23.5 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Bangunan Belanda di Desa Suci, Bukti Kekayaan Perkebunan di Jember

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bekas bangunan lawas yang kini berada di Perkebunan Sentool Desa Suci itu memiliki riwayat cukup panjang. Baik sejak berdiri maupun hingga masa peralihan kekuasaan. Sejarawan dari Yayasan Boemi Poeger Persada, Yopi Setiyo Hadi, membeberkan, kebijakan politik negara kolonial Belanda sebagai upaya peningkatan kuantitas budi daya tanaman perkebunan di Jember, membuat praktik perkebunan saat itu berkembang pesat dengan sokongan dana besar. Seperti perkebunan kopi, karet, cokelat, tebu, dan tembakau.

Terlebih, posisi geografis Jember termasuk daerah yang cukup subur dengan dikelilingi pegunungan di sekitarnya, seperti Pegunungan Argopuro, Ijen, Hyang, dan Raung. “Di beberapa literatur, Perkebunan Sentool ada tiga fase. Dari awal, kemudian peralihan, sampai kini dikelola Kodam Brawijaya Malang,” jelas Yopi.

Yopi menjelaskan, pengelola awal dari perkebunan dan pabrik karet Sentool dapat ditelusuri dari beberapa arsip dan pustaka tentang perkebunan di Jawa dan Indonesia. Yaitu Perusahaan Perkebunan NV Djember Rubber Cultuur en Ha Matschapij, atau dikenal Djember Rubber Estate Ltd, yang berkantor di Surabaya dan berpusat di London, Inggris.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Djember Rubber Estate ini didirikan pada bulan Februari 1910. Para direkturnya adalah HC Hafield, WO Burt, FAM Cramer, dan FA Roberts. Perusahaan ini berkantor di 30 Morgate Street, London, Inggris,” jelas Yopi.

Sementara, mengenai luasan areanya saat itu, Djember Rubber Estate meliputi Doerdjo 1-2-3, Djanti, Tjoerahnongko, dan Sentul 1-2-3. Terkhusus Perkebunan Sentool, meliputi tiga bagian (afdeling) yakni Sentool 1, Sentool 2, dan Sentool 3 yang pada masa permulaan didirikan perusahaan perkebunan tersebut. “Era-era saat itu, karet merupakan komoditas ekspor yang besar ke Eropa. Termasuk produk-produk karet yang berasal dari perkebunan dan pabrik karet Sentool,” bebernya.

Yopi melanjutkan, di era peralihan, pada 1950-an silam, Sentool dialihkan kepada Djember Holding. Lalu, pada 1964/1965 silam, perkebunan Sentool dikelola Perusahaan Dwikora. Perusahaan Dwikora inilah yang ditugaskan untuk mengurus dan mengelola kebun-kebun bekas milik perusahaan Inggris yang terletak di Jawa Timur, termasuk pabrik karet Sentool.

“Pada tahun 1970, berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian, perkebunan Sentul di Jawa Timur dialihkan pengelolaan dari perusahaan Dwikora VII kepada Kodam Brawijaya. Kodam mengelola perkebunan dan pabrik karet Sentul melalui koperasi tentara, yaitu Koperasi Zidam 5 Brawijaya, sampai kini,” jelas dia.

Yopi menambahkan, beberapa literatur yang menguatkan perkebunan Sentool itu dapat ditemukan di antaranya Inventaris Arsip Kementerian Pertanian RI (1948), 1950 hingga 2009. Lalu, sebuah tesis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tentang Dekolonisasi Perkebunan di Jember, 1930-an sampai 1960-an, berikutnya Direktori Perubahan Perkebunan Karet oleh Badan Pusat Statistik pada 2012 dan 2015.

Kemudian, ada Permen RI Nomor 74 Tahun 1971 tentang Penyertaan Modal Negara RI untuk pendirian perusahaan persero dalam bidang perkebunan, lalu tulisan Rubber Companies In The Netherlands East Indies Compiled by A.G.N. Swart L.L.D and issued by the Netherlands Commissions For The International Exhibition yang diterbitkan di London 1911 dan di Amsterdam: titik Debussy, pada 1911. Dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 414/kpts//8/1000 70 tentang Penyerahan Perkebunan Sentool di Jawa Timur dan sekarang dikelola oleh perusahaan Dwikora VII kepada Kodam VIII Brawijaya tertanggal 24 Agustus 1970.

Jurnalis: Maulana
Fotografer:Maulana
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bekas bangunan lawas yang kini berada di Perkebunan Sentool Desa Suci itu memiliki riwayat cukup panjang. Baik sejak berdiri maupun hingga masa peralihan kekuasaan. Sejarawan dari Yayasan Boemi Poeger Persada, Yopi Setiyo Hadi, membeberkan, kebijakan politik negara kolonial Belanda sebagai upaya peningkatan kuantitas budi daya tanaman perkebunan di Jember, membuat praktik perkebunan saat itu berkembang pesat dengan sokongan dana besar. Seperti perkebunan kopi, karet, cokelat, tebu, dan tembakau.

Terlebih, posisi geografis Jember termasuk daerah yang cukup subur dengan dikelilingi pegunungan di sekitarnya, seperti Pegunungan Argopuro, Ijen, Hyang, dan Raung. “Di beberapa literatur, Perkebunan Sentool ada tiga fase. Dari awal, kemudian peralihan, sampai kini dikelola Kodam Brawijaya Malang,” jelas Yopi.

Yopi menjelaskan, pengelola awal dari perkebunan dan pabrik karet Sentool dapat ditelusuri dari beberapa arsip dan pustaka tentang perkebunan di Jawa dan Indonesia. Yaitu Perusahaan Perkebunan NV Djember Rubber Cultuur en Ha Matschapij, atau dikenal Djember Rubber Estate Ltd, yang berkantor di Surabaya dan berpusat di London, Inggris.

“Djember Rubber Estate ini didirikan pada bulan Februari 1910. Para direkturnya adalah HC Hafield, WO Burt, FAM Cramer, dan FA Roberts. Perusahaan ini berkantor di 30 Morgate Street, London, Inggris,” jelas Yopi.

Sementara, mengenai luasan areanya saat itu, Djember Rubber Estate meliputi Doerdjo 1-2-3, Djanti, Tjoerahnongko, dan Sentul 1-2-3. Terkhusus Perkebunan Sentool, meliputi tiga bagian (afdeling) yakni Sentool 1, Sentool 2, dan Sentool 3 yang pada masa permulaan didirikan perusahaan perkebunan tersebut. “Era-era saat itu, karet merupakan komoditas ekspor yang besar ke Eropa. Termasuk produk-produk karet yang berasal dari perkebunan dan pabrik karet Sentool,” bebernya.

Yopi melanjutkan, di era peralihan, pada 1950-an silam, Sentool dialihkan kepada Djember Holding. Lalu, pada 1964/1965 silam, perkebunan Sentool dikelola Perusahaan Dwikora. Perusahaan Dwikora inilah yang ditugaskan untuk mengurus dan mengelola kebun-kebun bekas milik perusahaan Inggris yang terletak di Jawa Timur, termasuk pabrik karet Sentool.

“Pada tahun 1970, berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian, perkebunan Sentul di Jawa Timur dialihkan pengelolaan dari perusahaan Dwikora VII kepada Kodam Brawijaya. Kodam mengelola perkebunan dan pabrik karet Sentul melalui koperasi tentara, yaitu Koperasi Zidam 5 Brawijaya, sampai kini,” jelas dia.

Yopi menambahkan, beberapa literatur yang menguatkan perkebunan Sentool itu dapat ditemukan di antaranya Inventaris Arsip Kementerian Pertanian RI (1948), 1950 hingga 2009. Lalu, sebuah tesis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tentang Dekolonisasi Perkebunan di Jember, 1930-an sampai 1960-an, berikutnya Direktori Perubahan Perkebunan Karet oleh Badan Pusat Statistik pada 2012 dan 2015.

Kemudian, ada Permen RI Nomor 74 Tahun 1971 tentang Penyertaan Modal Negara RI untuk pendirian perusahaan persero dalam bidang perkebunan, lalu tulisan Rubber Companies In The Netherlands East Indies Compiled by A.G.N. Swart L.L.D and issued by the Netherlands Commissions For The International Exhibition yang diterbitkan di London 1911 dan di Amsterdam: titik Debussy, pada 1911. Dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 414/kpts//8/1000 70 tentang Penyerahan Perkebunan Sentool di Jawa Timur dan sekarang dikelola oleh perusahaan Dwikora VII kepada Kodam VIII Brawijaya tertanggal 24 Agustus 1970.

