pelajaran. “Cuma saya punya gambaran, karena keterbatasan fasilitas dan guru, setiap mata pelajaran itu pasti punya kuota. Ketika yang minat siswa melebihi kuota, kami seleksi,” ungkapnya.

Dirinya menilai kurikulum ini lebih dapat memfokuskan siswa untuk menekuni satu mata pelajaran yang benar-benar diminati. Widi berharap, seiring dengan pelaksanaan kurikulum prototipe, akan ada pemenuhan kebutuhan akses dan fasilitas untuk menunjang pembelajaran pada siswa. Salah satunya memperbanyak ruang kelas. “Perlu ada pemenuhan fasilitas dan guru yang mendukung pembelajaran siswa,” pungkas Widi.

Terpisah, Kepala SMA Negeri 2 Tanggul Imam Suja’i mengatakan bahwa selama ini belum ada sosialisasi lebih dalam mengenai implementasi kurikulum prototipe pada sekolah penggerak. “Kita tunggu saja bagaimana mekanismenya,” ujarnya pendek. (ani/c2/lin)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemerintah pusat mulai menggagas kurikulum baru, yang akan menghapus jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa pada tahun ajaran mendatang. Nantinya murid-murid akan diberikan pilihan untuk memfokuskan diri pada satu mata pelajaran yang benar-benar disukai. Model pembelajarannya lebih khusus dan spesifik, layaknya model pembelajaran di bangku kuliah.

Di SMA, kurikulum ini dianjurkan diimplementasikan pada dua sekolah yang terjaring program sekolah penggerak, yakni SMA Negeri Arjasa dan SMA Negeri 2 Tanggul. Kurikulum ini diklaim sebagai upaya mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan selama pandemi berlangsung. “Anak-anak yang kemarin mengikuti banyak mata pelajaran itu ada rasa keterpaksaan,” kata Kepala SMA Negeri Arjasa Widi Wasito, Kamis (30/12).

Pihaknya mencontohkan seorang siswa yang masuk kelas IPA. Namun, siswa tersebut tidak menyukai berhitung, dia hanya menyukai mata pelajaran Biologi. Oleh karena itu, siswa tersebut dianjurkan untuk mengikuti kurikulum prototipe. Dengan begitu, ketika ada opsi pilihan belajar, bukan tidak mungkin satu mata pelajaran bakal memiliki peminat yang cukup banyak.

Untuk itu, perlu adanya pemenuhan fasilitas dan SDM yang lebih banyak untuk menampung kepentingan kebutuhan anak. “Boleh memilih. Anak senang geografi, ya, ambil geografi. Sepintas seperti itu, seperti kampus,” tambahnya.

Hingga saat ini masih belum ada instruksi atau sosialisasi dari Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur mengenai kurikulum prototipe ini. Untuk itu, skema pelaksanaan detailnya juga masih belum diketahui. Termasuk ada tidaknya tes khusus yang menyasar pada siswa yang bakal menekuni atau memfokuskan pada satu mata pelajaran. “Cuma saya punya gambaran, karena keterbatasan fasilitas dan guru, setiap mata pelajaran itu pasti punya kuota. Ketika yang minat siswa melebihi kuota, kami seleksi,” ungkapnya.

Dirinya menilai kurikulum ini lebih dapat memfokuskan siswa untuk menekuni satu mata pelajaran yang benar-benar diminati. Widi berharap, seiring dengan pelaksanaan kurikulum prototipe, akan ada pemenuhan kebutuhan akses dan fasilitas untuk menunjang pembelajaran pada siswa. Salah satunya memperbanyak ruang kelas. “Perlu ada pemenuhan fasilitas dan guru yang mendukung pembelajaran siswa,” pungkas Widi.

Terpisah, Kepala SMA Negeri 2 Tanggul Imam Suja’i mengatakan bahwa selama ini belum ada sosialisasi lebih dalam mengenai implementasi kurikulum prototipe pada sekolah penggerak. “Kita tunggu saja bagaimana mekanismenya,” ujarnya pendek. (ani/c2/lin)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemerintah pusat mulai menggagas kurikulum baru, yang akan menghapus jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa pada tahun ajaran mendatang. Nantinya murid-murid akan diberikan pilihan untuk memfokuskan diri pada satu mata pelajaran yang benar-benar disukai. Model pembelajarannya lebih khusus dan spesifik, layaknya model pembelajaran di bangku kuliah.

Di SMA, kurikulum ini dianjurkan diimplementasikan pada dua sekolah yang terjaring program sekolah penggerak, yakni SMA Negeri Arjasa dan SMA Negeri 2 Tanggul. Kurikulum ini diklaim sebagai upaya mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan selama pandemi berlangsung. “Anak-anak yang kemarin mengikuti banyak mata pelajaran itu ada rasa keterpaksaan,” kata Kepala SMA Negeri Arjasa Widi Wasito, Kamis (30/12).

Pihaknya mencontohkan seorang siswa yang masuk kelas IPA. Namun, siswa tersebut tidak menyukai berhitung, dia hanya menyukai mata pelajaran Biologi. Oleh karena itu, siswa tersebut dianjurkan untuk mengikuti kurikulum prototipe. Dengan begitu, ketika ada opsi pilihan belajar, bukan tidak mungkin satu mata pelajaran bakal memiliki peminat yang cukup banyak.

Untuk itu, perlu adanya pemenuhan fasilitas dan SDM yang lebih banyak untuk menampung kepentingan kebutuhan anak. “Boleh memilih. Anak senang geografi, ya, ambil geografi. Sepintas seperti itu, seperti kampus,” tambahnya.

Hingga saat ini masih belum ada instruksi atau sosialisasi dari Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur mengenai kurikulum prototipe ini. Untuk itu, skema pelaksanaan detailnya juga masih belum diketahui. Termasuk ada tidaknya tes khusus yang menyasar pada siswa yang bakal menekuni atau memfokuskan pada satu mata pelajaran. “Cuma saya punya gambaran, karena keterbatasan fasilitas dan guru, setiap mata pelajaran itu pasti punya kuota. Ketika yang minat siswa melebihi kuota, kami seleksi,” ungkapnya.

Dirinya menilai kurikulum ini lebih dapat memfokuskan siswa untuk menekuni satu mata pelajaran yang benar-benar diminati. Widi berharap, seiring dengan pelaksanaan kurikulum prototipe, akan ada pemenuhan kebutuhan akses dan fasilitas untuk menunjang pembelajaran pada siswa. Salah satunya memperbanyak ruang kelas. “Perlu ada pemenuhan fasilitas dan guru yang mendukung pembelajaran siswa,” pungkas Widi.

Terpisah, Kepala SMA Negeri 2 Tanggul Imam Suja’i mengatakan bahwa selama ini belum ada sosialisasi lebih dalam mengenai implementasi kurikulum prototipe pada sekolah penggerak. “Kita tunggu saja bagaimana mekanismenya,” ujarnya pendek. (ani/c2/lin)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca

Langsung Sabet Tiga Medali

Alun-Alun Dipugar Tahun Depan

Potensi PAD Melayang