JEMBER, RADARJEMBER.ID – BUAH nangka tidak seperti buah pada umumnya. Selain besar, buah berwarna kuning tersebut sekalipun telah masak tetap bergetah. Hal itu membuat orang malas jika harus mengupasnya sendiri. Orang juga pasti malas karena untuk menikmati rasanya yang manis, juga tidak banyak-banyak amat.
“Paling orang makan nangka sekitar lima biji. Sepuluh biji itu sudah banyak. Jadi, tidak mungkin kalau mau makan sedikit, harus beli satu buah nangka yang utuh,” kata Anang Kosim, pria yang berjualan nangka di depan gedung DPRD.

Pria yang tinggal di Lingkungan Kaliurang, Kelurahan/Kecamatan Sumbersari, itu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjualnya. Cara yang dipakai untuk menyajikan buah nangka tampil lebih elegan dan bebas getah. Nangka dikupas bersih, selanjutnya disimpan pada kotak mika.
Apa yang dilakukan Anang memang biasa-biasa saja. Namun, di masa pandemi yang belum selesai ini, cara Anang bisa menjadi inspirasi. Setidaknya, menjual nangka dengan sajian sesuai porsi kebutuhan satu atau dua orang itu mampu memberi pemasukan bagi perekonomian keluarganya. “Alhamdulillah, sehari rata-rata bisa menjual 30 bungkus,” tutur ayah tiga anak tersebut.
Sebagai orang yang cukup lama menggeluti perdagangan buah nangka, Anang mengaku dirinya sempat pindah-pindah tempat berdagang. “Awalnya di sini, tetapi tidak laku. Akhirnya, saya pindah ke Bali jualan nangka dibungkus mika. Setelah anak-anak besar, saya pulang lagi dan sampai sekarang jualan nangka di Jember,” ungkapnya.
Anang bersyukur, nangka siap saji miliknya banyak dibeli orang. Kadang juga ada pesanan yang datang. “Awalnya, saya harus muter-muter mencari nangka sendiri. Alhamdulillah, sekarang sudah ada yang datang menjual ke sini,” ucapnya.
Demi mendapatkan 30 kotak nangka yang dibungkus mika, Anang membutuhkan buah nangka yang variatif. Jika buah nangka besar setidaknya butuh lima buah untuk 30 kotak. “Tapi, kalau kecil-kecil, bisa sampai sepuluh nangka. Jadi, satu buah nangka sulit diprediksi dapat berapa kotak. Dijalani saja,” pungkasnya.
Reporter : Nur Hariri
Fotografer : Nur Hariri
Editor : Mahrus Sholih