Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Di beberapa tempat, seperti lingkungan perumahan, banyak sekali warga yang tidak tahu cara merawat jenazah. Hal itu yang menjadikan Muhammad Agus Salim memiliki semangat tinggi untuk menjadi perawat jenazah dan menjadi pelatih di sejumlah tempat.
BACA JUGA : Butuh Ketegasan Negara Tumpas KKB Papua
Pria yang akrab disapa Agus ini berasal dari Kecamatan Kaliwates. Dia mengaku akan terus menyampaikan ilmu yang dimilikinya dalam merawat jenazah. Dia menjelaskan kepada Jawa Pos Radar Jember, dirinya ingin warga bisa mandiri dalam merawat jenazah. Setidaknya di lingkungannya masing-masing.
Mobile_AP_Rectangle 2
Saat ini, khususnya di lingkungan perumahan, banyak warga yang tidak tahu cara merawat jenazah. Menurutnya, SDM perempuan yang dapat merawat jenazah juga sangat sedikit. “Sangat miris melihat ini,” terangnya sambil berkaca-kaca.
Sebelum menjadi perawat jenazah yang memiliki jam terbang cukup tinggi, dirinya memulai itu semua dari lingkungan rumahnya. Melalui pengajian kecil, dia sisipkan materi serta praktik merawat jenazah. “Untuk kain kafannya saya bawa sendiri dari rumah,” ucapnya.
Konsep pelatihan yang dia lakukan dibuat sederhana dan semudah mungkin, agar peserta tidak takut. Dalam praktiknya dia tidak menggunakan boneka. “Jadi, langsung peserta pelatihan yang menjadi percontohan. Saya ajari teori, kemudian praktik, agar langsung dipahami,” jelas perawat jenazah tersebut.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Di beberapa tempat, seperti lingkungan perumahan, banyak sekali warga yang tidak tahu cara merawat jenazah. Hal itu yang menjadikan Muhammad Agus Salim memiliki semangat tinggi untuk menjadi perawat jenazah dan menjadi pelatih di sejumlah tempat.
BACA JUGA : Butuh Ketegasan Negara Tumpas KKB Papua
Pria yang akrab disapa Agus ini berasal dari Kecamatan Kaliwates. Dia mengaku akan terus menyampaikan ilmu yang dimilikinya dalam merawat jenazah. Dia menjelaskan kepada Jawa Pos Radar Jember, dirinya ingin warga bisa mandiri dalam merawat jenazah. Setidaknya di lingkungannya masing-masing.
Saat ini, khususnya di lingkungan perumahan, banyak warga yang tidak tahu cara merawat jenazah. Menurutnya, SDM perempuan yang dapat merawat jenazah juga sangat sedikit. “Sangat miris melihat ini,” terangnya sambil berkaca-kaca.
Sebelum menjadi perawat jenazah yang memiliki jam terbang cukup tinggi, dirinya memulai itu semua dari lingkungan rumahnya. Melalui pengajian kecil, dia sisipkan materi serta praktik merawat jenazah. “Untuk kain kafannya saya bawa sendiri dari rumah,” ucapnya.
Konsep pelatihan yang dia lakukan dibuat sederhana dan semudah mungkin, agar peserta tidak takut. Dalam praktiknya dia tidak menggunakan boneka. “Jadi, langsung peserta pelatihan yang menjadi percontohan. Saya ajari teori, kemudian praktik, agar langsung dipahami,” jelas perawat jenazah tersebut.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Di beberapa tempat, seperti lingkungan perumahan, banyak sekali warga yang tidak tahu cara merawat jenazah. Hal itu yang menjadikan Muhammad Agus Salim memiliki semangat tinggi untuk menjadi perawat jenazah dan menjadi pelatih di sejumlah tempat.
BACA JUGA : Butuh Ketegasan Negara Tumpas KKB Papua
Pria yang akrab disapa Agus ini berasal dari Kecamatan Kaliwates. Dia mengaku akan terus menyampaikan ilmu yang dimilikinya dalam merawat jenazah. Dia menjelaskan kepada Jawa Pos Radar Jember, dirinya ingin warga bisa mandiri dalam merawat jenazah. Setidaknya di lingkungannya masing-masing.
Saat ini, khususnya di lingkungan perumahan, banyak warga yang tidak tahu cara merawat jenazah. Menurutnya, SDM perempuan yang dapat merawat jenazah juga sangat sedikit. “Sangat miris melihat ini,” terangnya sambil berkaca-kaca.
Sebelum menjadi perawat jenazah yang memiliki jam terbang cukup tinggi, dirinya memulai itu semua dari lingkungan rumahnya. Melalui pengajian kecil, dia sisipkan materi serta praktik merawat jenazah. “Untuk kain kafannya saya bawa sendiri dari rumah,” ucapnya.
Konsep pelatihan yang dia lakukan dibuat sederhana dan semudah mungkin, agar peserta tidak takut. Dalam praktiknya dia tidak menggunakan boneka. “Jadi, langsung peserta pelatihan yang menjadi percontohan. Saya ajari teori, kemudian praktik, agar langsung dipahami,” jelas perawat jenazah tersebut.