21.2 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Bantuan Covid-19 Terbuang Sia-sia

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pansus Covid-19 DPRD Jember mendatangi gudang tempat penyimpanan Bantuan Tidak Terduga Jaring Pengaman Sosial (BTT JPS) milik Pemkab Jember, kemarin (29/12). Dalam inspeksi mendadak (sidak) di Liposos Dinas Sosial tersebut, ditemukan adanya berton-ton beras, gula, dan minyak yang belum tersalurkan. Sebagian di antaranya dalam kondisi rusak.

“Ini bagaimana bantuan Covid-19 masih banyak yang ditimbun. Kenapa ini tidak disalurkan. Kalau barang-barang rusak seperti ini, siapa yang bertanggung jawab,” kata Agusta Jaka Purwana, anggota DPRD Jember.

Dia menilai, banyaknya BTT JPS Pemkab Jember yang masih tertimbun, ini menandakan ada perencanaan dan sistem penyaluran yang tidak tepat. “Perencanaan dan realisasi penyaluran tidak benar. Ini warga Jember sangat dirugikan,” tuturnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Agusta yang datang bersama sejumlah anggota Pansus Covid-19 kemudian berbincang dengan Plt Kepala Dinas Sosial Widi Prasetyo yang didampingi Kepala Liposos Dinas Sosial, Roni Efendi. Anggota dewan tidak memeriksa barang apa saja yang rusak.

Pantauan Jawa Pos Radar Jember, beras kemasan 5 kilogram tampak masih bertumpuk-tumpuk. Sebagian dari ratusan atau bahkan ribuan kemasan beras tersebut, sudah banyak dimakan kutu. Sementara minyak goreng, ada yang dibedakan antara yang masih layak dengan yang kurang layak. “Awas, di situ licin,” kata salah seorang pegawai.

Sementara di sisi utara gudang, ada tumpukan sak yang ternyata berisi gula pasir. Gula inilah yang dinyatakan rusak seluruhnya. “Kalau tidak salah, semua 1.400 kilogram,” ucap Roni.

Pansus Covid 19, David Handoko Seto mengaku tidak habis pikir dengan banyaknya bantuan yang tidak disalurkan tersebut. “Harusnya, kalau penerima bantuan meninggal atau sudah tidak ada orangnya, itu dialihkan ke yang lain. Kalau seperti ini, uang negara dibuang-buang. Warga Jember yang rugi,” ulasnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Sosial, melalui Kepala Liposos Roni Efendi menjelaskan, barang berupa sembako yang belum tersalurkan itu merupakan sisa dari penyaluran BTT JPS Pemkab Jember. Menurutnya, sisa itu terjadi karena ada beberapa sebab. Seperti warga yang seharusnya menerima manfaat meninggal dunia, tidak ada orangnya, pindah alamat, dan beberapa alasan lain. “Jadi ini sudah mau diberikan tetapi penerimanya tidak ada,” ujarnya.

Menurutnya, Liposos melalui Dinas Sosial sudah pernah mengirim surat kepada Pemkab Jember untuk meminta petunjuk atas sisa bantuan Covid-19 tersebut. “Tetapi belum ada jawaban. Makanya barang ini tetap kami simpan,” ungkapnya.

Sementara itu, dari sejumlah barang yang ada di lokasi bisa dihitung berapa dana yang harus terbuang karena tidak tersalurkan. Apabila gula dikalkulasi dengan harga Rp 11 ribu per kilogram, maka uang yang terbuang sia-sia lebih dari Rp 15 juta. Lantas, bagaimana dengan minyak dan beras? Apakah akan disimpan sampai rusak juga?

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pansus Covid-19 DPRD Jember mendatangi gudang tempat penyimpanan Bantuan Tidak Terduga Jaring Pengaman Sosial (BTT JPS) milik Pemkab Jember, kemarin (29/12). Dalam inspeksi mendadak (sidak) di Liposos Dinas Sosial tersebut, ditemukan adanya berton-ton beras, gula, dan minyak yang belum tersalurkan. Sebagian di antaranya dalam kondisi rusak.

“Ini bagaimana bantuan Covid-19 masih banyak yang ditimbun. Kenapa ini tidak disalurkan. Kalau barang-barang rusak seperti ini, siapa yang bertanggung jawab,” kata Agusta Jaka Purwana, anggota DPRD Jember.

Dia menilai, banyaknya BTT JPS Pemkab Jember yang masih tertimbun, ini menandakan ada perencanaan dan sistem penyaluran yang tidak tepat. “Perencanaan dan realisasi penyaluran tidak benar. Ini warga Jember sangat dirugikan,” tuturnya.

Agusta yang datang bersama sejumlah anggota Pansus Covid-19 kemudian berbincang dengan Plt Kepala Dinas Sosial Widi Prasetyo yang didampingi Kepala Liposos Dinas Sosial, Roni Efendi. Anggota dewan tidak memeriksa barang apa saja yang rusak.

Pantauan Jawa Pos Radar Jember, beras kemasan 5 kilogram tampak masih bertumpuk-tumpuk. Sebagian dari ratusan atau bahkan ribuan kemasan beras tersebut, sudah banyak dimakan kutu. Sementara minyak goreng, ada yang dibedakan antara yang masih layak dengan yang kurang layak. “Awas, di situ licin,” kata salah seorang pegawai.