Jurnalis: Maulana
Fotografer:Maulana
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bekas bangunan lawas yang kini berada di Perkebunan Sentool Desa Suci itu memiliki riwayat cukup panjang. Baik sejak berdiri maupun hingga masa peralihan kekuasaan. Sejarawan dari Yayasan Boemi Poeger Persada, Yopi Setiyo Hadi, membeberkan, kebijakan politik negara kolonial Belanda sebagai upaya peningkatan kuantitas budi daya tanaman perkebunan di Jember, membuat praktik perkebunan saat itu berkembang pesat dengan sokongan dana besar. Seperti perkebunan kopi, karet, cokelat, tebu, dan tembakau.

Terlebih, posisi geografis Jember termasuk daerah yang cukup subur dengan dikelilingi pegunungan di sekitarnya, seperti Pegunungan Argopuro, Ijen, Hyang, dan Raung. “Di beberapa literatur, Perkebunan Sentool ada tiga fase. Dari awal, kemudian peralihan, sampai kini dikelola Kodam Brawijaya Malang,” jelas Yopi.

Yopi menjelaskan, pengelola awal dari perkebunan dan pabrik karet Sentool dapat ditelusuri dari beberapa arsip dan pustaka tentang perkebunan di Jawa dan Indonesia. Yaitu Perusahaan Perkebunan NV Djember Rubber Cultuur en Ha Matschapij, atau dikenal Djember Rubber Estate Ltd, yang berkantor di Surabaya dan berpusat di London, Inggris.

“Djember Rubber Estate ini didirikan pada bulan Februari 1910. Para direkturnya adalah HC Hafield, WO Burt, FAM Cramer, dan FA Roberts. Perusahaan ini berkantor di 30 Morgate Street, London, Inggris,” jelas Yopi.

Sementara, mengenai luasan areanya saat itu, Djember Rubber Estate meliputi Doerdjo 1-2-3, Djanti, Tjoerahnongko, dan Sentul 1-2-3. Terkhusus Perkebunan Sentool, meliputi tiga bagian (afdeling) yakni Sentool 1, Sentool 2, dan Sentool 3 yang pada masa permulaan didirikan perusahaan perkebunan tersebut. “Era-era saat itu, karet merupakan komoditas ekspor yang besar ke Eropa. Termasuk produk-produk karet yang berasal dari perkebunan dan pabrik karet Sentool,” bebernya.

Yopi melanjutkan, di era peralihan, pada 1950-an silam, Sentool dialihkan kepada Djember Holding. Lalu, pada 1964/1965 silam, perkebunan Sentool dikelola Perusahaan Dwikora. Perusahaan Dwikora inilah yang ditugaskan untuk mengurus dan mengelola kebun-kebun bekas milik perusahaan Inggris yang terletak di Jawa Timur, termasuk pabrik karet Sentool.

“Pada tahun 1970, berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian, perkebunan Sentul di Jawa Timur dialihkan pengelolaan dari perusahaan Dwikora VII kepada Kodam Brawijaya. Kodam mengelola perkebunan dan pabrik karet Sentul melalui koperasi tentara, yaitu Koperasi Zidam 5 Brawijaya, sampai kini,” jelas dia.

Yopi menambahkan, beberapa literatur yang menguatkan perkebunan Sentool itu dapat ditemukan di antaranya Inventaris Arsip Kementerian Pertanian RI (1948), 1950 hingga 2009. Lalu, sebuah tesis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tentang Dekolonisasi Perkebunan di Jember, 1930-an sampai 1960-an, berikutnya Direktori Perubahan Perkebunan Karet oleh Badan Pusat Statistik pada 2012 dan 2015.

Kemudian, ada Permen RI Nomor 74 Tahun 1971 tentang Penyertaan Modal Negara RI untuk pendirian perusahaan persero dalam bidang perkebunan, lalu tulisan Rubber Companies In The Netherlands East Indies Compiled by A.G.N. Swart L.L.D and issued by the Netherlands Commissions For The International Exhibition yang diterbitkan di London 1911 dan di Amsterdam: titik Debussy, pada 1911. Dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 414/kpts//8/1000 70 tentang Penyerahan Perkebunan Sentool di Jawa Timur dan sekarang dikelola oleh perusahaan Dwikora VII kepada Kodam VIII Brawijaya tertanggal 24 Agustus 1970.

Jurnalis: Maulana
Fotografer:Maulana
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca