KEPANJEN, Radar Jember – Warga pesisir pantai selatan lagi-lagi dikagetkan dengan ikan hiu tutul atau hiu paus yang terdampar. Ikan hiu paling besar dari jenis hiu lainnya dan tidak ganas tersebut kembali ditemukan di Pantai Nyamplong atau Jeni, Desa Kepanjen, Kecamatan Gumukmas, Senin pagi (29/8) kemarin.
BACA JUGA : Korsleting Listrik Diduga Penyebab Kebakaran Puluhan Rumah di Cakung
Sayangnya, sekali terdampar, ikan dengan nama ilmiah Rhincodon typus tersebut kerap kali mati. Di lokasi yang sama, dua bulan lalu hiu tutul juga terdampar dan ditemukan mati. Bahkan, dalam evakuasi hiu tutul tersebut, kemarin (29/8), petugas mengerahkan alat berat untuk membantu penguburan hiu tutul.
Kasat Polair Polres Jember di Puger AKP M Na’i menjelaskan, penemuan hiu tutul dilaporkan sekitar pukul 08.00. Keberadaan ikan tersebut kali pertama diketahui oleh Miskat, nelayan setempat. “Miskat saat itu hendak berangkat melaut sekitar pukul 06.00. Dia melihat ikan berukuran jumbo yang terjebak di pantai,” ungkapnya.
Na’i menuturkan, awalnya nelayan tersebut hendak memberikan pertolongan. Namun, setelah dia mengecek, ternyata hiu sudah mati. Karena itu, petugas berupaya untuk secepatnya mengubur hiu tersebut. Untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan. Mulai dari bau bangkai hingga masyarakat memotong bagian ikan. “Kalau sudah jadi bangkai, ikan sebesar itu bahaya bila dipotong. Sebab, ada gas yang tersimpan di dalam perut dan bisa meledak,” terangnya. Hasil pemeriksaan, hiu tutul tersebut memiliki panjang 6,5 meter dengan berat diperkirakan 1,5 ton.
Karena ukurannya besar dan bobotnya juga berat, bangkai hiu itu dikuburkan di kawasan pantai. Tak jauh dari lokasi penemuan. “Bersama instansi terkait yang dibantu warga dan nelayan setempat, kami menguburkan hiu tutul tersebut di kawasan pantai,” terangnya.
Menurut Kepala Bidang Sumber Daya dan Pascapanen Dinas Perikanan Jember Tigo Dewantoro, kejadian ikan hiu tutul terdampar merupakan bagian dari seleksi alam. Pasalnya, dirinya menilai, kebanyakan ikan yang terdampar adalah yang berumur dan sakit. Karena itu, hewan yang terkenal jinak pada manusia itu kesulitan untuk berenang atau bertahan hidup.
Di samping itu, dirinya menilai bahwa hiu tutul itu terdampar karena ada pengaruh kondisi gelombang laut yang ada di perairan. Pasalnya, saat ini terjadi peningkatan gelombang laut. “Sejak Juli hingga saat ini kondisi gelombang bisa mencapai 3 hingga 6 meter,” paparnya.
Plt Kepala Bidang Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jember Purwantono mengatakan, untuk mengetahui pasti penyebab terdamparnya hiu tutul yang beberapa hari ini terjadi, perlu dilakukan suatu cek otopsi pada hiu tersebut. Namun, dirinya menyampaikan bahwa ada kemungkinan faktor usia. “Yang sering kami temukan, penyebab hiu tutul terdampar adalah faktor usia yang sudah tua,” paparnya.
Kondisi yang berumur tersebut memengaruhi kinerja navigasi pada hiu tutul. Selain itu, ada potensi dengan kesehatan hiu tersebut. “Hiu tutul yang sedang sakit biasanya memilih laut yang dangkal,” paparnya. Selain itu, dapat dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau gelombang laut. Juga bisa mengikuti makanannya, yaitu ikan kecil dan plankton.
Dirinya juga menambahkan, kejadian hiu tutul terdampar tidak hanya terjadi di Jember. Namun, juga sering terjadi di berbagai daerah. Pasalnya, hiu tutul memiliki jalur migrasi yang merata. “Dalam artian, hiu tutul ini hidupnya menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya di pantai selatan Pulau Jawa, tapi juga pantai utara,” terangnya.
Pur, sapaan Purwantono, turut mengingatkan kepada masyarakat bahwa hiu tutul merupakan hewan yang dilindungi. Berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus dengan nama latin Rhyncodon typus. Karena itu, masyarakat tidak boleh menangkap.
Dia menegaskan untuk tidak mengambil daging dari hiu tutul yang mati terdampar tersebut. Sebab, mencegah persebaran penyakit dari hiu tutul atau hiu paus kepada manusia. Lantaran hiu tutul yang terdampar tersebut juga berpotensi dalam kondisi sakit. Hal yang tidak kalah penting, saat ditemukan ikan besar mati terdampar dan menjadi bangkai, seperti hiu tutul ataupun paus, untuk menghindari membedah atau memotong bagian perut. Sebab, ada potensi meledak karena mengandung gas. (jum/mg2/c2/dwi)