Sementara di sisi utara gudang, ada tumpukan sak yang ternyata berisi gula pasir. Gula inilah yang dinyatakan rusak seluruhnya. “Kalau tidak salah, semua 1.400 kilogram,” ucap Roni.

Pansus Covid 19, David Handoko Seto mengaku tidak habis pikir dengan banyaknya bantuan yang tidak disalurkan tersebut. “Harusnya, kalau penerima bantuan meninggal atau sudah tidak ada orangnya, itu dialihkan ke yang lain. Kalau seperti ini, uang negara dibuang-buang. Warga Jember yang rugi,” ulasnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Sosial, melalui Kepala Liposos Roni Efendi menjelaskan, barang berupa sembako yang belum tersalurkan itu merupakan sisa dari penyaluran BTT JPS Pemkab Jember. Menurutnya, sisa itu terjadi karena ada beberapa sebab. Seperti warga yang seharusnya menerima manfaat meninggal dunia, tidak ada orangnya, pindah alamat, dan beberapa alasan lain. “Jadi ini sudah mau diberikan tetapi penerimanya tidak ada,” ujarnya.

Menurutnya, Liposos melalui Dinas Sosial sudah pernah mengirim surat kepada Pemkab Jember untuk meminta petunjuk atas sisa bantuan Covid-19 tersebut. “Tetapi belum ada jawaban. Makanya barang ini tetap kami simpan,” ungkapnya.

Sementara itu, dari sejumlah barang yang ada di lokasi bisa dihitung berapa dana yang harus terbuang karena tidak tersalurkan. Apabila gula dikalkulasi dengan harga Rp 11 ribu per kilogram, maka uang yang terbuang sia-sia lebih dari Rp 15 juta. Lantas, bagaimana dengan minyak dan beras? Apakah akan disimpan sampai rusak juga?

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pansus Covid-19 DPRD Jember mendatangi gudang tempat penyimpanan Bantuan Tidak Terduga Jaring Pengaman Sosial (BTT JPS) milik Pemkab Jember, kemarin (29/12). Dalam inspeksi mendadak (sidak) di Liposos Dinas Sosial tersebut, ditemukan adanya berton-ton beras, gula, dan minyak yang belum tersalurkan. Sebagian di antaranya dalam kondisi rusak.

“Ini bagaimana bantuan Covid-19 masih banyak yang ditimbun. Kenapa ini tidak disalurkan. Kalau barang-barang rusak seperti ini, siapa yang bertanggung jawab,” kata Agusta Jaka Purwana, anggota DPRD Jember.

Dia menilai, banyaknya BTT JPS Pemkab Jember yang masih tertimbun, ini menandakan ada perencanaan dan sistem penyaluran yang tidak tepat. “Perencanaan dan realisasi penyaluran tidak benar. Ini warga Jember sangat dirugikan,” tuturnya.

Agusta yang datang bersama sejumlah anggota Pansus Covid-19 kemudian berbincang dengan Plt Kepala Dinas Sosial Widi Prasetyo yang didampingi Kepala Liposos Dinas Sosial, Roni Efendi. Anggota dewan tidak memeriksa barang apa saja yang rusak.

Pantauan Jawa Pos Radar Jember, beras kemasan 5 kilogram tampak masih bertumpuk-tumpuk. Sebagian dari ratusan atau bahkan ribuan kemasan beras tersebut, sudah banyak dimakan kutu. Sementara minyak goreng, ada yang dibedakan antara yang masih layak dengan yang kurang layak. “Awas, di situ licin,” kata salah seorang pegawai.

Sementara di sisi utara gudang, ada tumpukan sak yang ternyata berisi gula pasir. Gula inilah yang dinyatakan rusak seluruhnya. “Kalau tidak salah, semua 1.400 kilogram,” ucap Roni.

Pansus Covid 19, David Handoko Seto mengaku tidak habis pikir dengan banyaknya bantuan yang tidak disalurkan tersebut. “Harusnya, kalau penerima bantuan meninggal atau sudah tidak ada orangnya, itu dialihkan ke yang lain. Kalau seperti ini, uang negara dibuang-buang. Warga Jember yang rugi,” ulasnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Sosial, melalui Kepala Liposos Roni Efendi menjelaskan, barang berupa sembako yang belum tersalurkan itu merupakan sisa dari penyaluran BTT JPS Pemkab Jember. Menurutnya, sisa itu terjadi karena ada beberapa sebab. Seperti warga yang seharusnya menerima manfaat meninggal dunia, tidak ada orangnya, pindah alamat, dan beberapa alasan lain. “Jadi ini sudah mau diberikan tetapi penerimanya tidak ada,” ujarnya.

Menurutnya, Liposos melalui Dinas Sosial sudah pernah mengirim surat kepada Pemkab Jember untuk meminta petunjuk atas sisa bantuan Covid-19 tersebut. “Tetapi belum ada jawaban. Makanya barang ini tetap kami simpan,” ungkapnya.

Sementara itu, dari sejumlah barang yang ada di lokasi bisa dihitung berapa dana yang harus terbuang karena tidak tersalurkan. Apabila gula dikalkulasi dengan harga Rp 11 ribu per kilogram, maka uang yang terbuang sia-sia lebih dari Rp 15 juta. Lantas, bagaimana dengan minyak dan beras? Apakah akan disimpan sampai rusak juga?

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca